Ilustrasi kaum Ad menurut tafsir Al-Qur'an. Foto: istimewa. |
Dutaislam.or.id - Kata Ad adalah nama suatu kaum Nabi Hud as. Menurut Al-Qurthubi, nama ini diambil dari nama nenek moyang mereka yang bernama Ad bin Aus bin Iram bin Syalikh bin Arfakhsyad bin Sam bin Nuh. Nabi Hud sendiri adalah keturunan dari 'Ad, yaitu melalui ayahnya Abdullah bin Rabah bin Al-Jalud bin Ad. Kaum Ad datang setelah umat Nabi Nuh as. (QS. Al-A'raf: 69) dan sebelum kaum Tsamud, umat Nabi Shalih as. (QS. Al-A'raf: 74).
Daerah tempat tinggal mereka berada di pinggiran Hadramaut membentang hingga Yaman, demikian Ibnu Katsir dan Al-Qurthubi menulis. Kaum Ad termasuk penguasa yang kejam (QS. Hud: 59), jika menghukum seseorang tidak mengenal rasa perikemanusiaan (QS. Asy-Syu'ara': 130).
Peradaban Kaum ini sudah sangat maju. Mereka membangun kota yang megah bernama Iram (QS. Al-Fajr: 7), suatu kota yang belum pernah ada sebelumnya. Kota tersebut dikelilingi dengan benteng-benteng yang kokoh (QS. Asy-Syu'ara': 129). Bangunan yang ada di dalamnya adalah bangunan yang tinggi-tinggi (QS. Al-Fajr: 7) dan didirikan di daerah yang tinggi (QS. Asy-Syu'ara':128) di atas bukit-bukit yang berpasir (QS. Al-Ahqaf: 2l).
Baca: Hadist Tentang Melihat Nabi dalam Keadaan Terjaga
Penduduknya sangat sejahtera karena berlimpahan kemewahan yang sangat banyak (QS. Asy-Syu'ara':128). Hal ini, menurut Ibnu Katsir, disebabkan oleh tanahnya yang subur sehingga hasil perkebunan dan pertanian sangat melimpah. Dengan peradaban yang demikian, pantaslah mereka merasa diri cukup kuat (QS. Fushshilat: 15).
Kaum Ad adalah suatu kaum yang sangat kuat berpegang pada tradisi nenek moyang mereka, yaitu tradisi meyembah berhala (QS. Hud: 53). Karena itulah, Nabi Hud diutus Allah untuk membimbing mereka ke jalan yang benar, yaitu menyembah hanya kepada Allah swt.
Kaum Ad tidak menghiraukan seruan Nabi Hud dan tidak percaya terhadap apa yang disampaikannya, hari akhirat mereka dustakan, meskipun Nabi Hud mendatangkan suatu bukti kerasulannya (QS. Hud: 53), bahkan menganggap dia sebagai orang yang kurang akal dan pendusta (QS. Al-A'raf: 66). Mereka juga menuduh bahwa kegilaan Nabi Hud disebabkan oleh bencana dari Tuhan mereka kepadanya (QS. Hud: 5 ). Lebih dari itu, mereka juga menantang Nabi Hud, jika memang benar apa yang disampaikannya itu, agar ditimpakan azab kepada mereka (QS. Al-A'raf: 70).
Karena pembangkangan yang mereka lakukan dan tantangan yang mereka minta, datanglah azab Allah berupa angin yang sangat dingin dan amat kencang (QS. Al-Haqqah: 6) serta bergemuruh (QS. Fushshilat: 16), yang berlangsung terus-menerus sehingga menyebabkan mereka bagaikan pohon kurma yang tumbang satu persatu (QS. Al-Qamar: 19-20), dan apa yang dilewatinya akan hancur menjadi serbuk-serbuk (QS. Adz-Dzariyat: 41 dan 42).
Ketika azab itu datang mereka sangat gembira karena menganggapnya sebagai awan pertanda akan turun hujan. Awan itu seakan menelusuri lembah-lembah mereka. Akan tetapi, apa yang mereka sangka ternyata adalah azab yang menghancurkan mereka dan kemewahan yang mereka miliki. Sehingga yang tinggal hanyalah puing-puing yang berserakan (QS. Al-Ahqaf: 24-25 dan Al-Ankabut: 38).
Kata Ad dengan arti kaum Ad terulang 24 kali di dalam Al-Qur'an. Kisah ini di dalam Al-Qur'an dimaksudkan agar menjadi pelajaran bagi mereka yang ingkar kepada Allah dan menentang rasul-Nya, yaitu bahwa betapapun manusia memiliki kekuatan/kekuasaan yang luar biasa dan kekayaan yang melimpah ruah, seperti yang dimiliki oleh kaum Ad, pasti akan hancur (QS. At-Taubah: 70, Al-Furqan:38, An-Najm: 50, dan Al-Fajr: 6)
Mereka itu akan mendapat laknat, baik di dunia maupun di akhirat (QS. Ibrahim [14]: 15-16). Kisah ini juga merupakan motivasi kepada Nabi saw. di dalam berdakwah, yaitu bahwa setiap nabi dan rasul yang diutus oleh Allah pasti mendapat tantangan yang sangat berat dari kaumnya, sebagaimana dikatakan di dalam QS. Al-Hajj ayat 42. [dutaislam.or.id/ab]
Sumber:
Ensiklopedia Al-Qur'an, Kajian Kosakata, Jilid: I, hlm: 3-4, ditulis oleh Zubair Ahmad