Ilustrasi Gus Baha'. Foto: istimewa. |
Dutaislam.or.id - Nyaris isi semua ayat dalam Surat At-Taubah tidak ada yang terkait dengan ubudiyah (ibadah). Kata Gus Baha', Surat At-Taubah berkaitan banyak dengan politik kerjasama antar suku.
Rasulullah Saw. mendapatkan ruang berdakwah di Makkah karena Suku Quraish menjalin kerjasama dengan Suku Khuza'ah dan Bani Bakar.
Bila sampai Nabi Saw. terbunuh, maka, siapapun pembunuhnya, akan berhadapan dengan semua suku yang menjadi mitra koalisi Suku Quraish, suku Nabi Muhammad Saw., tanpa pandang kayakinan agamanya. Sejarah ini terdokumentasikan dalam Surat At-Taubah.
Saat Nabi Muhammas Saw. melaksanakan haji umroh setelah dilarang sekian tahun misalnya, beliau harus mendapatkan ijin dari pemimpin Makkah. Nabi Saw. sempat dicegah masuk Makkah di perbatasan Hudaibiyah karena untuk masuk ke sana berumroh, harus mendapatkan persetujuan pimpinan Kota Makkah saat itu, yakni Abu Sufyan.
Nabi Saw. bersama Sayyidina Ali bin Abi Thalib pun membuat kesepakatan tertulis yang kemudian disebut sebagai perjanjian Hudaibiyah. Saat itu, nama Nabi ditulis Ali sebagai Muhammad Rasulullah. Pasalnya, sebutan Rasulullah (utusan Allah) tidak diterima dalam kesepakatan pimpinan Abu Sufyan. Tapi Sayyidina Ali bersikukuh menyertakan sebutan Muhammad sebagai Rasulullah.
Oleh Nabi Saw., sahabat Ali akhirnya diperintah menghapus kata "rasulullah" dalam perjanjian itu, dan diganti dengan nama pribadi beliau: Muhammad bin Abdullah saja. Tangan Rasulullah sendiri yang menghapus kata yang tidak disetujui itu, setelah Ali kekeh menolak menghapus sendiri.
Alasan kafir Makkah minta hapus kata Rasulullah di perjanjian itu karena kalau ada kata Rasul, mereka tidak berani menentangnya. Kuatir kualat. Hahaha.
Kesepakatan itu diterima Rasulullah Saw. Tapi Sayyidina Umar protes. Ia berkata, apakah jenengan Rasulullah? Rasul menjawab: Iya. Lalu, apa maksudmu, Umar?
"Dengan menerima kesepakatan ini, apakah Anda ingin menghinakan Islam? Dan membuat mereka menang?" Balas Umar, yang menurut satu riwayat, saat itu Nabi di masih di atas kudanya.
Nabi akhirnya tidak jadi ke Makkah. Kembali ke Madinah. Umar tidak menerimakan keputusan Rasulullah Saw. ini. Baginya, bukankah Allah Swt. sudah berjanji bila Nabi masuk ke Makkah, maka, akan aman.
"Apakah Allah menjanjikan itu di tahun ini," tanya balik Rasulullah ke Umar?
Demikian penjelasan Gus Baha' saat menjelaskan Surat At-Taubah mulai ayat 8-18 dalam kitab Tafsir Jalalain, dan masih bersambung. Silakan download MP3 nya di sini. [dutaislam.or.id/ab]