Allah Al-Mudzillu - Yang Maha Menghinakan. |
Dutaislam.or.id - Al-Mudzil (المذل) adalah salah satu dari 99 nama Allah Swt yang dikenal sebagai Asma'ul Husna. Secara bahasa, "Al-Mudzil" berasal dari akar kata "dzalla" (ذَلَّ), yang berarti "menghinakan" atau "merendahkan."
Dalam konteks sifat Allah Swt, Al-Mudzil berarti Allah Swt yang Maha Merendahkan atau Maha Menghinakan. Allah Swt memiliki kekuasaan penuh untuk merendahkan derajat siapa saja yang dikehendaki-Nya, baik di dunia maupun di akhirat. Dia dapat menjatuhkan kemuliaan seseorang dan menjadikannya hina di hadapan makhluk atau di sisi-Nya.
Makna ini menegaskan bahwa tidak ada satu pun makhluk yang memiliki kekuatan atau keagungan kecuali atas izin Allah Swt. Allah Swt dapat memberikan kemuliaan kepada siapa yang Dia kehendaki dan dapat merendahkan atau menghinakan siapa yang Dia kehendaki pula. Al-Mudzil juga menunjukkan bahwa segala kekuasaan, kemuliaan, dan kehinaan adalah mutlak milik Allah Swt, bukan manusia.
Dalil Al-Qur'an tentang Al-Mudzil
Beberapa ayat dalam Al-Qur'an menggambarkan sifat Allah Swt Al-Mudzil, yang menunjukkan kekuasaan-Nya dalam merendahkan dan menghinakan orang-orang yang dikehendaki-Nya. Salah satu dalil yang menyebutkan sifat ini adalah:
قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّن تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ ۖ بِيَدِكَ الْخَيْرُ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Terjemah:
"Katakanlah, 'Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari siapa yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa yang Engkau kehendaki. Di tangan-Mu segala kebaikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.'" (QS. Ali 'Imran 3:26)
Ayat ini menegaskan bahwa Allah Swt adalah Dzat yang memiliki kekuasaan mutlak untuk mengangkat atau menjatuhkan derajat seseorang. Dia bisa memberikan kemuliaan (tu'izz) kepada siapa saja yang Dia kehendaki dan juga bisa menghinakan (tudzill) siapa saja yang Dia kehendaki.
Penjelasan Para Ulama tentang Al-Mudzil
Para ulama memberikan berbagai penjelasan mengenai makna dan implikasi dari sifat Allah Swt Al-Mudzil. Berikut adalah beberapa pandangan ulama tentang sifat ini:
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa Allah Swt yang memberikan kekuasaan dan kemuliaan kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan mencabut serta menghinakan siapa yang Dia kehendaki. Ini semua adalah tanda-tanda kekuasaan dan kehendak-Nya yang mutlak. Ibnu Katsir menekankan bahwa manusia tidak memiliki kendali atas kemuliaan atau kehinaan, melainkan itu semua tergantung pada kehendak Allah Swt.
Imam Al-Ghazali dalam kitabnya "Al-Maqshadul Asna" menyebutkan bahwa Al-Mudzil adalah Allah Swt yang menempatkan makhluk-makhluk-Nya pada posisi yang rendah atau hina sesuai dengan kebijaksanaan dan kehendak-Nya. Dia merendahkan musuh-musuh-Nya dengan menjadikan mereka hina di dunia dan di akhirat. Arti ini tidak hanya berlaku dalam konteks fisik atau status sosial, tetapi juga dalam konteks moral dan spiritual.
Imam Asy-Syaukani dalam tafsirnya "Fathul Qadir" menegaskan bahwa Allah Swt merendahkan dan menghinakan orang-orang kafir dan munafik baik di dunia maupun di akhirat. Allah Swt menjatuhkan mereka dari kedudukan kemuliaan yang mungkin pernah mereka capai, baik karena ketidakadilan mereka atau karena kesombongan mereka terhadap Allah Swt dan Rasul-Nya.
Pemahaman terhadap sifat Allah Swt Al-Mudzil memiliki implikasi yang signifikan dalam kehidupan seorang Muslim. Di antaranya:
Kesadaran akan Ketergantungan kepada Allah Swt | Seorang Muslim harus menyadari bahwa segala bentuk kemuliaan, kehormatan, atau kekuasaan yang dimilikinya adalah anugerah dari Allah Swt dan bisa dicabut kapan saja sesuai kehendak-Nya. Oleh karena itu, seorang Muslim harus selalu merasa bergantung kepada Allah Swt dan tidak merasa sombong atau angkuh atas nikmat yang diberikan.
Rasa Takut terhadap Kemurkaan Allah Swt | Mengetahui bahwa Allah Swt adalah Al-Mudzil yang bisa merendahkan dan menghinakan siapa saja yang Dia kehendaki, seorang Muslim hendaknya merasa takut akan kemurkaan dan siksa Allah Swt. Hal ini akan mendorong mereka untuk selalu berusaha menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, serta berusaha untuk tidak berbuat zalim kepada siapa pun.
Sikap Tawadhu dan Tidak Sombong | Pemahaman tentang sifat Al-Mudzil mengajarkan kepada kita untuk tidak sombong atas kedudukan atau kemuliaan yang dimiliki. Kemuliaan atau kehinaan bisa berubah sewaktu-waktu atas kehendak Allah Swt. Sifat tawadhu atau rendah hati akan menjadikan seseorang lebih dihormati dan dicintai, baik oleh Allah Swt maupun oleh sesama manusia.
Menghindari Perbuatan Zalim | Mengetahui bahwa Allah Swt bisa menghinakan siapa saja yang berbuat zalim, seorang Muslim harus berusaha menghindari segala bentuk kezaliman, baik kepada diri sendiri, orang lain, maupun kepada makhluk lainnya. Keadilan dan kebaikan harus menjadi prinsip dalam setiap tindakan, karena Allah Swt membenci kezaliman dan bisa menjatuhkan derajat siapa saja yang berbuat zalim.
Harapan dan Kepercayaan pada Keadilan Allah Swt | Pemahaman akan sifat Allah Swt Al-Mudzil juga menumbuhkan rasa optimisme dan harapan bagi orang-orang yang dizalimi. Mereka bisa berharap dan percaya bahwa Allah Swt akan memberikan keadilan dan akan menghinakan orang-orang zalim jika tidak bertaubat. Ini memberikan ketenangan hati dan keyakinan bahwa keadilan Allah Swt pasti akan datang pada waktunya.
Pemahaman tentang sifat ini mendorong seorang Muslim untuk selalu bergantung kepada Allah Swt, tidak sombong atas segala nikmat yang diberikan, serta berusaha untuk bersikap adil dan menghindari segala bentuk kezaliman.
Allah Al-Mudzil, Dzat yang Maha Menghinakan, memiliki kekuasaan mutlak untuk memberikan kemuliaan atau kehinaan sesuai dengan hikmah dan kebijaksanaan-Nya. Dengan demikian, seorang Muslim harus selalu berusaha mendekatkan diri kepada Allah Swt dengan iman, amal shalih, dan ketakwaan untuk mendapatkan kemuliaan di sisi-Nya. [dutaislam.or.id/ai/ab]