![]() |
Ilustrasi pecah saling tuduh antar aliran salafi. Foto: dutaislam.or.id. |
Dutaislam.or.id - Sungguh ironis, Salafi yang mengaku sebagai kelompok anti-perpecahan dan anti-hizbi justru terpecah belah dan saling menghujat. Fakta ini terlihat dari beberapa kejadian di mana sesama kelompok Salafi saling menyerang, bahkan terlibat dalam pertikaian fisik. Ini menunjukkan bahwa menjawab pertanyaan mereka mungkin tidak perlu, karena masalah utama mereka adalah perpecahan di dalam diri mereka sendiri. Berikut beberapa contoh pernyataan dan pengakuan dari korban perpecahan di kalangan Salafi:
Pertama, ustadz-ustadz Salafi Turatsi (Ash-Shofwa di Lenteng Agung) mengatakan bahwa, "Haram hukumnya bermajelis dan berta'lim dengan Salafi Yamani."
Kedua, Salafi Wahdah Islamiyyah (di Jalan Haji Asmawi, Jakarta Selatan) menuduh, "Salafi Turatsi itu hizbi, antek PKS dan Ikhwanul Muslimin, yang termasuk 72 golongan yang masuk neraka jahannam."
Ketiga, para ustadz Salafi Sururi (di Masjid Hidayatus Shalihin, Poltangan, Pasar Minggu) menyebut: "Salafi Wahdah Islamiyyah adalah Khawarij, anjing-anjing neraka yang menggunakan sistem marhala."
Keempat, Salafi Yamani (di Masjid Fatahillah) menolak kelompok-kelompok Salafi lainnya seperti Salafi Sururi, Salafi Haraki, Salafi Turatsi, dan sebagainya, dengan menyatakan bahwa kelompok-kelompok tersebut adalah "Salaf-i (Salafi Imitasi) yang Khawarij, bid’ah, dan hizbi."
Kelima, Ja’far Umar Thalib (Salafi Ghuraba) antara lain pernah menuduh Abdul Hakim Abdat (Salafi Turatsi) sebagai "ustadz otodidak yang pakar hadats (najis) bukan pakar hadits, tapi saraf mujassima."
Keenam, Muhamad Umar as-Seweed (Salafi Yamani). Ia menyebut Ja’far Umar Thalib sebagai ahli bid’ah dan Khawarij. Bahkan, kelompok as-Seweed menulis buku berjudul "Pedang Tertuju di Leher Ja’far Umar Thalib," yang mengisyaratkan bahwa Ja’far Umar Thalib halal dibunuh.
Ketujuh, Abdul Hakim Abdat (Salafi Turatsi) menyatakan bahwa Salafi Wahdah Islamiyyah itu "sesat menyesatkan dan melakukan dosa besar" hanya karena mendirikan yayasan atau organisasi, yang menurutnya adalah hizbi.
Kedelapan, Salafi Wahdah Islamiyyah menggambarkan kelompok Salafi Yamani dan Abdul Hakim Abdat sebagai "Salafi primitif dan terbelakang yang hanya cocok hidup di zaman purba atau prasejarah."
Fenomena ini menunjukkan bahwa perseteruan di kalangan Salafi sangat kompleks dan melibatkan banyak pihak. Belum lagi, konflik antara Salafi dengan kelompok Islam lainnya seperti NU, Persis, Muhammadiyah, Majelis Rasulullah, PKS, DDII, Tarbiyyah, Nurul Musthofa, HTI, dan banyak lagi.
Ironis sekali, kelompok Salafi yang dikenal belajar jauh dan lama ke Timur Tengah, justru dalam hal akhlak dasar menunjukkan kurangnya pengaturan dan cenderung arogan. Bahkan, sesama Salafi saling menghalangi dakwah, menyebabkan barisan mereka terpecah belah dengan sendirinya. Banyak yang merasa bahwa sudah terlalu lama berbagai sekte Salafi melukai umat Islam, Ahlussunnah, dan Ahlu Atsar dengan sikap egois mereka. Mungkin sekarang adalah saatnya pembalasan dari Allah SWT.
Kesimpulan untuk Saudara Muslim
Al-Imam Abu Ishaq Asy-Syathibi dalam kitabnya Al-I’tisham menyebutkan bahwa salah satu tanda aliran atau firqah sesat adalah terjadinya perpecahan di antara mereka. Hal ini telah diingatkan dalam firman Allah SWT:
وَلَا تَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ تَفَرَّقُوْا وَاخْتَلَفُوْا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْبَيِّنٰتُۗ
Terjemah:
"Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai berai dan berselisih setelah datang keterangan yang jelas kepada mereka." (QS. Ali Imran: 105).
وَاَلْقَيْنَا بَيْنَهُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاۤءَ اِلٰى يَوْمِ الْقِيٰمَةِۗ
"Dan Kami telah timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari kiamat." (QS. Al-Maidah: 64).
Dalam hadits sahih yang diriwayatkan Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya Allah ridha padamu tiga perkara dan membenci tiga perkara. Allah ridha kamu menyembah-Nya dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya, kamu berpegang dengan tali (agama) Allah dan janganlah kamu bercerai berai."
Jadi, Allah sudah menjelaskan dengan firman-Nya. Kenapa masih ada yang keras kepala? Bukankah itu sifat setan? Marilah kita memperbaiki akidah kita dan bertabayyun dengan ulama, kiai, masyaikh, dan ustadz yang Ahlussunnah wal Jamaah yang jelas sanadnya. [dutaislam.or.id/ab]