Ilustrasi sejarah terjadinya Perang Ghobah. Foto: istimewa. |
Dutaislam.or.id - Perang Ghabah, atau dikenal juga sebagai Perang Dzu Qarad, terjadi pada tahun 6 Hijriyah, tepatnya beberapa hari setelah Nabi Muhammad Saw kembali dari ekspedisi ke Bani Lahyan.
Pada masa ini, kawasan Madinah sedang berada di bawah ancaman dari berbagai kabilah Arab yang belum sepenuhnya menerima ajaran Islam atau melihat Islam sebagai ancaman terhadap eksistensi mereka. Salah satu kabilah yang berseberangan dengan kaum Muslimin adalah kabilah Ghatafan yang dipimpin oleh Uyainah bin Hishn al-Fazari.
Wilayah Ghabah adalah tempat penggembalaan milik kaum Muslimin, termasuk unta-unta Nabi Muhammad Saw. Kabilah Ghatafan dari Bani Fazarah merasa terganggu dengan kekuatan dan pengaruh Nabi Saw yang semakin kuat di sekitar Madinah. Maka, mereka merencanakan untuk menyerang kaum Muslimin dan merampas harta mereka, termasuk unta-unta yang digembalakan di Ghabah.
Kronologi Perang Ghabah
Serangan Uyainah bin Hishn: Uyainah bin Hishn, seorang pemimpin kabilah Ghatafan, bersama 40 penunggang kudanya, melancarkan serangan mendadak ke kawasan Ghabah pada malam Rabu. Pada saat itu, unta-unta Nabi Saw yang berjumlah 20 ekor sedang digembalakan di sana, dan penjaganya termasuk Abu Dzarr dan keluarganya.
Dalam serangan tersebut, para penyerang merampas unta-unta tersebut dan membunuh anak Abu Dzarr, yaitu Ibnu Abi Dzarr. Abu Dzarr sendiri tidak ikut terbunuh dalam serangan itu karena tidak berada di lokasi penyerangan saat itu.
Panggilan untuk Bertempur: Ketika berita serangan sampai di Madinah, seorang penunggang kuda datang memberi tahu kaum Muslimin dan menyampaikan pesan darurat, "Wahai pasukan berkuda Allah, naiklah!" (يا خيل الله اركبي). Ini adalah panggilan pertama dalam sejarah Islam yang menyerukan para pasukan berkuda untuk bersiap-siap bertempur.
Mendengar kabar ini, Rasulullah Saw segera mengambil tindakan cepat. Pada pagi hari Rabu, beliau keluar dengan mengenakan baju besi lengkap, siap untuk bertempur, dan memimpin pasukan Muslim. Rasulullah Saw memerintahkan Miqdad bin 'Amr untuk segera mengejar musuh bersama pasukan berkuda dan berkata kepada Miqdad, "Berangkatlah hingga kamu bertemu dengan pasukan berkuda, dan aku akan menyusulmu." Miqdad pun membawa panji perangnya dan langsung bergerak menuju lokasi penyerangan.
Rasulullah Saw juga mengangkat Ibnu Ummi Maktum sebagai pengganti di Madinah selama beliau keluar memimpin pasukan. Beliau juga menugaskan Sa’d bin 'Ubadah bersama 300 orang dari kaumnya untuk menjaga kota Madinah.
Pertempuran: Pasukan Muslim yang dipimpin oleh Miqdad dan Rasulullah Saw berhasil mengejar musuh di sekitar kawasan Dzu Qarad, yang berada di antara Madinah dan Ghabah. Ketika mereka tiba di lokasi, sebagian pasukan musuh telah melarikan diri, namun sebagian lainnya terlibat pertempuran sengit dengan pasukan Muslim.
Dalam pertempuran tersebut, beberapa orang dari pasukan Muslim berhasil membunuh pemimpin dan pejuang utama dari kabilah musuh. Abu Qatadah berhasil membunuh Mas'udah, Ukasyah bin Mihshan membunuh Aban bin ‘Amr, sedangkan Miqdad bin 'Amr membunuh Habib bin Uyainah dan Farqad bin Malik. Salamah bin Akwa’, seorang pejalan kaki yang terkenal karena kecepatan dan ketangkasannya, mengejar musuh sambil terus melempari mereka dengan panah dari jarak jauh.
Kemenangan Kaum Muslimin: Meskipun musuh sempat merampas unta-unta Nabi Saw dan membunuh anak Abu Dzarr, pasukan Muslim berhasil mengalahkan musuh, merebut kembali sebagian dari harta mereka, serta membunuh para penyerang utama. Serangan ini akhirnya dihentikan, dan kaum Muslimin kembali dengan kemenangan.
Salamah bin Akwa’ sendiri terkenal karena keberanian dan keterampilannya dalam pertempuran ini, dan Nabi Muhammad Saw mengapresiasi usahanya dengan memberi hadiah unta dari rampasan perang. Nabi Saw juga memimpin pasukan kembali ke Madinah setelah mengamankan kawasan tersebut dari ancaman musuh.
Perang Ghabah merupakan salah satu contoh dari ketangkasan militer Nabi Muhammad Saw dalam menghadapi ancaman mendadak dari musuh. Meskipun serangan ini datang secara tiba-tiba, pasukan Muslim dapat segera merespons dengan cepat dan efektif, mempertahankan wilayah mereka, serta menunjukkan kekuatan Islam yang semakin berkembang di kawasan Arab pada masa itu.
Perang Ghabah merupakan salah satu dari rangkaian pertempuran yang memperkuat posisi Islam di Semenanjung Arab menjelang peristiwa-peristiwa besar seperti Perang Khaibar yang akan terjadi tak lama setelahnya. [dutaislam.or.id/ai]