Saling memaafkan. Foto: istimewa |
Dutaislam.or.id - Kata al-afuww ( العَفُوُّ ), terambil dari akar kata yang terdiri dari huruf-huruf 'ain, fa', dan wauw. Maknanya berkisar pada dua hal, yaitu meninggalkan sesuatu dan memintanya. Dari sini, lahir kata afwu, yang berarti meninggalkan sanksi terhadap yang bersalah (memaafkan).
Perlindungan Allah dari keburukan, juga dinamai afiah. Perlindungan mengandung makna ketertutupan, dari sini kata afwu juga diartikan menutupi, bahkan dari rangkaian ketiga huruf itu juga lahir makna terhapus atau habis tiada berbekas, karena yang terhapus dan habis tidak berbekas pasti ditinggalkan. Selanjutnya ia dapat juga bermakna kelebihan, karena yang berlebih seharusnya tidak ada dan ditinggalkan, yakni dengan memberi siapa yang memintanya. Dalam beberapa kamus dinyatakan bahwa pada dasarnya kata afwu, berarti menghapus, membinasakan, dan mencabut akar sesuatu.
Dalam Al-Qur'an kata afwu dalam berbagai bentuknya ditemukan sebanyak 35 kali dengan berbagai makna. Kata afuww ditemukan sebanyak tiga kali, kesemuanya menunjuk kepada Allah swt. Selain itu ditemukan juga sekian banyak kata kerja masa lampau, masa kini, dan masa akan datang yang pelakunya adalah Allah swt., di samping pelakunya manusia.
Jangan menduga bahwa pemaafan Allah hanya tertuju kepada mereka yang bersalah secara tidak sengaja, atau melakukan kesalahan karena tidak tahu. Memang kalau kita hanya merujuk kepada ayat-ayat yang menunjuk kepada Allah dengan sifat afuww, maka kesan demikian dapat muncul. Lihatlah dua di antara ketiga ayat yang menuniuk Allah dengan sifat afuww.
وَإِنْ كُنْتُمْ مَرْضَىٰ أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَفُوًّا غَفُورًا
Artinya:
" Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun." (QS. An-Nisa': 43).
Setelah mengecam dan mengancam orang-orang yang berpangku tangan dan enggan berjuang dan berhijrah, Allah swt berfirman:
إِلَّا الْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ وَالْوِلْدَانِ لَا يَسْتَطِيعُونَ حِيلَةً وَلَا يَهْتَدُونَ سَبِيلًا, فَأُولَٰئِكَ عَسَى اللَّهُ أَنْ يَعْفُوَ عَنْهُمْ ۚ وَكَانَ اللَّهُ عَفُوًّا غَفُورًا
Artinya:
" Kecuali mereka yang tertindas, baik laki-laki atau wanita ataupun anak- anak yang tidak mampu berdaya upaya dan tidak mengetahui jalan untuk hijrah), mereka itu,mudah-mudahan Allah memaafkannya. Dan adalah Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun." (QS. An-Nisa':98-99).
Sekali lagi, jangan menduga Allah hanya memaafkan pelaku dosa yang terpaksa atau tak tahu. Dan juga jangan duga bahwa Dia selalu menunggu yang bersalah untuk meminta maaf. Tidak! Sebelum manusia meminta maaf, Allah telah memaafkan banyak hal. Bukan hanya Rasul, yang dimaafkan sebelum beliau meminta maaf (QS. At-Taubah: 43), tetapi juga orang-orang durhaka. Perhatikanlah (QS. Asy-Syura: 33-34) dan (QS. Ali 'Imran: 155).
Allah al- afuww adalah Dia yang menghapus kesalahan hamba-hamba-Nya, serta memaafkan pelanggaran-pelanggaran mereka. Sifat ini mirip denga sifal al-Ghafur, hanya saja menurut Imam Ghazali, pemaafan Allah lebih tinggi nilainya dari maghfirah. Bukankah kata afwu mengandung makna menghapus, mencabut akar sesuatu, membinasakan, dan sebagainya, sedang kata ghafur, terambil dari akar kata yang berarti menutup? Sesuatu yang ditutup, pada hakikatnya tetap wujud, hanya tidak terlihat, sedang yang dihapus, hilang, kalau pun ada tersisa, paling hanya bekas-bekasnya.
Agaknya dasar diatas, pakar bahasa Al-Qur'an, Ar-Raghib Al- Ashfahani, menulis dalam Mufradat-nya bahwa apa yang dinamai ash-shafh berada pada tingkat yang lebih tinggi dari al-afwu. Kata ash-shafh yang antara lain berarti lembaran yang terhampar memberi kesan bahwa yang melakukannya membuka lembaran baru, putih bersih, belum pernah dipakai, apalagi dinodai oleh sesuatu yang dihapus.
Di atas telah dipaparkan dua dari tiga ayat yang menunjuk sifat Allah al-afuww. Ayat ketiga dan terakhir yang menunjuk sifat-Nya itu memberi bimbingan bagaimana cara untuk mendapatkan penghapusan dosa dan pemaafan Ilahi. Firman-Nya:
إِنْ تُبْدُوا خَيْرًا أَوْ تُخْفُوهُ أَوْ تَعْفُوا عَنْ سُوءٍ فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ عَفُوًّا قَدِيرًا
Artinya:
"Jika kamu melahirkan sesuatu kebaikan atau menyembunyikan atau memaafkan sesuatu kesalahan (orang lain), maka sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Kuasa." (QS. An-Nisa': 149).
Pemaafan Allah terbuka lebar bagi siapa pun yang bersedia memberi kebaikan secara terang-terangan atau sembunyi-sembunyi dan yang bersedia memaafkan orang lain. Ketika Sayyidina Abu Bakar ra. bersumpah untuk memutuskan bantuannya kepada Misthah salah seorang yang selama ini dibantunya akibat keterlibatannya menyebarkan isu negatif terhadap putri beliau sekaligus istri Nabi saw., Aisyah ra., Allah menurunkan pesan untuk beliau dan umat Islam seluruhnya:
وَلَا يَأْتَلِ أُولُو الْفَضْلِ مِنْكُمْ وَالسَّعَةِ أَنْ يُؤْتُوا أُولِي الْقُرْبَىٰ وَالْمَسَاكِينَ وَالْمُهَاجِرِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۖ وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا ۗ أَلَا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Artinya:
" Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang," (QS. An-Nur: 22). Demikian, wa Allah A'lam. [dutaislam.or.id/ka]
Sumber:
Ensiklopedia Al-Qur'an, Kajian Kosakata, Jilid: I, hlm: 9-10-11, ditulis oleh M. Quraish Shihab