![]() |
Ilustrasi kendaraan angkut strek. Foto: istimewa. |
Dutaislam.or.id - Sekali lagi sangat bahagia, progres pengumpulan dana atasnama wakaf lahan RS (tanpa) NU ada pergerakan penambahan. Terakhir terlihat dari MWCNU Mayong. Setelah berbulan-bulan selalu berwarna merah karena 0 rupiah, kemarin akhirnya terpantau masuk 13,1 juta atau 2,7 persen dari target panitia.
Tentu itu menarik. MWCNU Mayong sudah sejak lama menginisiasi pembangunan Rumah Sakit Islam (RSI) NU Mayong. Lahan pun sudah tersedia tanpa harus membebankan pengurus MWCNU atau pengurus ranting se-Mayong untuk berwakaf ria seperti untuk RS (tanpa) NU di Troso Pecangaan itu.
Kalaupun belum ada proses pembangunan gedung dan lainnya, itu semata untuk memastikan master plan serta induk rencana pengembangan yang tepat bersama Arsinu (Asosiasi Rumah Sakit Islam NU) dan PBNU. Sebutlah untuk memudahkan kerjasama antara MWCNU Mayong, Yayasan Kesehatan Islam NU (Yakisnu) Mayong, dan investornya.
Kembali pada fenomena 13 juta dari MWCNU Mayong untuk RS (tanpa) NU. Setidaknya itu terkumpul baru 3 ranting yang didapatkan sekitar 20 nama yang masing-masing berikrar wakaf 1 meter atau 650 ribu. Langkah itu mungkin saja syarat "berkorban" agar menggugurkan kewajiban yang dianggap sifatnya fardhu kifayah. Apa maksudnya?
Manakala ada suara MWCNU Mayong menolak, maka faktanya sudah setor. Manakala dibilang tidak patuh pada instruksi PCNU, faktanya sudah mendukung. Dan jika dibanding-bandingkan bahwa MWCNU Mayong adalah yang paling sedikit, maka jawabannya menjadi mudah bahwa 2 persen atau 60 persen dana wakaf yang disetorkan tetap artinya gagal memenuhi target.
Sangat dipahami rasa tertekan yang diterima bagi pengurus NU di tingkatan level manapun. Sejauh ini, sejumlah ranting di luar MWCNU Mayong pun sedang mengupayakan pembebasan lahan karena tidak punya kantor atau gedung NU. Bahkan di wilayah yang semangat kompetisi dengan organisasi lain semacam Muhammadiyah atau LDII, pengurus NU di wilayah tersebut pun dalam kondisi maju kena mundur kena.
Betapa banyak pengurus ranting yang tertatih membiayai sekolah madrasahnya. Betapa banyak pengurus ranting yang memimpikan punya armada Ambulance untuk layanan umat, sayang hanya sebatas mimpi karena terbebani pembangunan gedung ranting, gedung MWCNU, termasuk RS (tanpa) NU.
Kesadaran akan potensi ranting yang lemah itulah, setidaknya ada korban-korban lain atas nama personal. Sejumlah nama yang tampak mapan secara finansial, setidaknya telah bercerita atau ketahuan ceritanya mendahului "berkorban" untuk RS (tanpa) NU.
Apa yang terlaporkan di situs (nujepara.or.id) adalah progres pembabasan lahan sekitar 15 ribu meter. Namun ada hal yang pengurus NU atau warga nahdliyin tidak bisa akses tentang dana masuk dan keluar di luar pembebasan lahan. Mafhum kita ketahui bahwa menjelang acara peletakan batu pertama, sudah dilakukan pengerjaan perataan lahan, pengecoran tiang pancang, dan aktivitas tukang yang hampir sebulan berjalan.
Tentu sangat takjub dan luar biasa kagum pada pihak-pihak di balik layar, yang telah (semoga) ikhlas dan rela "berkorban". Setidaknya sebagai kemin soplo kere kere, langkah itu semua adalah fardhu kifayah. Jika sudah ada yang melakukan dan "berkorban", gugurlah kewajiban. Maklum, kemin kere kere. [dutaislam.or.id/ab]
Ditulis di Jepara, 27 Juni 2023 | Penulis: Kemin Soplo Kere Kere