Ilustrasi dalil bahwa Nabi Muhammad juga ziarah ke kuburan. Foto: dutaislam.or.id. |
Dutaislam.or.id - Golongan pengikut Salafi Wahabi seringkali mengejek dan menyebut Muslim yang berziarah ke makam orang saleh, seperti para wali, kiai, gus, atau tokoh ulama, sebagai "ahlul bid'ah kuburiyyun". Kali ini, kita akan memaparkan tips, teknik, sekaligus jawaban yang dapat diberikan kepada Salafi Wahabi jika mereka menyebut kita sebagai kuburiyyun. Berikut adalah pemaparannya.
Dialog ini ditulis oleh Jefri Nofendi dalam status Facebook pribadinya dengan editing bahasa seperlunya dari Redaksi Dutaislam.or.id.
Salafi Wahabi: Lihat tuh, ahlul bid'ah kuburiyyun suka sekali beribadah di kuburan, membaca Al-Qur'an di kuburan, padahal Nabi tidak pernah menyontohkannya bahkan tidak pula melakukannya, dan tak pernah Nabi membaca Al-Qur'an di kuburan.
Jawaban: Ah, siapa yang bilang? Kalau ternyata terbukti bahwa Nabi juga kuburiyyun seperti yang kau juluki, apakah kau mau mengakui kesalahanmu dan meminta maaf kepada orang yang kalian tuduh sebagai kuburiyyun itu?
Salafi Wahabi: Ngaco ente, Nabi bukan ahlul bid'ah, setiap yang dilakukannya itu sunnah, dan Nabi bukan kuburiyyun!
Jawaban: Betul, apa pun yang dilakukan Nabi adalah sunnah. Jika kami mengikuti apa yang pernah Nabi lakukan di kuburan, apakah kalian masih akan menuduh kami mengikuti bid'ah yang tercela?
Salafi Wahabi: Jika mengikuti Nabi, maka itu artinya sunnah. Tapi mana ada ahlul bid'ah kuburiyyun yang mengikuti sunnah Nabi!
Jawaban: Kalau ternyata Nabi Muhammad bin Abdullah kenyataannya seorang kuburiyyun, apa ente mau mengakui kesalahan ente dan meminta maaf?
Salafi Wahabi: Mana dalilnya? (ciri khas seorang Salafi Wahabi muncul, suka bertanya "mana dalilnya?")
Jawaban: Baik, tapi sebelumnya aku ingin tanya dulu, apakah sholat itu termasuk ibadah atau tidak?
Salafi Wahabi: Jelas termasuk ibadah dong, kan masuk dalam rukun Islam (terlihat penuh yakin).
Jawaban: Oke, kalau begitu, apakah sholat jenazah atau sholat ghaib juga termasuk ibadah?
Salafi Wahabi: Ngaco ente, jelas termasuk ibadah lah!
Jawaban: Lalu jika kita melakukannya, apakah kita disebut tengah melakukan ibadah?
Salafi Wahabi: Ya iyalah, lama amat ente nunjukkin dalilnya pake nanya-nanya segala.
Jawaban: Dan jika ditemukan dalil dan juga bukti bahwa Nabi beribadah di kuburan, apakah ente mau mengakui kesalahan dan meminta maaf?
Salafi Wahabi: Ah mana mungkin, mana mungkin Nabi seorang kuburiyyun yang beribadah di kuburan, mana dalilnya? (nampak penasaran ingin segera tahu jawabannya).
Salafi Wahabi Kaget dan Jantungan Ternyata Nabi Muhammad Itu kuburiyyun
Jawaban: Ini bukti dalil dan hujjahnya, Diriwayatkan dari Abu Hurairah, ada seorang laki-laki kulit hitam atau perempuan kulit hitam yang menjadi tukang sapu di masjid telah meninggal dunia. Nabi lalu bertanya tentang keberadaan orang tersebut. Orang-orang pun menjawab, “Dia telah meninggal!” Beliau pun bersabda, “Mengapa kalian tidak memberi kabar kepadaku? Tunjukkanlah kuburannya padaku!” Beliau kemudian mendatangi kuburan orang itu dan menshalatinya. (HR Bukhari dan Muslim, ini lafadz Bukhari).
