Dutaislam.or.id - Mustasyar PBNU KH A. Mustofa Bisri mengatakan, belakangan ini masyarakat Indonesia mengalami krisis semangat berdakwah (ruhud dakwah). Sehingga yang terjadi saling menyerimpung terhadap mereka yang berbeda pandangan.
"Karena krisis ruhud dakwah, orang berbuat sesukanya. Ada orang sesat disikat, ada yang tidak cocok disikat. Ini tidak benar," tandas kiai yang akrab Gus Mus pada pengajian umum dalam rangka peringatan satu abad Qudsiyyah Kudus, Jawa Tengah Sabtu (6/8/2016).
Gus Mus mengatakan banyak orang yang belum memahami arti berdakwah. Mereka sering menyamakan berdakwah dengan amar ma'ruf nahi mungkar, padahal keduanya sanagat berbeda.
"Dakwah itu mengajak kebaikan, sementara amar makruf artinya memerintah; nahi mungkar melarang. Kita harus bisa bedakan antara ajak, perintah dan larangan," terang pengasuh Pesantren Raudhatuth Thalibin Leteh Rembang.
Di hadapan ribuan jamaah yang memadati Lapangan Qudsiyyah Jl KHR Asnawi hingga meluber ke jalan ini, Gus Mus lebih banyak mengungkapkan keteladanan perjuangan pendiri NU asal Kudus KHR Asnawi. Menurutnya, Kiai Asnawi memiliki semangat berdakwah mengikuti Sunan Kudus warisan pemimpin agung Nabi Muhammad SAW.
"Ruhud Dakwah yang dikembangkan Kiai Mbah Asnawi dan ulama lainnya membuat ajaran Sunan Kudus ataupun Wali Songo masih berlaku hingga sekarang," ujarnya.
Gus Mus menuturkan saat Nabi Muhammad berdakwah di Thoif mendapat lemparan batu, tapi tidak melakukan pembalasan. Bahkan malaikat marah kemudian meminta Nabi agar berdoa kepada Allah supaya orang tadi diberi balasan. Namun Nabi hanya berdoa supaya orang melemparinya mendapat hidayah.
"Nabi Muhammad dalam berdakwah mampu mengajak tokoh-tokoh kafir seperti Ikrima bin Abu Jahal, Abu Sufyan, Hindun dan lainya bisa masuk Islam. Seandainya tidak memiliki ruhud dakwah, Nabi tidak mampu membuat mereka masuk Islam," tegas Gus Mus.
Kiai yang dikenal sebagai penulis dan pelukis ini juga menegaskan, ruhud dakwah yang dilakukan Wali Songo yang diwarisi para ulama termasuk KHR Asnawi, Islam bisa berkembang mayoritas di tanah air Indonesia.
"Dulu Mbah Asnawi mengajak orang masuk surga kelak, sekarang orang malah seakan ingin mengangkangi surga. Lainnya disuruh di neraka," kata Gus Mus menyidir.
Dalam pengajian bertema “Meneladani kearifan KHR Asnawi” ini, Gus Mus mengungkapkan tiga keteladan yang dimiliki pendiri NU asal Kudus ini. Disamping memiliki ruhud dakwah, Mbah Asnawi juga mempunyai kecintaan ilmu pengetahuan terutama ilmu agama dan selalu berjiwa keindonesiaan.
Usai mauidhah hasanah, Gus Mus didaulat mengucapkan "selamat satu abad Qudsiyyah" di atas kanvas. Gus Mus melukis kaligrafi lafal bismillah yang disertai tulisan dirgahayu satu abad Qudsiyyah. [dutaislam.or.id/qomarul adib/abdullah alawi/ab]