Iklan

Iklan

,

Iklan

Munculnya Makna Raqib dan Atid (Penjaga yang Selalu Sedia)

Duta Islam #07
4 Feb 2021, 01:43 WIB Ter-Updated 2024-08-17T20:58:38Z
Download Ngaji Gus Baha
Makna nama Malaikat raqib dan atid
Asal usul makna raqib dan atid. Foto: istimewa

Dutaislam.or.id -
Kata 'atid (عتيد) merupakan kata benda yang mengandung arti pelaku (ism fa'il) berasal dari 'atuda - ya'tudu - 'atadan wa 'itadatan yang berarti 'tahayya'a wahadhara' (siap, sedia dan hadir atau berada di tempat). Al-'atid (العتيد) berarti pelaku yang selalu siap, selalu sedia, selalu berada di tempat. Bentuk jamaknya 'ata'id (عتاءيد). 

Ibnu Zakaria, pengarang Mu'jam Maqiyis al-Lughah menulis bahwa kata 'atad (عتد) menunjuk kepada arti 'al-hudhur wa al-qurb' (hadir/berada di tempat dan dekat), sedangkan al-'atid (العتيد) berarti 'al-hadhir wa al-mu'addu' (yang hadir [yang berada] di tempat) dan yang disiapkan). Al-Ashfahani menulis, al-'atad (العتد) berarti 'iddikhar asy-syai' qabla al-hajati ilaih (menabung/menyiapkan sesuatu sebelum dibutuhkan).


Al-'atid (العتيد) di dalam Al-Qur'an disebut dua kali, yaitu pada (QS.Qaf: 18 dan 23). 'Atid (عتيد) pada Ayat 18 yang dirangkaikan dengan kata raqib (رقيب) yang mengandung makna 'al hafizh, al-haris, al-muntazhir' (penjaga atau pengawas). Dengan demikian, Raqib, 'Atid (عتيد + رقيب) berarti penjaga/pengawas yang selalu hadir (berada di tempat) dan siap sedia'.

Pada ayat sebelumnya, Raqib, 'Atid (عتيد + رقيب) ditampilkan dengan istilah al-mutalaqqiyan, yaitu dua malaikat yang bertugas untuk mencatat semua amal perbuatan manusia yang berada di bawah pengawasannya. Salah satu dari kedua malaikat tersebut berada di sebelah kanan, 'ani al-yamin, yaitu yang bertugas mencatat amal baik, dan yang lain berada di sebelah kirinya, 'ani asy-syimal, yaitu yang bertugas mencatat amal buruknya. 

Menurut suatu pendapat, malaikat yang berada di sebelah kanan dinamakan Raqib dan yang di sebelah kiri dinamakan 'Atid. Menurut Mujahid, malaikat pengawas bagi setiap manusia itu ada empat, dua bertugas di siang hari dan dua lainnya bertugas di malam harinya.

Malaikat pencatat amal kebaikan dinamakan Raqib karena kesesuaian di antara maknanya dengan tugas yang diembannya, yakni mencatat amal baik orang yang seolah-olah agar tidak sampai terabaikan sehingga tidak diberikan balasan. Demikian juga halnya dengan malaikat pencatat amal jahat dinamakan 'Atid. Namanya sesuai dengan tugasnya yakni untuk menjalankan tugasnya itu dia harus senantiasa hadir (berada di tempat) di tempat orang yang diawasinya. Dia pun harus senantiasa siap sedia untuk mencatat setiap kejahatan yang dilakukannya sebab perbuatan-perbuatan buruk dimaksud dapat saja terjadi setiap saat dan secara tiba-tiba.

'Atid pada (QS. Qaf: 23) mempunyai dua kemungkinan makna. Pertama, apabila diartikan dengan malaikat, maka makna hadzi ma ladayya 'atid (هَٰذَا مَا لَدَيَّ عَتِيدٌ) adalah'(malaikat berkata:) ini catatan amalnya ada (hadir) bersamaku'. Kedua, apabila diartikan setan, maka akan mengandung arti 'inilah azab yang disediakan/didatangkan bagiku sebagai akibat dari kesalahanku'. 

Keberadaan kedua malaikat ini sesungguhnya hanya sebagai alat bukti di akhirat kelak bahwa apa-apa yang didakwakan adalah benar adanya. Oleh karena itu, adanya kedua malaikat ini tidak memberikan pengertian bahwa Allah lemah atau tidak mampu untuk mengawasi seluruh kegiatan hamba-Nya.

Kata turunan dari 'atuda (عتد ) yang terdapat di dalam Al-Qur'an disebut 14 kali, tersebar pada sembilan surat dan 14 ayat. Kesemua kata tersebut muncul di dalam bentuk kata kerja lampau fi'l madhi. Satu di antaranya dengan pelaku orang ketiga perempuan tunggal, sedangkan tigabelas yang lain dikaitkan dengan Allah sebagai subjeknya. 

Kesemua ayat tersebut berbicara di dalam konteks negatif, yaitu berkaitan dengan siksaan atau neraka, kecuali di dalam (QS. Yusuf: 31), yang merupakan bagian dari rangkaian kisah Zulaikha dan Nabi Yusuf dan di dalam (QS. Al-AhzAb: 31), yang berbicara mengenai balasan berupa pahala dan rezeki yang akan diberikan oleh Allah swt. kepada istri-istri Nabi. [dutaislam.or.id/ka]

Sumber:
Ensiklopedia Al-Qur'an, Kajian Kosakata, Jilid: I, hlm: 35-36, ditulis Cholidi

Iklan