Nah, ini bukti bahwa Nabi beribadah di kuburan. Tadi kamu bilang sholat itu termasuk ibadah, dan jika seseorang melakukannya berarti dia sedang beribadah. Dalam hadits tersebut disebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW beribadah sholat di kuburan tukang sapunya, berarti Nabi Muhammad SAW seorang kuburiyyun juga dong? Jika begitu, kami yang kalian juluki kuburiyyun sama dengan Nabi dong? Artinya kami pengikut Nabi yang kuburiyyun. Lantas, kamu bilang Nabi tidak melakukannya, lah buktinya Nabi melakukannya. Lantas, kamu mengikuti Nabi Muhammad yang mana? Muhammad bin Abdullah atau Muhammad bin Abdulwahab?
Salafi Wahabi: ...... (diam bungkam beberapa saat, tak mampu menjawab) lalu berkata, "Tapi itu dilakukan hanya kepada tukang sapunya, bukan berarti kita diperbolehkan untuk berziarah dan beribadah di kuburan para wali."
Jawaban: Berkenaan dengan hadits ini, Albani sendiri mensahihkannya, dan bahkan website, blog, fanspage milik Salafi Wahabi sendiri memuat kisah ini yang menjadi dalil untuk melakukan sholat jenazah di kuburan. Adapun Rasulullah SAW melakukan sholat untuk si tukang sapunya karena beliau merasa kehilangan sosok orang yang berjasa dan baik padanya selama ini. Karena itulah Rasulullah SAW meminta untuk ditunjukkan di mana kuburannya lalu sholat untuknya dan mendo'akannya. Para wali, guru, syeikh, kiai, gus, dan tokoh alim ulama adalah sosok yang berjasa dan orang baik yang menuntun umat, tentu saja mereka pantas diziarahi dan didatangi kuburannya di sana untuk didoakan.
Salafi Wahabi: Tapi kan Nabi gak baca Al-Qur'an di kuburan, lah ini ahlul bid'ah malah baca Al-Qur'an di kuburan, emangnya sampai buat si mayit? (dikasih dalil sahih Albani pun tetap ngeyel).
Jawaban: Nabi adalah seorang yang ummi (tidak bisa membaca dan menulis huruf apapun), sedangkan Al-Qur'an dibukukan setelah masa sepeninggal beliau. Jadi kau ini aneh, masa' iya Nabi Muhammad SAW membaca Al-Qur'an sedang Al-Qur'an belum dibukukan?
Salafi Wahabi: Maksud ane, Nabi kan gak membaca surah-surah Al-Qur'an untuk dihadiahkan kepada si mayit seperti yang dilakukan ahlul bid'ah kuburiyyun yang membaca surah-surah Al-Qur'an untuk dihadiahkan kepada si mayit yang berkeyakinan bahwa hadiah bacaan Al-Qur'an sampai untuk si mayit.
Jawaban: Kalian pernah sholat jenazah atau sholat ghaib? Dalam sholat jenazah atau sholat ghaib ada bacaan Al-Fatihah, nah apa surah Al-Fatihah bukan salah satu surah dalam Al-Qur'an? Tentu saja termasuk surah Al-Qur'an, dan Nabi Muhammad SAW melakukam sholat untuk si tukang sapunya, yaitu sholat jenazah. Nah, kalau surah Al-Fatihah yang kau anggap tidak sampai, berarti kau menuduh bacaan surah Al-Fatihah Nabi dalam sholatnya untuk si tukang sapu beliau tidak sampai juga dong? Ini artinya Nabi Muhammad bin Abdullah adalah seorang kuburiyyun yang juga berdo'a di kuburan sebagaimana kami yang kalian anggap kuburiyyun, dan ini dilakukan Nabi Muhammad bin Abdullah di kuburan tukang sapunya lho. Lantas, kamu mengikuti Nabi Muhammad yang mana? Muhammad bin Abdullah atau Muhammad bin Abdulwahab?
