Dutaislam.or.id - Kirim pahala Al-Quran untuk Nabi dan orang yang sudah meninggal terjadi khilaf di antara para ulama. Namun umat Islam Indonesia mengamalkan berdasar fatwa Imam Ibnu Hajar al-Haitami asy-Syafii:
وَمَا اُعْتِيدَ فِي الدُّعَاءِ بَعْدَهَا مِنْ جَعْلِ ثَوَابِ ذَلِكَ أَوْ مِثْلِهِ مُقَدَّمًا إلَى حَضْرَتِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْ زِيَادَةً فِي شَرَفِهِ جَائِزٌ كَمَا قَالَهُ جَمَاعَاتٌ مِنْ الْمُتَأَخِّرِينَ بَلْ حَسَنٌ مَنْدُوبٌ إلَيْهِ خِلَافًا لِمَنْ وَهَمَ فِيهِ ؛ لِأَنَّهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَذِنَ لَنَا بِأَمْرِهِ بِنَحْوِ سُؤَالِ الْوَسِيلَةِ لَهُ فِي كُلِّ دُعَاءٍ لَهُ بِمَا فِيهِ زِيَادَةُ تَعْظِيمِه (تحفة المحتاج في شرح المنهاج - ج 24 / ص 421)
“Kebiasaan dalam doa setelah membaca Al-Quran dengan menjadikan pahalanya atau yang sepadan dengan bacaan tersebut yang dihaturkan kepada Nabi Saw, atau sebagai tambahan bagi kemuliaan beliau adalah diperbolehkan, sebagaimana disampaikan banyak para ulama di kalangan mutaakhirin, bahkan hal itu adalah baik dan dianjurkan. Berbeda dengan ulama yang tidak sependapat. Sebab Nabi Saw memberi izin kepada kita dengan memerintahkan meminta pangkat Wasilah (di surga) dalam setiap doa dengan tujuan menambah keagungannya” (Ibnu Hajar al-Haitami, Tuhfat al-Muhtaj, 24/421)
Bukan sekedar fatwa, namun para ulama juga ada yang mengamalkan khatam Al-Quran untuk Nabi:
وَقَالَ إِسْحَاقُ الْمَوْلَى: اِقْتَدَيْتُ بِأَبِي الْعَبَّاسِ فَحَجَجْتُ عَنِ النَبِّيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَبْعَ حِجَجٍ، وَخَتَمْتُ عَنْهُ سَبْعَمِائَةِ خَتْمَةٍ. (تاريخ الإسلام للذهبي - ج 5 / ص 79)
“Ishaq al-Maula berkata: Saya meniru Abu al-Abbas, maka saya melakukan haji atas nama Rasulullah Saw sebanyak 7 kali, dan saya mengkhatamkan untuk beliau sebanyak 700 kali khataman” (al-Hafidz adz-Dzahabi dalam Tarikh al-Islam 5/79)
Adapaun menghadiahkan pahala Al-Quran kepada mayit, menurut madzhab Syafiiyah dapat sampai dan manfaat bagi mayit:
ﻭﻣﺎ ﻗﺎﻟﻪ ﻣﻦ ﻣﺸﻬﻮﺭ اﻟﻤﺬﻫﺐ ﻣﺤﻤﻮﻝ ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﺇﺫا ﻗﺮﺃ ﻻ ﺑﺤﻀﺮﺓ اﻟﻤﻴﺖ ﻭﻟﻢ ﻳﻨﻮ ﺛﻮاﺏ ﻗﺮاءﺗﻪ ﻟﻪ ﺃﻭ ﻧﻮاﻩ ﻭﻟﻢ ﻳﺪﻉ
Apa yang disampaikan (oleh Imam Nawawi) bahwa pendapat populer dari madzhab Syafii tidak sampai, adalah diarahkan jika tidak di baca di depan mayit, tidak diniatkan kirim pahala untuk mayit atau diniatkan namun tidak dibacakan doa (Fathul Wahhab 2/23).
Dengan demikian, apa yang kita amalkan dengan niat "khushushan ila hadlrati..." dan dibacakan doa adalah sampai kepada mayit. [dutaislam.or.id/ab]
Ma'ruf Khozin, anggota Aswaja NU Center PWNU Jatim