![]() |
Ilustrasi angin ribut. Foto: istimewa. |
Dutaislam.or.id - Kisah Allah Swt mengirim malaikat dan bantuan berupa angin dalam Perang Ahzab (juga dikenal sebagai Perang Khandaq) merupakan salah satu bukti nyata pertolongan Allah kepada Rasulullah Saw dan kaum Muslimin dalam menghadapi musuh-musuh yang bersekutu untuk menghancurkan mereka.
Perang Ahzab terjadi pada tahun 5 Hijriyah (627 Masehi) dan melibatkan koalisi besar suku-suku Arab yang dipimpin oleh Quraisy dari Makkah, Yahudi Bani Nadhir yang diusir dari Madinah, dan berbagai kabilah Arab seperti Bani Ghatafan dan Bani Asad. Koalisi ini disebut sebagai Ahzab, yang berarti sekutu atau aliansi.
Sebelum perang, kaum Quraisy sangat marah karena kekalahan mereka dalam Perang Badar dan Perang Uhud. Mereka ingin membalas kekalahan tersebut dan menghancurkan Islam selamanya. Bersama Yahudi Bani Nadhir yang juga dendam karena diusir dari Madinah akibat persekongkolan mereka melawan kaum Muslimin, mereka menyusun rencana besar untuk menyerang Madinah.
Total kekuatan sekutu yang dikumpulkan diperkirakan mencapai 10.000 pasukan. Jumlah ini sangat besar dibandingkan dengan kekuatan kaum Muslimin di Madinah yang hanya sekitar 3.000an orang. Dengan jumlah yang jauh lebih sedikit, kaum Muslimin menghadapi ancaman besar dari kekuatan gabungan ini.
Ketika Rasulullah Saw mendengar bahwa koalisi musuh sedang dalam perjalanan untuk menyerang Madinah, beliau segera berkonsultasi dengan para sahabatnya. Seorang sahabat asal Persia, Salman Al-Farisi, mengusulkan strategi yang belum pernah digunakan di Jazirah Arab, yaitu menggali parit (khandaq) di bagian utara Madinah, di mana musuh akan datang.
Parit ini berfungsi sebagai pertahanan fisik yang sangat efektif, menghalangi musuh untuk masuk dengan mudah. Kaum Muslimin bekerja siang dan malam menggali parit tersebut di bawah bimbingan Rasulullah Saw. Dengan semangat gotong royong dan iman yang kuat, mereka berhasil menyelesaikan parit itu sebelum pasukan musuh tiba di Madinah.
Ketika pasukan sekutu tiba di Madinah, mereka terkejut melihat parit yang menghalangi mereka. Parit ini membuat serangan langsung menjadi mustahil. Mereka pun memutuskan untuk mengepung Madinah selama beberapa minggu, berharap kaum Muslimin kelelahan, kekurangan logistik, dan menyerah.
Selama pengepungan ini, kaum Muslimin mengalami tekanan yang luar biasa. Mereka kekurangan makanan, tenaga, dan selalu dalam keadaan siaga menghadapi musuh. Selain itu, orang-orang Yahudi Bani Quraizhah, yang awalnya bersekutu dengan kaum Muslimin di Madinah, berkhianat dan berpihak kepada pasukan Ahzab, semakin memperburuk situasi.
Allah menggambarkan kondisi kaum Muslimin pada saat itu dalam Surah Al-Ahzab:
إِذْ جَاءُوكُم مِّن فَوْقِكُمْ وَمِنْ أَسْفَلَ مِنكُمْ وَإِذْ زَاغَتِ الْأَبْصَارُ وَبَلَغَتِ الْقُلُوبُ الْحَنَاجِرَ وَتَظُنُّونَ بِاللَّهِ الظُّنُونَا هُنَالِكَ ابْتُلِيَ الْمُؤْمِنُونَ وَزُلْزِلُوا زِلْزَالًا شَدِيدًا
Terjemah:
"Ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika penglihatan sudah kabur dan hati sudah naik sampai ke tenggorokan, dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam prasangka. Di situlah diuji orang-orang beriman, dan mereka diguncang dengan guncangan yang hebat." (QS. Al-Ahzab: 10-11)
Ini adalah saat-saat yang sangat kritis bagi kaum Muslimin. Mereka hampir kehilangan harapan, sementara musuh terus memperketat pengepungan dan berusaha menemukan cara untuk menembus pertahanan.
Angin Kencang dan Pasukan Malaikat
Melihat kondisi kaum Muslimin yang semakin terdesak, Allah mengirim pertolongan-Nya yang tak terlihat. Allah menurunkan angin kencang yang sangat dahsyat kepada pasukan Ahzab.
Angin ini mengobrak-abrik kemah-kemah mereka, memadamkan api unggun mereka, dan menghancurkan peralatan serta logistik mereka. Cuaca yang sangat buruk ini membuat pasukan sekutu kacau balau dan ketakutan.
Dalam tafsir Ibn Katsir, disebutkan bahwa Allah juga mengirim pasukan malaikat yang tidak terlihat oleh mata manusia untuk membantu kaum Muslimin dalam perang ini.
Para malaikat ini berperan dalam menanamkan rasa takut di hati pasukan Ahzab, sehingga mereka merasa terancam dan tidak lagi memiliki semangat untuk bertempur.
Allah Swt berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ جَاءَتْكُمْ جُنُودٌ فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ رِيحًا وَجُنُودًا لَّمْ تَرَوْهَا ۚ وَكَانَ اللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرًا
Terjemah:
"Wahai orang-orang yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah (yang diberikan) kepadamu ketika datang kepadamu tentara-tentara (pasukan sekutu), lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat kamu lihat. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Ahzab: 9)
Angin dan pasukan malaikat ini menyebabkan ketakutan besar di antara pasukan Ahzab. Mereka kehilangan semangat untuk bertempur dan merasa bahwa mereka tidak lagi bisa melanjutkan pengepungan.
Setelah melihat kondisi yang semakin memburuk dan serangan angin serta cuaca ekstrem yang menghancurkan persediaan dan kemah mereka, pasukan sekutu akhirnya memutuskan untuk mundur. Pemimpin Quraisy, Abu Sufyan, mengumumkan bahwa pengepungan telah gagal, dan mereka pun menarik diri dari Madinah dengan kekalahan dan kehinaan.
Dengan kehendak Allah, tanpa pertempuran besar, kaum Muslimin berhasil mengalahkan pasukan sekutu. Ini adalah kemenangan yang luar biasa, karena Allah menunjukkan kekuatan-Nya dalam membantu kaum Muslimin dengan cara-cara yang tidak terduga. [dutaislam.or.id/ai/ab]