Makna Al-Baqiy, Maha Kekal. |
Dutaislam.or.id - Asma'ul Husna, nama-nama Allah Swt yang indah dan mulia, mencerminkan berbagai sifat Allah Swt yang menunjukkan kesempurnaan-Nya. Salah satu dari nama-nama ini adalah Al-Baqiy (الباقي), yang berarti "Yang Maha Kekal" atau "Yang Abadi".
Nama ini menggambarkan Allah Swt sebagai Dzat yang kekal dan tidak pernah mengalami perubahan atau kemusnahan. Allah Swt adalah satu-satunya Dzat yang terus ada sepanjang masa, sementara segala sesuatu selain-Nya akan binasa.
Secara bahasa, Al-Baqiy berasal dari kata "بقي" (baqiy), yang berarti "tetap ada" atau "kekal". Dalam konteks nama Allah Swt, Al-Baqiy menunjukkan bahwa Allah Swt adalah satu-satunya Dzat yang kekal dan abadi. Tidak ada sesuatu pun yang dapat mengubah atau menghancurkan-Nya.
Keberadaan-Nya meliputi masa lalu, masa kini, dan masa depan tanpa batas waktu. Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini bersifat sementara dan akan mengalami kerusakan atau kemusnahan, sementara Allah Swt tetap ada tanpa perubahan.
Dalil Al-Qur'an tentang Al-Baqiy
Al-Qur'an mengandung banyak ayat yang menekankan keabadian Allah Swt dan kefanaan segala sesuatu selain-Nya. Salah satu ayat yang relevan dengan sifat Al-Baqiy adalah:
كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ وَيَبْقَىٰ وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ
Terjemah:
"Segala sesuatu yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan." (QS. Ar-Rahman: 26-27)
Ayat ini menegaskan bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini akan mengalami kehancuran, tetapi Allah Swt, dengan segala kebesaran dan kemuliaan-Nya, akan tetap kekal. Allah Swt adalah satu-satunya Dzat yang tidak terpengaruh oleh waktu atau perubahan.
Dalam ayat lain, Allah Swt berfirman:
كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُ ۚ لَهُ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
Terjemah:
"Segala sesuatu pasti binasa, kecuali Allah Swt. Bagi-Nyalah segala ketentuan, dan hanya kepada-Nya kalian dikembalikan." (QS. Al-Qashas: 88)
Ayat ini menegaskan bahwa tidak ada sesuatu pun yang dapat bertahan selamanya kecuali Allah Swt. Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini akan mengalami akhir, namun Allah Swt tetap kekal dan abadi.
Penjelasan Para Ulama'
Para ulama memberikan penjelasan yang mendalam tentang makna dan implikasi dari nama Al-Baqiy. Menurut Imam Al-Ghazali dalam karyanya "Al-Maqshadul Asna fi Syarhi Asma'illah Al-Husna," Al-Baqiy adalah Dzat yang keberadaan-Nya tidak tergantung pada waktu, dan yang tidak dipengaruhi oleh apa pun.
Al-Ghazali menekankan bahwa Allah Swt adalah sumber segala sesuatu yang ada dan bahwa Dia tetap kekal meskipun segala sesuatu selain-Nya akan hancur.
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebutkan bahwa Al-Baqiy adalah Dzat yang akan terus ada tanpa mengalami perubahan, sementara seluruh makhluk ciptaan-Nya akan binasa. Beliau juga menjelaskan bahwa keabadian Allah Swt adalah salah satu sifat yang membedakan-Nya dari semua makhluk. Makhluk, termasuk manusia, akan mati dan binasa, tetapi Allah Swt tidak pernah mati dan tidak akan pernah binasa.
Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya menjelaskan bahwa nama Al-Baqiy menegaskan bahwa segala sesuatu selain Allah Swt adalah fana' (rusak). Beliau menekankan bahwa manusia harus menyadari kefanaan dirinya dan seluruh ciptaan, dan hanya Allah Swt yang patut diandalkan dan dijadikan tumpuan karena Dia satu-satunya yang kekal.
Mendalami Nama Al-Baqiy: Dunia Hanya Sementara
Memahami nama Al-Baqiy memberikan pelajaran penting bagi kehidupan manusia. Pertama, kesadaran akan kefanaan diri sendiri dan segala sesuatu di dunia ini seharusnya mendorong manusia untuk lebih fokus pada Allah Swt, Dzat yang kekal dan abadi.
Dunia ini adalah tempat yang sementara, dan segala kenikmatan serta penderitaan di dalamnya hanya bersifat sementara. Hanya Allah Swt yang kekal dan hanya kepada-Nya manusia akan kembali.
Kedua, nama Al-Baqiy mengajarkan manusia untuk tidak terikat secara berlebihan pada dunia. Harta, kedudukan, dan kekuasaan adalah hal-hal yang sementara dan dapat lenyap kapan saja. Manusia seharusnya berinvestasi pada hal-hal yang kekal, seperti amal saleh dan ketakwaan, yang akan mendatangkan pahala kekal di akhirat.
Ketiga, Al-Baqiy mengingatkan manusia akan pentingnya tawakal dan keikhlasan dalam beribadah. Karena Allah Swt adalah satu-satunya yang kekal, manusia seharusnya hanya bergantung kepada-Nya dan menjalani hidup dengan keyakinan bahwa apa pun yang terjadi adalah bagian dari rencana Allah Swt yang sempurna dan kekal. Tawakal berarti menyerahkan segala urusan kepada Allah Swt, dengan keyakinan bahwa hanya Dia yang tahu apa yang terbaik bagi hamba-Nya.
Keempat, pemahaman tentang Al-Baqiy juga menumbuhkan kesadaran akan pentingnya mencari ridha Allah Swt dalam setiap perbuatan. Kehidupan ini adalah ujian, dan tujuan akhir adalah mendapatkan ridha Allah Swt yang abadi. Oleh karena itu, manusia harus berusaha untuk menjalani hidup sesuai dengan ajaran-Nya dan menjadikan Allah Swt sebagai tujuan utama dari segala aktivitasnya.
Pemahaman akan Al-Baqiy seharusnya menuntun manusia untuk menyadari kefanaan dunia, memperkuat tawakal kepada Allah Swt, dan berfokus pada hal-hal yang kekal seperti amal saleh dan ketakwaan. Dalam kehidupan yang sementara ini, hanya Allah Swt, Al-Baqiy, yang patut dijadikan tumpuan dan tujuan utama. [dutaislam.or.id/ai/ab]