Ilustrasi Perang Bani Ghatafan di Dzi Amar. Foto: istimewa. |
Dutaislam.or.id - Perang Ghatafan terjadi pada bulan Rabi’ul Awal, dua puluh lima bulan pasca hijrah Rasulullah Saw di Madinah. Rasulullah Saw mendapat berita bahwa ada koalisi dari Bani Tsa’labah dan Muḥarib di Dzi Amar telah berkumpul dan bermaksud menyerang dari perbatasan Rasulullah Saw yang dipimpin oleh seorang dari mereka bernama Du’tsur bin al-Ḥarits bin Muḥarib.
Mendengar berita tersebut, Rasulullah Saw langsung menggerakkan kaum Muslim. Beliau berangkat bersama empat ratus lima puluh pasukan, termasuk pasukan berkuda.
Mengetahui kedatangan Nabi Saw, orang-orang badui lari berhamburan ke puncak bukit. Sebelumnya memang mereka telah bersembunyi di beberapa puncak gunung. Sehingga Rasulullah Saw tidak bertemu dengan seorang pun. Hanya saja, Rasulullah Saw melihat mereka di pucuk-pucuk gunung. Kemudian Rasulullah Saw turun di Dzi Amar dan membuat kemah di sana.
Oleh karena hujan turun dengan lebat, pakaian dari pasukan pun basah. Kemudian mereka berpencar untuk menjemur pakaiannya masing-masing, salah satunya termasuk Rasulullah sendiri. Kemudian beliau rebahan dibawah pohon yang rindang untuk melepas lelah juga untuk menunggu waktu pakaian kering. Para sahabat lainnya juga sibuk menjemur bajunya masing-masing.
Sementara, orang-orang Badui itu selalu mengawasi gerak-gerik Beliau. Lalu mereka mengirimkan seorang yang bernama Da’tsur untuk menghampiri Rasulullah untuk dibunuh.
Dengan cepat Du’tsur mengambil sebuah pedang yang sangat tajam yang mereka miliki. Kemudian berjalan mendekati Rasulullah Saw dengan pedang yang telah siap. Hingga akhirnya berhasil berdiri tepat di atas kepala Rasulullah Saw, dan menodongkan pedangnya yang telah terhunus.
Dia berkata: “Wahai Muḥammad, siapa yang akan melindungimu dariku hari ini?” Rasulullah Saw menjawab: “Allah!” Ketika itulah Jibril menendang tepat di dada Du’tsur sehingga terjatuh dan pedangnya pun lepas.
Rasulullah Saw kemudian mengambil pedang tersebut dan berdiri tepat di atas kepala lak-laki itu seraya berkata: “Siapakah yang akan melindungimu dariku hari ini?” Laki-laki itu berkata: “Tak seorang pun. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muḥammad adalah utusan Allah. Demi Allah aku tidak akan membantu siapapun untuk memerangimu.” Kemudian Rasulullah Saw mengembalikan pedangnya, dan laki-laki itu pun pergi, lalu datang kembali dan menyatakan: “Sungguh engkau lebih baik dariku.”
Laki-laki itu kemudian pulang dan menemui kaumnya. Mereka menagih janjinya. Mereka mengatakan kepadanya: “Mana yang janjikan, bukankah waktu sangat tepat dan pedang sudah siap?” Dia berkata ”Demi Allah, awalnya memang begitu. Namun aku tiba-tiba melihat seorang lelaki berbaju putih, postur tubuhnya sangat tinggi, menendang dadaku sehingga aku jatuh.
Aku pun yakin bahwa laki-laki tinggi itu adalah malaikat, dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan bahwasanya Muḥammad adalah utusan Allah. Dan aku bersumpah tidak akan membantu siapapun untuk memeranginya.” Kemudian dia mengajak kaumnya untuk masuk Islam, dan turunlah ayat Surat Al-Ma’idah Ayat 11.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ هَمَّ قَوْمٌ اَنْ يَّبْسُطُوْٓا اِلَيْكُمْ اَيْدِيَهُمْ فَكَفَّ اَيْدِيَهُمْ عَنْكُمْۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ وَعَلَى اللّٰهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُوْنَࣖ ١١
Terjemah:
"Wahai orang-orang yang beriman, ingatlah nikmat Allah (yang dianugerahkan) kepadamu ketika suatu kaum bermaksud hendak menyerangmu dengan tangannya, lalu Dia menahan tangan (mencegah) mereka dari kamu. Bertakwalah kepada Allah dan hanya kepada Allahlah hendaknya orang-orang mukmin itu bertawakal". (QS. Al-Maidah: 11)
[dutaislam.or.id/ab/ed]
Sumber artikel:
Kitab Al-Maghazi - Sejarah Lengkap Peperangan Rasulullah Saw oleh Muhammad bin Umar Al-Waqidi