Allah Al-Wahid, Maha Esa dan Satu-satunya. |
Dutaislam.or.id - Salah satu nama Allah Swt yang sering disebut dan memiliki makna mendalam dalam Islam adalah Al-Wahid (الواحد). Nama ini menggambarkan keesaan Allah Swt dan menegaskan bahwa Dia adalah satu-satunya Tuhan yang layak disembah dan tidak ada sekutu bagi-Nya.
Secara bahasa, Al-Wahid berasal dari akar kata Arab "waḥada" (وَحَدَ), yang berarti "satu" atau "esa". Dalam konteks Asma' Allah Swt, Al-Wahid berarti "Yang Maha Esa" atau "Yang Satu-satunya". Nama ini menunjukkan bahwa Allah Swt adalah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah dan tidak ada yang setara dengan-Nya. Keesaan Allah Swt mencakup segala aspek, baik dalam zat, sifat, maupun perbuatan-Nya.
Makna Al-Wahid juga menekankan bahwa Allah Swt tidak memiliki sekutu, anak, istri, atau perbandingan apa pun. Dia berdiri sendiri dalam keesaan-Nya dan tidak ada yang menyerupai-Nya dalam hal apa pun. Sebagai Al-Wahid, Allah Swt adalah Dzat yang satu dalam eksistensi-Nya, tidak ada Tuhan selain Dia, dan Dia adalah satu-satunya yang memiliki kekuasaan mutlak atas seluruh alam semesta.
Dalil dari Al-Qur'an dan Hadist
Nama Allah Swt Al-Wahid disebutkan dalam beberapa ayat Al-Qur'an yang menegaskan keesaan dan kebesaran-Nya. Salah satu ayat yang paling terkenal adalah Surah Al-Ikhlas ayat 1-4:
قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ
Terjemah:
“Katakanlah (Muhammad), 'Dialah Allah Swt, Yang Maha Esa. Allah Swt tempat meminta segala sesuatu. (Allah Swt) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.’” (QS. Al-Ikhlash: 1-4)
Ayat ini menegaskan keesaan Allah Swt, bahwa Dia adalah satu-satunya Tuhan yang tidak ada bandingannya. Allah Swt tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, menunjukkan bahwa Dia berbeda dari makhluk-Nya yang memiliki keturunan atau asal-usul. Allah Swt sebagai Al-Wahid juga menegaskan bahwa tidak ada sesuatu pun yang setara dengan Dia dalam segala aspek.
Selain itu, dalam Surah Al-Baqarah ayat 163 disebutkan:
وَإِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ لَّا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الرَّحْمَٰنُ الرَّحِيمُ
Terjemah:
“Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang". (QS. Al-Baqarah: 163)
Ayat ini juga menguatkan konsep tauhid dalam Islam, bahwa Allah Swt adalah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah, dan tidak ada Tuhan lain selain Dia.
Pendapat Ulama Tentang Al-Wahid
Para ulama memberikan penjelasan yang mendalam mengenai makna Asma Allah Swt Al-Wahid. Imam Al-Ghazali dalam kitabnya "Al-Maqshadul Asna" menjelaskan bahwa Al-Wahid adalah Dzat yang tidak ada sekutu dalam zat-Nya, sifat-Nya, atau perbuatan-Nya.
Menurut Al-Ghazali, Allah Swt sebagai Al-Wahid berarti Dia adalah satu-satunya yang memiliki sifat ketuhanan, dan tidak ada yang menyerupai-Nya atau setara dengan-Nya dalam hal apa pun.
Ibnu Katsir, dalam tafsirnya, menyatakan bahwa Al-Wahid berarti Allah Swt adalah satu-satunya Dzat yang memiliki hak untuk disembah dan diibadahi. Dia tidak memiliki sekutu dalam kekuasaan-Nya, dan tidak ada yang dapat menandingi-Nya dalam kekuatan atau keagungan.
Ibnu Katsir juga menegaskan bahwa pemahaman tentang Allah Swt sebagai Al-Wahid adalah inti dari ajaran tauhid dalam Islam, yang menuntut umat Muslim untuk mengesakan Allah Swt dalam segala bentuk ibadah dan keyakinan.
Imam Al-Qurtubi dalam tafsirnya juga menjelaskan bahwa Al-Wahid menunjukkan bahwa Allah Swt adalah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah dan tidak ada yang setara dengan-Nya.
Menurut Al-Qurtubi, pemahaman tentang keesaan Allah Swt sebagai Al-Wahid seharusnya membuat manusia merasa rendah hati dan tunduk dalam ketundukan yang penuh kepada-Nya. Allah Swt adalah Dzat yang Maha Esa dalam segala aspek, dan tidak ada sesuatu pun yang dapat menandingi keesaan dan kekuasaan-Nya.
Implikasi Teologis dari Al-Wahid
Memahami Allah Swt sebagai Al-Wahid memiliki beberapa implikasi teologis yang penting bagi seorang Muslim. Pertama, ini menegaskan bahwa tidak ada Tuhan yang layak disembah selain Allah Swt. Sebagai Al-Wahid, Allah Swt adalah satu-satunya Tuhan yang berhak menerima segala bentuk ibadah, baik itu doa, shalat, puasa, zakat, maupun bentuk ibadah lainnya.
Kedua, Al-Wahid mengajarkan bahwa Allah Swt tidak memiliki sekutu atau partner dalam kekuasaan-Nya. Tidak ada yang bisa menandingi kekuasaan Allah Swt atau ikut campur dalam kehendak-Nya. Sebagai satu-satunya Tuhan yang memiliki kekuasaan mutlak atas segala sesuatu, Allah Swt adalah Dzat yang menentukan segala sesuatu di alam semesta ini, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat. Oleh karena itu, setiap Muslim harus berserah diri sepenuhnya kepada kehendak Allah Swt dan menerima takdir-Nya dengan penuh keikhlasan dan kesabaran.
Ketiga, pemahaman tentang Al-Wahid juga menuntut kita untuk mengakui keesaan Allah Swt dalam sifat-sifat-Nya. Allah Swt adalah Dzat yang Maha Kuasa, Maha Mengetahui, Maha Pengasih, dan Maha Penyayang. Semua sifat-sifat ini hanya dimiliki oleh Allah Swt dan tidak ada satu pun makhluk yang memiliki sifat-sifat ini dalam bentuk yang sempurna. Ini mengajarkan kita untuk selalu mengagungkan Allah Swt dan mensucikan-Nya dari segala sifat kekurangan atau kelemahan.
Kita harus mengambil pelajaran dari makna Al-Wahid untuk hidup dengan penuh kesadaran akan keesaan Allah Swt, serta selalu berusaha untuk berada di jalan-Nya dan meningkatkan keimanan serta ketakwaan kita.
Pemahaman ini menuntut kita untuk selalu tunduk dan berserah diri kepada Allah Swt, mengakui keesaan-Nya dalam segala aspek kehidupan, dan menjauhi segala bentuk syirik atau penyekutuan terhadap Allah Swt. [dutaislam.or.id/ai/ab]