Allah Al-Malik, Maha Menguasai. |
Dutaislam.or.id - Al-Malik adalah salah satu dari asma'ul husna, yaitu nama-nama Allah yang baik dan agung. Secara bahasa, "Al-Malik" berasal dari kata “ملك” yang berarti raja, penguasa, atau yang memiliki kekuasaan mutlak.
Dengan demikian, Al-Malik berarti "Yang Maha Merajai" atau "Yang Maha Menguasai". Allah, dengan nama ini, menegaskan kekuasaan-Nya atas seluruh alam semesta dan segala isinya, tanpa terkecuali. Tidak ada yang dapat menandingi kekuasaan-Nya, dan segala sesuatu berada di bawah kendali-Nya.
Al-Malik menunjukkan bahwa Allah adalah Raja dari segala raja, Penguasa sejati dari segala sesuatu, baik di dunia ini maupun di akhirat. Allah tidak hanya menguasai secara fisik, tetapi juga dalam hal hukum, ketentuan, dan keputusan.
Kekuasaan-Nya tidak terbatas dan tidak memerlukan bantuan dari siapapun. Sebaliknya, semua makhluk bergantung sepenuhnya kepada-Nya. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:
قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Terjemah:
"Katakanlah, 'Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari siapa yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.'" (QS. Ali Imran: 26)
Ayat ini menjelaskan bahwa hanya Allah yang memiliki kerajaan sejati. Dia dapat memberikan kekuasaan kepada siapa pun yang Dia kehendaki dan mengambilnya kembali kapan saja. Ini menunjukkan bahwa kekuasaan manusia hanyalah pinjaman dari Allah, sementara kekuasaan Allah bersifat mutlak dan abadi.
Selain ayat di atas, ada beberapa ayat lain yang menyebutkan nama Al-Malik sebagai penegasan atas sifat Allah ini, seperti:
فَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ
Terjemah:
"Maka Mahatinggi Allah, Raja yang sebenarnya; tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Tuhan (yang mempunyai) 'Arsy yang mulia." (QS. Al-Mu'minun: 116)
هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ
Terjemah:
"Dialah Allah, tidak ada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Maha Memelihara, Maha Perkasa, Maha Kuasa, Maha Memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan." (QS. Al-Hasyr: 23)
Dari hadist, Nabi Muhammad SAW bersabda tentang keagungan Allah Swt sebagai Al-Malik:
"Sesungguhnya Allah Maha Suci, Maha Mulia, Tuhan yang memiliki kerajaan, Yang Maha Agung, yang berhak atas pujian dan sanjungan, yang hidup kekal abadi, yang memiliki kerajaan di langit dan di bumi." (HR. Muslim)
Penjelasan Para Ulama tentang Al-Malik
Para ulama memiliki pandangan yang mendalam mengenai makna Al-Malik. Ibnu Katsir, dalam tafsirnya, menjelaskan bahwa Al-Malik adalah sifat Allah yang menunjukkan kekuasaan-Nya yang absolut dan pengaturan-Nya atas seluruh ciptaan-Nya. Allah mengatur segala sesuatu dengan kebijaksanaan-Nya, dan tidak ada sesuatu pun yang terjadi tanpa izin-Nya.
Al-Ghazali dalam kitabnya "Al-Maqshadul Asna" mengatakan bahwa Al-Malik adalah yang memiliki otoritas penuh atas seluruh ciptaan dan hukum-hukum yang mengatur mereka. Allah, sebagai Al-Malik, menetapkan hukum-hukum syariat bagi manusia dan juga hukum alam bagi ciptaan lainnya. Keduanya berjalan seiringan dengan kehendak dan pengetahuan Allah yang sempurna.
Ibnu Qayyim dalam "Madarijus Salikin" menambahkan bahwa pengakuan terhadap Allah sebagai Al-Malik seharusnya mendorong seorang hamba untuk tunduk dan patuh sepenuhnya kepada-Nya. Seorang Muslim yang memahami dan menghayati asma' Al-Malik akan selalu merasakan kehadiran dan pengawasan Allah dalam kehidupannya. Hal ini akan mempengaruhi tindakannya, menjauhkannya dari perbuatan dosa, dan mendorongnya untuk selalu berada dalam ketaatan.
Memahami Allah sebagai Al-Malik membawa beberapa implikasi dalam kehidupan seorang Muslim:
Tawakal dan Kepasrahan: Menyadari bahwa Allah adalah satu-satunya Raja dan Penguasa sejati membuat seorang Muslim berserah diri kepada-Nya dalam setiap keadaan. Tawakal berarti mempercayakan segala urusan kepada Allah, setelah melakukan usaha terbaik yang bisa dilakukan.
Ketaatan: Seorang Muslim yang memahami makna Al-Malik akan berusaha untuk patuh pada hukum-hukum Allah, karena menyadari bahwa hukum tersebut datang dari Raja yang Maha Bijaksana. Ketaatan ini tidak hanya dalam aspek ritual ibadah, tetapi juga dalam etika dan moral sehari-hari.
Rasa Syukur dan Rendah Hati: Menyadari bahwa segala sesuatu yang dimiliki, baik itu kekuasaan, kekayaan, atau kedudukan, semuanya hanyalah titipan dari Allah yang Maha Kuasa. Oleh karena itu, sikap syukur dan rendah hati harus selalu diutamakan, dengan menyadari bahwa segala sesuatu bisa diambil kembali oleh Allah kapan saja.
Keadilan dan Kasih Sayang: Sebagai makhluk Allah, manusia diajarkan untuk meneladani sifat-sifat-Nya sejauh yang mampu. Sebagai Al-Malik, Allah adalah Raja yang adil dan penuh kasih sayang. Seorang Muslim seharusnya berusaha menerapkan keadilan dan kasih sayang dalam interaksinya dengan orang lain.
Intinya, Al-Malik adalah asma' Allah yang menunjukkan kekuasaan-Nya yang mutlak atas segala sesuatu. Pengakuan terhadap Allah sebagai Al-Malik mengajarkan kita tentang ketundukan total kepada-Nya, rasa syukur atas segala nikmat, dan pentingnya menjalani hidup dengan keadilan dan kasih sayang.
Asma' ini mengingatkan kita bahwa meskipun kita memiliki kebebasan untuk bertindak, semua itu berada dalam kehendak dan pengawasan Allah, Raja dari segala raja. [dutaislam.or.id/ai/ab]