Salafi Wahabi: ...... (diam lagi, bungkam beberapa saat) lalu mulai ngeles lagi sambil berkata, "Tapi Al-Fatihah itukan dibaca saat sholat, lagipula yang dibacakan surah Al-Fatihah bukan surah-surah lain seperti yang dibaca ahlul bid'ah kuburiyyun."
Jawaban: Surah Al-Fatihah boleh dibaca saat sholat maupun tidak, dan dalam surah Al-Fatihah itu sendiri terkandung do'a yang berbunyi "KepadaMu kami menyembah dan kepadaMu kami mengharap pertolongan," "Tunjukkanlah kami jalan yang lurus." Nah, Nabi membacakan surah Al-Fatihah di kuburan, artinya Nabi juga membacakan Al-Qur'an di kuburan. Artinya, Nabi Muhammad bin Abdullah seorang kuburiyyun yang mencontohkan dan melakukan pembacaan Al-Qur'an yang dihadiahkan untuk ahli kubur. Lantas, kamu mengikuti Nabi Muhammad yang mana? Muhammad bin Abdullah atau Muhammad bin Abdulwahab?
Salafi Wahabi: .... (diam lagi cukup lama mungkin lagi cari-cari alasan buat ngeles) lalu berkata lagi, "Tapi kan gak perlu sering-sering datang ke kuburan, cukup sekali. Lagian Nabi kan gak rutin ziarah seperti yang ahlul bid'ah kuburiyyun lakukan."
Jawaban: Ah, siapa bilang gak rutin? Kalau ada bukti dan dalil, apakah kamu akan mengakui kesalahanmu dan meminta maaf?
Salafi Wahabi: Mana dalilnya? (kumat lagi, ciri khasnya keluar suka nanya mana dalilnya).
Jawaban: Nih dalilnya.
Diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi dari al-Waqidy:
عَنِ اْلوَاقِدِى قَالَ : كَانَ النَّبِىُّ يَزُوْرُ شُهَدَاءَ اُحُدٍ فِيْ كُلِّ حَوْلٍ وَاِذَا بَلَغَ رَفَعَ صَوْتـَهُ فَيَقُوْلُ : سَلاَمٌ عَلَيْكُمْ ِبـمَا صَبَرْتـُمْ فَـنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ . ثُمَّ اَبُوْ بَكْرٍ يَـفْعَلُ مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ عُمَرُ ثُمَّ عُثْمَانُ رواه البيهقى
Artinya:
Al-Waqidy berkata, “Nabi Muhammad saw. berziarah ke makam syuhada Uhud pada setiap tahun. Apabila telah sampai di makam syuhada Uhud, beliau mengeraskan suaranya seraya berdoa, 'Keselamatan bagimu wahai ahli Uhud dengan kesabaran-sabaran yang telah kalian perbuat, inilah sebaik-baik rumah peristirahatan.' Kemudian Abu Bakar pun melakukannya setiap tahun, begitu juga Umar dan Utsman."
Diterangkan dalam kitab Ittihaf al-Sadah al-Muttaqin juz XIV hal. 271, kitab Mukhtashor Ibnu Katsir juz 2 hal. 279, dan dalam kitab Raddu al-Mukhtar ‘ala al-Durri al-Mukhtar juz 1 hal. 604.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh al-Waqidy, dikatakan bahwa Nabi rutin ziarah kubur ke makam sahabat syuhada Uhud dan syuhada Badar. Nah, artinya Nabi Muhammad bin Abdullah mempunyai kebiasaan sebagaimana kami yang kalian juluki kuburiyyun. Lantas, kamu mengikuti Nabi Muhammad yang mana? Muhammad bin Abdullah atau Muhammad bin Abdulwahab?
Salafi Wahabi: .... (diam lagi, bungkam seribu bahasa sambil berpikir cara mengelak, tidak mau mengaku salah dan tidak mau minta maaf) lalu berkata, "Lah, kalau yang diziarahi dan didoakan adalah sahabat Nabi para syuhada Uhud dan Badar, kan ini yang dilakukan Nabi, bukan berziarah ke makam wali, kiai, atau tokoh ahlul bid'ah yang kalian anggap alim."
