Iklan

Iklan

,

Iklan

Hukum Seorang Wanita Haid Masuk dalam Masjid

Duta Islam #07
24 Jun 2019, 00:57 WIB Ter-Updated 2024-09-02T07:29:17Z
Download Ngaji Gus Baha
hukum wanita haid masuk dalam masjid
hukum wanita haid masuk dalam masjid. Foto: istimewa

Perempuan dalam keadaan menstruasi atau haid dikategorikan sebagai orang yang sedang junub. maka ada hukum tersendiri bagi perempuan jika sedang mentruasi atau haid.

Dutaislam.or.id - Seorang perempuan yang benar-benar sedang mengalami fase menstruasi atau haid itu boleh berada di dalam masjid dan boleh mengaji atau tidak menurut pandangan fiqih?. Artinya ia sedang dalam keadaan hadats besar. Pertanyaannya apakah orang dalam keadaan hadats besar ini boleh masuk ke dalam masjid atau duduk di bagian serambinya?

Ada beberapa ulama yang berbeda pendapat dalam melihat persoalan seperti ini. Ada sebagian ulama yang mengharamkannya. Tetapi ada juga sebagian ulama lain memperbolehkannya.

Kelompok yang mengharamkan masuknya orang junub ke dalam masjid adalah ulama dari kalangan Madzhab Syafi’i. Hal ini ditegaskan Imam Nawawi sebagaimana kami kutip dalil sebagai berikut.

يحرم علي الحائض والنفساء مس المصحف وحمله واللبث في المسجد وكل هذا متفق عليه عندنا وتقدمت أدلته وفروعه الكثيرة مبسوطة في باب ما يوجب الغسل والحديث المذكور رواه أبو داود والبيهقي وغيرهما من رواية عائشة رضي الله عنها واسناده غير قوى وسبق بيانه هناك

Artinya:
Bagi orang haid dan nifas haram hukumnya menyentuh dan membawa mushaf Al-Quran, dan berdiam di masjid. Semua itu telah disepakati di kalangan kami madzhab Syafi’i. Dalilnya sudah dijelaskan. Banyak cabang masalah ini diulas agak panjang pada bab. Hal-hal yang menyebabkan mandi wajib. Hadits perihal ini diriwayatkan Abu Dawud, Al-Baihaqi, dan perawi lainnya dari A‘isyah RA dengan sanad yang tidak kuat. Penjelasannya sudah lewat di sana,” (Lihat Imam An-Nawawi, Al-Majmu‘, juz II, halaman 358).

Meskipun demikian, keharaman ini, menurut Madzhab Syafi’i, tidak berlaku untuk Nabi Muhammad SAW. Untuk Nabi SAW, hukum ini tidak berjalan karena beberapa sebab. Ada baiknya kita lihat argumentasi yang dikemukakan Syekh Syarqawi berikut ini.

وأما النبي صلى الله عليه وسلم فيحل مكثه بالمسجد وهو من خصائصه صلى الله عليه وسلم لأن احتياجه للمسجد يكثر لنشر السنة، فيجوز له ذلك لكن لم يقع منه، ولأن ذاته أعظم من ذات المسجد

Artinya:
 “Adapun untuk Nabi Muhammad SAW, berdiam di masjid dalam kondisi junub diperbolehkan baginya. Ini termasuk hukum khusus untuk Beliau karena kepentingannya terhadap masjid lebih banyak untuk mengajarkan sunahnya. Karenanya Rasulullah SAW boleh berdiam di masjid dalam keadaan junub, sekalipun hal ini belum pernah terjadi. Alasan lainnya, diri Rasulullah SAW lebih mulia dibanding masjid itu sendiri,” (Lihat Syekh Abdullah Syarqawi, Hasyiyatus Syarqawi ala Tuhfatit Thullab, Beirut, Darul Fikr, 1426-1427 H/2006 M, juz I, halaman 85).

Baca: 3 Jenis Darah Kewanitaan Menurut Ulama Fikih

Sedangkan kelompok yang membolehkan orang junub masuk ke dalam masjid adalah Madzhab Hambali. Menurut mereka, tanpa udzur dan darurat sekalipun orang junub boleh saja masuk ke dalam masjid dengan berwudhu terlebih dahulu.

