Pergaulan orang arab. Foto: istimewa |
Dutaislam.or.id - A'rab ialah orang-orang Arab Badui yang bertempat tinggal di pedesaan di luar kota. Kata ini seasal dengan kata 'Arab yang merujuk pada suatu golongan etnik dari ras Semit yang berasal dari keturunan Nabi Ismail as. dan daerah asalnya adalah Semenanjung Arabia.
Menurut Ar-Raghib Al-Ashfahani, A'rab pada mulanya merupakan jamak dari 'Arab, kemudian dipergunakan di dalam pergaulan sebagai sebutan bagi penduduk Arab yang tinggal di pedalaman. Kata 'Arab menjadi nama generik bagi semua orang Arab, dan kadang kala menunjukkan pada orang-orang Arab yang tinggal di perkotaan.
Kata 'Arab mempunyai tiga arti pokok. Pertama, 'kejelasan dan kefasihan'; misalnya a'rab ar-rajul 'an nafsih (lelaki itu menjelaskan identitasnya); kedua 'keaktifan dan keceriaan'; misalnya al-mar'ah al-'arub (wanita yang ceria menyenangkan suaminya); ketiga makna 'rusak' seperti pada 'aribat ma'idatuh (rusak lambungnya).
Di dalam Al-Qur'an kata A'rab disebut sepuluh kali, yaitu di dalam (QS. At-Taubah: 90, 97, 98, 101, dan 120), (QS. Al-Ahzab: 20), (QS. Al-Fath: 11, 16), serta (QS. Al-Hujurat: 14).
Penyebutan A'rab di dalam Al-Qur'an merujuk pada orang-orang Badui di dalam pergaulannya dengan Nabi Muhammad saw. ada yang negatif, tetapi ada pula yang positif. Sikap mereka yang negatif misalnya mencari-cari uzur agar diizinkan tidak ikut berjihad (QS. At-Taubah: 90), kaku dan menganggap infak di jalan Allah sebagai kerugian (QS. At-Taubah: 98).
Kekafiran dan kemunafikan mereka menurut Thabarsi, lebih hebat daripada orang-orang kota yang kafir karena tabiat mereka yang kasar, jauh dari tempat ilmu pengetahuan, tidak mendengar wahyu dan perintah Rasul, tidak menyaksikan mukjizat dan berkat wahyu. Orang-orang Arab Badui dimaksud bertempat tinggal di sekitar Madinah, terdiri dari penduduk Juhaina, Muzayyanah, Aslam, Asyja', dan Gifar.
Al-Qur'an juga menunjukkan perilaku sebagian A'rab yang positif, yaitu ada yang benar-benar beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi Muhammad saw. serta memandang infak pada jalan Allah (sabilillah) sebagai jalan mendekatkan diri pada Allah (QS. At-Taubah: 99); ada pula yang sudah masuk Islam tetapi keislamannya itu perlu pembuktian iman dengan tidak ragu-ragu berjuang pada jalan Allah (sabilillah) dengan mengorbankan harta dan jiwa (QS. Al-Hujurat: 14). [dutaislam.or.id/ka]
Sumber:
Ensiklopedia Al-Qur'an, Kajian Kosakata, Jilid: I, hlm: 44-45, ditulis M. Rusydi Khalid