Jawaban: Para syuhada Uhud maupun Badar adalah mereka yang berjuang di jalan Allah, sementara para wali, kiai, dan tokoh alim ulama lainnya adalah orang-orang yang berjuang untuk menyebarkan agama Islam kepada umat. Agama yang ditegakkan melalui pengorbanan darah dan nyawa para sahabat syuhada Uhud dan Badar. Artinya, para wali, kiai, gus, dan tokoh alim ulama adalah para mujahid fisabilillah, yaitu orang-orang yang berjuang di jalan Allah untuk tegaknya syiar Islam.
Dengan demikian, berdasarkan dalil hadis di atas, para wali, kiai, gus, atau tokoh alim ulama lainnya memiliki hak dan layak untuk diziarahi sebagaimana para syuhada Uhud dan Badar. Jika saja kuburan para sahabat dekat dengan tempat kami, mungkin kami akan menziarahinya tidak hanya setiap tahun, tapi mungkin setiap bulan atau minggu. Para syuhada Uhud dan Badar adalah orang-orang saleh, begitu juga para wali, kiai, gus, dan tokoh alim ulama.
Kebiasaan menziarahi kuburan orang saleh adalah kebiasaan kami yang kalian juluki sebagai kuburiyyun. Dan ternyata, Nabi Muhammad bin Abdullah juga rutin ziarah kubur sebagaimana kami yang kalian juluki kuburiyyun. Artinya, Nabi adalah seorang kuburiyyun. Lantas, kalian mengikuti Nabi Muhammad yang mana? Muhammad bin Abdullah atau Muhammad bin Abdulwahab?
Salafi Wahabi: (diam dan bungkam seribu bahasa, wajah mulai galau, tapi masih merasa ngotot benar agar tidak mengaku salah dan tidak mau minta maaf, dan mulai mencari alasan lain untuk ngeles dan mencari-cari kesalahan) lalu berkata, "Okelah kalau begitu, tapi kan Nabi tidak seperti ahlul bid'ah kuburiyyun yang pakai adzan segala di kuburan. Lah, adzan kan panggilan sholat, masa' mayatnya dipanggil untuk disuruh sholat?"
Jawaban: Emm... kalau adzan di kuburan itu sesuatu yang terlarang dan bid'ah, lalu bagaimana dengan berdoa di dalam liang lahat, di dalam kubur si mayit? Apakah ini terlarang atau tidak boleh? Dan apakah ini bid'ah?
Salafi Wahabi: Tidak boleh! Itu bid'ah! Adzan saja tidak boleh di liang lahat di kuburan, apalagi doa di dalam kubur si mayit! (suaranya agak kencang dan tinggi merasa menang dan benar).
Jawaban: Bagaimana kalau ada bukti bahwa Nabi Muhammad SAW berdoa di liang lahat si mayit? Apa kau mau mengaku salah dan meminta maaf?
Salafi Wahabi: Mana dalilnya? (bertanya dalil dengan nada ngotot dan emosi).
Jawaban: Ini dalilnya, diambil dari kisah sahabat Abdullah bin Mas'ud:
Ada suatu peristiwa berkesan pada Perang Tabuk yang selalu menjadi keinginan dan angan-angan Abdullah bin Mas'ud. Suatu malam, ia terbangun dan melihat ada nyala api di arah pinggir perkemahan. Ia berjalan ke arah perapian tersebut, dan ia melihat tiga orang bersahabat, Nabi SAW, Abu Bakar, dan Umar bin Khaththab sedang memakamkan jenazah salah seorang sahabat, Abdullah Dzulbijadain al-Muzanni. Nabi SAW berada di lubang kuburan, Abu Bakar dan Umar berada di atas. Ia mendengar beliau bersabda, "Ulurkanlah kepadaku lebih dekat!"
Nabi SAW menerima jenazah Abdullah tersebut dan meletakkannya di liang lahat, kemudian beliau berdoa, "Ya Allah, aku telah ridha padanya, maka ridhailah ia oleh-Mu."