ومذهب الإمام أحمد جواز المكث في المسجد للجنب بالوضوء لغير ضرورة فيجوز تقليده

Artinya:
 “Madzhab Imam Ahmad membolehkan orang junub berdiam di masjid hanya dengan berwudhu tanpa darurat sekalipun. Pendapat ini boleh diikuti,” (Lihat Syekh M Nawawi Al-Bantani, Nihayatuz Zain fi Irsyadil Mubtadi’in, Beirut, Darul Fikr, halaman 34).

Adapun diba’an yang dilakukan orang junub di dalam masjid tentu tidak ada masalah menurut Madzhab Hambali. Kalau pengajian yang dimaksud adalah majelis taklim, ini baik-baik saja. Perempuan yang haid selagi bisa menjamin kebersihan masjid tetap bisa beraktivitas seperti menghadiri majelis taklim, atau diba’an di dalamnya. Jadi dalam hal ini, kalau mengikuti Madzhab Hambali, tidak masalah perempuan haid masuk ke dalam masjid, terlebih lagi untuk mendengarkan nasihat-nasihat agama atau mendengar riwayat kehidupan Rasulullah SAW yang mulia.

Jumhur ahli fiqih dari keempat madzhab berpendapat bahwasannya tidak boleh seorang wanita haid untuk berdiam di masjid, dengan dalil hadist riwayat Bukhari (974)dan Muslim (890), dari Ummu ‘Athiyah dia berkata:

أمرنا تعني النبي صل الله عليه و سلم أن نخرج في العيدين  العواتق  ذوات الخدورو و أمر الخيض أن يعتزلن مصلى المسلمين

Artinya:
Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kepada kami untuk keluar rumah pada dua hari raya, termasuk remaja putri dan gadis pingitan, dan beliau memerintahkan wanita yang haid untuk menjauhi tempat shalat”.

Hukum Wanita Haid Masuk dalam Masjid


Dalam hadist ini, Nabi SAW melarang  wanita yang haid mendekati tempat shalat ‘id dan memerintahkan mereka untuk menjauhinya, dikarenakan disana terdapat hukum masjid, dan ini menjadi dalil dilarangnya wanita haid untuk memasuki masjid. Jumhur juga berdalil dengan hadist yang lain, akan tetapi hadist tersebut dhaif dan tidak boleh dijadikan hujjah, diantaranya hadist perkataan Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam:

لا أحل المسجد لحائض ولا جنب

Artinya:
Tidaklah halal masjid untuk orang yang haid dan junub”.  Hadist ini didhaifkan oleh Syekh Albani dalam kitab Dhaif Abi Daud (232).

Tidak boleh bagi seorang wanita yang sedang haid atau nifas untuk memasuki masjid. Sedangkan bila hanya lewat, maka diperbolehkan apabila ia mempunyai kepentingan dan yakin bahwa tidak akan mengotori masjid dengan najisnya, berdasarkan firman Allah Ta’ala Qs An Nisa’:43.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَقْرَبُوا الصَّلَاةَ وَأَنْتُمْ سُكَارَىٰ حَتَّىٰ تَعْلَمُوا مَا تَقُولُونَ وَلَا جُنُبًا إِلَّا عَابِرِي سَبِيلٍ حَتَّىٰ تَغْتَسِلُوا ۚ وَإِنْ كُنْتُمْ مَرْضَىٰ أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَفُوًّا غَفُورًا

Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.

Baca: Darah Haid yang Terputus Tak Teratur, Antara Haid dan Istihadlah

Boleh dibilang bahwa haid dan nifas bukan alasan untuk libur beraktivitas, termasuk kegiatan perkumpulan majelis taklim. Karena, kaum ibu sangat baik terlibat dalam kegiatan yang menyangkut maslahat umum, terlebih lagi perkumpulan majelis taklim. Perkumpulan ini punya catatan tersendiri di sisi Allah SWT. Namun kita sudah pahami dari sudut pandang ulama yang mengatakan haram dan di perbolehkannya. semoga penjelasan ini bisa bermanfaat. [dutaislam.or.id/ka]

Iklan

close
Iklan Flashdisk Gus Baha