![]() |
Etika bermedia sosial salah satunya adalah tidak mudah menyebar informasi yang tidak sesuai akal orang awam masyarakat umum. Foto: istimewa. |
Oleh KH. Mohammad Ma'ruf Khozin
Dutaislam.or.id - Sudah ratusan juta masyarakat kita bertemu dalam satu ruang media. Jika dahulu pertemuan hanya dalam satu masjid, satu kantor atau mungkin satu lapangan sekalipun, para ulama kita sudah berpesan agar berhati-hati dalam menyebarkan sebuah informasi. Apalagi kini yang sudah tanpa sekat dan batas.
Sayidina Ali berpesan:
ﻗﺎﻝ ﻋﻠﻲ: ﺣﺪﺛﻮا اﻟﻨﺎﺱ، ﺑﻤﺎ ﻳﻌﺮﻓﻮﻥ ﺃﺗﺤﺒﻮﻥ ﺃﻥ ﻳﻜﺬﺏ، اﻟﻠﻪ ﻭﺭﺳﻮﻟﻪ
Terjemah:
Ali berkata: "Berkomunikasilah dengan masyarakat sesuai dengan pemahaman mereka. Apakah kalian ingin Allah dan Rasul-Nya didustakan?" (Shahih Al-Bukhari)
Ada tambahan dalam riwayat lain:
ﻭﺩﻋﻮا ﻣﺎ ﻳﻨﻜﺮﻭﻥ ﺃﻱ ﻳﺸﺘﺒﻪ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﻓﻬﻤﻪ ﻭﻛﺬا ﺭﻭاﻩ ﺃﺑﻮ ﻧﻌﻴﻢ ﻓﻲ اﻟﻤﺴﺘﺨﺮﺝ
Terjemah:
"Dan tinggalkanlah hal-hal yang tidak dipahami mereka". Riwayat Abu Nu'aim dalam Al-Mustakhraj (Fathul Bari Syarah Shahih Al-Bukhari)
Al-Hafidz Ibnu Hajar juga berkata:
ﻭﻓﻴﻪ ﺩﻟﻴﻞ ﻋﻠﻰ ﺃﻥ اﻟﻤﺘﺸﺎﺑﻪ ﻻ ﻳﻨﺒﻐﻲ ﺃﻥ ﻳﺬﻛﺮ ﻋﻨﺪ اﻟﻌﺎﻣﺔ
Terjemah:
"Atsar ini adalah dalil bahwa sesuatu yang belum jelas sebaiknya jangan disampaikan kepada masyarakat umum" (Fathul Bari Syarah Shahih Al-Bukhari)
Pesan Sahabat Ibnu Mas'ud tentang hal serupa:
ﻗﺎﻝ ﻋﺒﺪ اﻟﻠﻪ ﺑﻦ ﻣﺴﻌﻮﺩ : ﻣﺎ ﺃﻧﺖ ﺑﻤﺤﺪﺙ ﻗﻮﻣﺎ ﺣﺪﻳﺜﺎ ﻻ ﺗﺒﻠﻐﻪ ﻋﻘﻮﻟﻬﻢ، ﺇﻻ ﻛﺎﻥ ﻟﺒﻌﻀﻬﻢ ﻓﺘﻨﺔ
Terjemah:
Ibnu Mas'ud berkata: "Tidaklah engkau menyampaikan sebuah informasi kepada suatu masyarakat yang tidak dipahami oleh akal mereka, kecuali informasi itu akan menjadi petaka bagi sebagian mereka". (Shahih Muslim)
Ahli hadis Abdurrauf Al-Munawi berkata:
ﻷﻥ اﻟﻌﻘﻮﻝ ﻻ ﺗﺤﺘﻤﻞ ﺇﻻ ﻋﻠﻰ ﻗﺪﺭ ﻃﺎﻗﺘﻬﺎ ﻓﺈﻥ ﺃﺯﻳﺪ ﻋﻠﻰ اﻟﻌﻘﻞ ﻓﻮﻕ ﻣﺎ ﻳﺤﺘﻤﻠﻪ اﺳﺘﺤﺎﻝ اﻟﺤﺎﻝ ﻣﻦ اﻟﺼﻼﺡ ﺇﻟﻰ اﻟﻔﺴﺎﺩ
Terjemah:
"Sebab akal tak mampu menerima informasi kecuali sebatas kemampuannya. Jika itu melebihi dari kemampuan akalnya maka keadaan akan berubah, dari baik menjadi buruk" (Faidlul Qadir Syarah Jami'us Shaghir). [dutaislam.or.id/ab]
KH. Mohammad Ma'ruf Khozin, Ketua Aswaja Center PWNU Jawa Timur.