![]() |
Pamflet yang menganggap AHY penghinat. Foto: Istimewa. |
Dutaislam.or.id - Beredar sebuah pamflet yang menganggap Agus Yudhoyono Harimurti (AHY) sebagai penghianat setelah beberapa lalu menjalin pertemuan dengan Joko Widodo. Penghianatan AHY diserupakan dengan sahabat Rasulullah yang terbunuh dalam perang uhud karena tergiur dengan harta sehingga tidak mendengarkan ucapan Rasulullah.
Baca juga: Tengku Zulkarnain Ngamuk-ngamuk KPU Umumkan Hasil Pemilu Sebelum 22 Mei
"Saat perang Uhud, Nabi SAW ingatkan agar anggota tetap dalam barisan. Tapi ada satu shbt yg tergiur dengan gonimah (harta rampasan perang). Akhirnya sahabat nekad turun dari bukit. Dia lupa musuh sudah nunggu, dia tewas kena busur panah musuh. Namanya Amir Huzaini Yasrib disingkat AHY."
Demikian postingan akun Twitternya Buzzer @WajahMuslim17, Sabtu (18/05/2019). Disebutkan pula bahwa AHY hanyalah ilustrasi dan pamflet dipasang gambar Agus bersama dengan Jokowi.
Dikatakan juga bahwa ayah dari Amir Huzaini Yasrib disingkat atau AHY bernama Said Badar Yusuf yang disingkat dengan SBY.
"Dan ketika besok 22 Mei rakyat akan bergerak untuk mengikuti iftor akbar 22, aksi kedaulatan nasional, people power, akannkah kalian menjadi penghianat mengikuti jejak AHY?" katanya di pamflet yang lain.
Pamflet tersebut mendapatkan kritik keras dari Rois Syuriah PCI NU Australia Nadirsyah Hosen lantaran memalsukan nama sahabat nabi.
Bagi Gus Nadir, setiap orang punya hak untuk membenci siapapun termasuk AHY atau SBY. Tapi memakai singkatan dari tokoh fiktif yang disandarkan kepada sahabat tidak benar.
"Gila bener, sampai nama sahabat pun dipalsukan. Gak suka sama AHY dan SBYerima, itu hak klean. Tapi jangan sampai maksa bikin singkatan nama dari tokoh fiktif. Sahabat Nabi lho yang klean palsukan itu. 2 ribu yang suka dan 4 ribu yang RT udah ketipu semua. Gak ada di kitab sejarah!," tulis Gus Nadir, Selasa (21/05/2019). [dutaislam.or.id/pin]
Baca juga: Tengku Zulkarnain Ngamuk-ngamuk KPU Umumkan Hasil Pemilu Sebelum 22 Mei
"Saat perang Uhud, Nabi SAW ingatkan agar anggota tetap dalam barisan. Tapi ada satu shbt yg tergiur dengan gonimah (harta rampasan perang). Akhirnya sahabat nekad turun dari bukit. Dia lupa musuh sudah nunggu, dia tewas kena busur panah musuh. Namanya Amir Huzaini Yasrib disingkat AHY."
Demikian postingan akun Twitternya Buzzer @WajahMuslim17, Sabtu (18/05/2019). Disebutkan pula bahwa AHY hanyalah ilustrasi dan pamflet dipasang gambar Agus bersama dengan Jokowi.
Saat perang Uhud, Nabi SAW ingatkan agar anggota tetap dlm barisan. Tapi ada satu shbt yg tergiur dg gonimah (harta rampasan perang).— Wajah Muslimah✌🇮🇩 (@WajahMuslim17) May 18, 2019
Akhirnya shbt nekad turun dari bukit. Dia lupa musuh sdh nunggu, dia tewas kena busur panah musuh.
Namanya Amir Huzaini Yasrib disingkat AHY. pic.twitter.com/FWF3Z4qEgz
Dikatakan juga bahwa ayah dari Amir Huzaini Yasrib disingkat atau AHY bernama Said Badar Yusuf yang disingkat dengan SBY.
"Dan ketika besok 22 Mei rakyat akan bergerak untuk mengikuti iftor akbar 22, aksi kedaulatan nasional, people power, akannkah kalian menjadi penghianat mengikuti jejak AHY?" katanya di pamflet yang lain.
Pamflet tersebut mendapatkan kritik keras dari Rois Syuriah PCI NU Australia Nadirsyah Hosen lantaran memalsukan nama sahabat nabi.
Bagi Gus Nadir, setiap orang punya hak untuk membenci siapapun termasuk AHY atau SBY. Tapi memakai singkatan dari tokoh fiktif yang disandarkan kepada sahabat tidak benar.
Gila bener, sampai nama sahabat pun dipalsukan. Gak suka sama AHY dan SBY silakan, itu hak klean. Tapi jangan sampai maksa bikin singkatan nama dari tokoh fiktif. Sahabat Nabi lho yg klean palsukan itu. 2 ribu yg like dan 4 ribu yg RT udah ketipu semua. Gak ada di kitab sejarah! https://t.co/JCVekQGcid pic.twitter.com/xZ5I4A7fpK— Nadirsyah Hosen (@na_dirs) May 21, 2019
"Gila bener, sampai nama sahabat pun dipalsukan. Gak suka sama AHY dan SBYerima, itu hak klean. Tapi jangan sampai maksa bikin singkatan nama dari tokoh fiktif. Sahabat Nabi lho yang klean palsukan itu. 2 ribu yang suka dan 4 ribu yang RT udah ketipu semua. Gak ada di kitab sejarah!," tulis Gus Nadir, Selasa (21/05/2019). [dutaislam.or.id/pin]