Dutaislam.or.id - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengajak umat Islam di Sulawesi untuk meneladani nasionalisme dan kecintaan Guru Tua Sayyid Idrus bin Salim (SIS) Al Jufri kepada Tanah Air. Ajakan ini disampaikan Menag saat memberikan sambutan pada peringatan haul ke-48 wafatnya Guru Tua SIS al Jufri di Perguruan Islam Al Khairat di Palu, Sulawesi Tengah.
Ribuan santri dan alumni Al-Khairat atau yang disebut dengan Abnaul Khairat berkumpul bersama para habaib, ulama, dan pejabat pemerintah provinsi serta pemerintah kabupaten/kota untuk bersama mengenang jasa dan memanjatkan doa bagi almarhum Guru Tua. Menag dalam sambutannya mengatakan, haul bukan sekedar moment mengenang dan menyebut kebaikan almarhum. Lebih dari itu, haul adalah momen meneladani perjuangan almarhum.
Menurut Menag, setidaknya ada empat keteladanan yang bisa dicontoh dari sosok Guru Tua SIS Al-Jufri. Pertama, kecintaan almarhum kepada Tanah Air. Menyitir salah satu bait syair yang ditulis Guru Tua, Menag menggelorakan semangat kecintaan kepada Tanah Air kepada ribuan Abnaul Khairat yang hadir.
“Wahai bendera kebangsaan! Berkibarlah di angkasa, di batas bumi dan gunung nan hijau. Setiap bangsa memiliki lambang kemuliaan dan lambang kemuliaan kita adalah Merah Putih,” pekik Menag disambut salawat para Abnaul Khairat, Minggu (17/07).
Menurut dosen IAIN Datokarama Palu Dr. Abdul Gani Jumat, MA, akar nasionalisme guru tua berasal dari ibunya, Andi Syarifah Nur yang merupakan warga Negara Indonesia. Sejak kedatangannya yang pertama kali pada 1911M dan kedatangan kedua pada 1922M, serta sejak Muktamar Al Khairat yang pertama, Guru Tua tidak pernah mempersoalkan Pancasila sebagai dasar negara.
Keteladanan kedua, komitmen Guru Tua dalam memperluas areal dakwah hingga lintas pulau dan lintas negara. “Lahir di Hadramaut pada Maret 1891M, almarhum hijrah ke Jawa dan Sulawesi untuk berdakwah. Sambil berdagang, almarhum tidak berhenti berdakwah sampai Palu. Tidak menyerah saat menjumpai hambatan ketika berdakwah dan lebih mendahulukan pendekatan hikmah, mau’idhah hasanah, dan kalau perlu mijadalah dengan argumentasi,” terang Menag.
Keteladanan ketiga, lanjut Lukman, adalah komitmen almarhum dalam jihad pendidikan. Dikatakan Menag, almarhum adalah sosok yang sukses dalam memperluas pengertian jihad, tidak hanya berupa perang fisik semata, tapi juga pendirian lembaga pendidikan dari tingkat dasar hingga tinggi.
Keteladanan keempat, lanjut Menag, adalah pilihan Guru Tua SIS Al Jufri untuk berjuang bersama dalam organisasi dengan mendirikan Al Khairat. “Dengan organisasi ini, almarhum bisa mengefektifkan perjuangan dan melipatgandakan keberhasikan,” tegasnya.
“Sekarang, bagaimana kita memperbesar organisasi yang sudah ada,” tantang Menag kepada hadirin.
Sementara itu, Ketua Utama al Khairat Sayyid Saggaf bin Muhammad bin Idrus bin Salim al Jufri mengajak Abnaul Khairat untuk mengamalkan ajaran SIS Al Jufri. “Kalau kalian cinta kepada Sayyid Idrus bin Salim Al Jufri, maka tidak sekedar hadir di sini setiap tahun untuk acara haul. Tapi laksanakan seluruh ajaran beliau,” pesannya.
Sebelumnya, mewakili Gubernur, Deputy I Gubernur Sulteng mengatakan bahwa peringatan haul patut menjadi referensi utama dalam mengikuti ajaran Sayyid Idrus bin Salim. Menurutnya, Pemprov terus memberikan apresiasi kepada Abnaul Khairat yang telah menunjukkan pengabdian nyata dalam pembangunan, baik dalam keagamaan, pendidikan, dan lainnya.
“Kami mengajak abnaul khairat untuk terus berada pada barisan terdepan dalam memperkokoh persaudaraan dan menjauhkan segala bentuk perbedaan. Jadikan perbedaan sebagai sarana mencapai kesempurnaan,” ujarnya. [dutaislam.or.id/ab]
Source: Fanpage Kemenag