Melihat pemandangan tersebut, Ibnu Mas'ud berkata, "Alangkah baiknya jika akulah pemilik liang kubur itu…" Namun ternyata keinginannya tidak terpenuhi karena tiga orang mulia yang terbaik tersebut mendahuluinya menghadap Allah. Ia wafat pada tahun 32 Hijriah, yakni pada masa Khalifah Utsman. Dalam satu riwayat disebutkan, yang memimpin (mengimami) shalat jenazahnya adalah sahabat Ammar bin Yasir.
Dalam kisah tersebut, Nabi berdoa di liang lahat mayit seorang sahabat dan berkata, "Ya Allah, aku telah ridha padanya, maka ridhailah ia oleh-Mu." Jadi, ini Nabi sendiri yang berdoa di liang lahat kuburan mayit sahabat. Jika adzan di liang lahat itu bid'ah dan tidak boleh, maka ini Nabi malah berdoa di liang lahat di dalam kuburan mayit sahabat.
Salafi Wahabi: Tapi kan Nabi nggak adzan di liang lahat kuburan sahabat, lah itu nyontoh siapa? (ngotot).
Jawaban: Jangankan untuk adzan di kuburan, bahkan bukan di kuburan pun Nabi tidak pernah melakukan adzan. Bahkan dalam seumur hidup beliau tak sekalipun pernah adzan. Yang adzan adalah Bilal bin Rabah. Adzan adalah sunnah sahabat Bilal, bukan sunnah Nabi, karena Nabi tak pernah sekalipun adzan semasa hidupnya hingga wafatnya. Kalau adzan diartikan sebagai panggilan untuk menyuruh sholat, berarti sebelum ada adzan, para sahabat tidak sholat dong?
Maka, tidak ada sholat berjamaah dong? Ini keliru. Justru jauh sebelum Bilal mengumandangkan adzan, sholat berjamaah sudah dilakukan para sahabat karena perintah sholat sudah ada saat Nabi Muhammad SAW kembali dari Isra Mi'raj. Artinya, adzan bukan bermakna panggilan untuk sholat, tapi bermakna "seruan." Kalau panggilan itu berarti memanggil objek atau namanya, dan ini sifatnya khusus. Kalau "seruan," berarti bersifat umum dan menyeluruh. Karena bersifat umum, maka ini boleh dilakukan di manapun dan dalam kondisi apapun selama tidak dilakukan di tempat najis, dan tidak bertabrakan dengan kondisi waktu sholat tertentu. Sekali lagi aku tanya, "Lantas kalian mengikuti Nabi Muhammad yang mana? Muhammad bin Abdullah atau Muhammad bin Abdulwahab?"
Salafi Wahabi: (diam, bungkam seribu bahasa) ... tiba-tiba berteriak dengan suara keras, "Pokoknya Nabi saya bukan ahlul bid'ah, bukan kuburiyyun. kuburiyyun itu syirik, pelakunya adalah kafir. Bid'ah itu sesat, sesat tempatnya di neraka. Para ahlul bid'ah dan kuburiyyun sesat, kafir, dan masuk neraka. Sekali lagi saya bilang, Nabi saya bukan seperti Nabi kalian, paham?!"
Jawaban: Oh, jadi kita beda Nabi, ya? Nabi kami, Muhammad bin Abdullah, adalah seorang kuburiyyun. Sedangkan Nabi kalian yang mengharamkan dan menganggap bid'ah itu semua. Jadi, kita memang beda Nabi, maka beda agama. Jika kami mengikuti perilaku Muhammad bin Abdullah dalam memuliakan dan beradab akhlak pada ahli kubur hingga dijuluki kuburiyyun, maka saksikanlah kami pengikut Nabi Muhammad bin Abdullah, sang kuburiyyun.
Inilah akhir dari dialog yang membuat Salafi Wahabi tertunduk malu. Jangan takut dan jangan gentar karena dijuluki "kuburiyyun" oleh penganut agama Salafi Wahabi. Nabi kita, umat Islam, yaitu Muhammad bin Abdullah, adalah seorang kuburiyyun. Kalau mereka, kan Nabinya beda. Jangankan ziarah kubur, datang ke kuburan saja mereka ogah dan takut. [dutaislam.or.id/ab]