Iklan

Iklan

,

Iklan

Apa Perbedaan Ikhlas dan Pasrah

Duta Islam #07
22 Jun 2019, 19:21 WIB Ter-Updated 2024-09-02T07:29:07Z
Download Ngaji Gus Baha
Beda ikhlas dengan pasrah
Penjelasan perbedaan ikhlas dengan tawakal. Foto:istimewa

Dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dengan kata-kata ikhlas dan pasrah, itu semua ada karena sebuah retorika kehidupan memang semacam itu.

Dutaislam.or.id - Ikhlas artinya murni atau bersih, tidak tercampuri oleh sesesuatu yang kotor. Sedangkan pasrah atau sering disebut tawakal yang artinya menerima. Ada perbedaan makna dan istilah yang terkandung di dalamnya.

Ikhlas itu maksudnya murni (bersih, lurus) melakukan sesuatu dengan harapan balasan dari Allah. Bukan karena menginginkan balasan dari manusia, apa balasan material (harta, jabatan, dan sebagainya) atau non material (pujian, ketenaran, dan sebagainya).

Ikhlas lebih merupakan sebab dan tujuan, dimana sebab dan tujuan kita melakukan atau memutuskan sesuatu hanya karena berharap mendapat balasan dari Allah saja. Sedangkan tawakal lebih pada proses. Tawakal seakar dengan kata asma Allah (Al-Wakil). Dimana dalam proses kita melakukan sesuatu, kita mewakilkan dan mempercayakan segala sesuatu proses sampai dengan hasilnya kepada iradah (kehendak) Allah.

Baca: Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 265, Perumpamaan Orang Bersedekah

Sekarang banyak yang kurang tepat dalam menafsirkan kata “ikhlas”. Ketika ada seseorang lagi kecurian atau putus cinta orang lain akan menasehati: "Sudah, diikhlaskan saja". Secara bahasa ini tidak tepat. Mungkin orang mengatakan itu dengan memaksudkan, diikhlaskan saja, biar nanti Allah yang membalas atau menggantinya. Namun ini tidak tepat, karena sesungguhnya ikhlas adalah sebuah niat atau sikap hati yang dimunculkan ketika seseorang akan melaksanakan suatu amal. Sekali lagi ikhlas adalah sebuah sebab dan tujuan.

Dalam al-Quran, kata ikhlas dikaitkan dengan tidak mempersekutukan Allah (kemusyrikan).

حُنَفَاءَ لِلَّهِ غَيْرَ مُشْرِكِينَ بِهِ ۚ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَكَأَنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَاءِ فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ أَوْ تَهْوِي بِهِ الرِّيحُ فِي مَكَانٍ سَحِيقٍ

Artinya:
Dengan ikhlas kepada Allah, tidak mempersekutukan sesuatu dengan Dia. Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh. (QS Al-Hajj Ayat 31)

Dalam Surat Yunus Ayat 105 juga menjelaskan perihal ikhlas

وَأَنْ أَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا وَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُشْرِكِينَ

Artinya:
"dan (aku telah diperintah): Hadapkanlah mukamu kepada agama dengan tulus dan ikhlas dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang musyrik”.

Kenapa ikhlas dikaitkan dengan mempersekutukan Allah? Karena sesungguhnya ketika seseorang beramal, yang sangat menentukan adalah niat dan tujuannya. Kalau niat dan tujuannya untuk mendapatkan balasan dari selain Allah (manusia), maka sesungguhnya ia telah mensekutukan Allah dengan yang lain.

Mengharap balasan dari Allah bentuknya banyak. Mulai dari berharap mendapat balasan berupa materi, berupa harta, jabatan atau wanita. Contoh seseorang melakukan sesuatu dengan berharap mendapat balasan harta, kita membantu seseorang, dengan berharap semoga suatu waktu orang tersebut membantu bekerja di kantor dengan rajin dan bersemangat, tetapi sebenarnya di hati kita melakukan hal tersebut agar atasan kita melihat sehingga kita bisa meningkat karirnya. Atau ada juga seorang yang mencalonkan diri jadi lurah, rajin shalat di masjid, rajin menyantuni fakir miskin, dengan berharap orang  memilihnya menjadi lurah.

Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khattab , dia berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda : "Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan." (HR Muslim)

Beda Ikhlas dengan Pasrah


Kalau di atas menjelaskan ikhlas yang dirusak karena berharap balasan berupa materi dari manusia, ada juga ikhlas yang dirusak karena berharap balasan non material. Contohnya ada seseorang rajin melakukan sedekah agar terkenal sebagai orang yang baik. Ada juga orang yang rajin berdakwah kesana kemari, tetapi dihatinya berharap dengan dakwahnya dibilang orang sebagai seorang yang banyak ilmunya. Banyak sekali wujud pengharapan non material, bahkan sekedar berharap dapat balasan ucapan terimakasih pun sesungguhnya merupakan wujud paling sederhana berharap mendapat balasan non material dari manusia.

Ciri seseorang yang tidak ikhlas dalam melakukan sesuatu hal  adalah bahwa ia berharap mendapatkan pujian atau dukungan dari manusia. Ia juga akan merasa bersedih jika dicaci manusia.

Terkait dengan tawakal (pasrah), dalam Al-Quran kata tawakal dikaitkan oleh Allah dengan keimanan terhadap ketetapan Allah.

قُلْ لَنْ يُصِيبَنَا إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلَانَا ۚ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ

Artinya:
Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal." (QS At-Taubah Ayat 51)

Kenapa demikian? Karena sikap pasrah itu sesungguhnya adalah sebuah sikap penerimaan kita atas segala yang ditetapkan Allah terjadi kepada kita. Dalam kalimat lain, pasrah adalah sikap kita bersepakat dengan Allah SWT.

Baca: Kisah Mualaf dan Rezeki Langit

Pasrah sebenarnya bukan hanya diakhir ketika kita sudah tidak memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu lagi. Misalnya ketika anak kita sakit, kita berusaha berobat ke dokter A, B, dan C. Juga berobat ke altenatif, menggunakan jamu ini dan itu, ketika gagal juga, baru kita pasrah. Bukan demikian! Tetapi pasrah adalah sebuah sikap hati yang yakin kepada ketetapan Allah, sejak awal berusaha sampai akhir. Sehingga Nabi SAW mengajarkan doa ketika kita akan melakukan sesuatu, yang berbunyi:
بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ، لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ


Manusia memiliki lahir dan batin. Memiliki jasad, anggota tubuh dan hati.  Sikap pasrah adalah sikap hati yang siap menerima segala ketetapan Allah. Walaupun jasad kita berusaha melakukan ini dan itu, tetapi secara terpisah hati kita menerima ketetapan-Nya. Inilahh yang dikatakan Syehk Abdul Qadir Jailani sebagai berikut: “Dudukkanlah dirimu bersama kehidupan duniawi, sedangkan kalbumu bersama kehidupan akhirat, dan rasamu bersama Rabbmu.” [dutaislam.or.id/ka]

Iklan

close
Iklan Flashdisk Gus Baha