Iklan

Iklan

,

Iklan

Empu Supo, Murid Sunan Kalijaga Pembuat Keris Omyang dan Kiai Tapak

Duta Islam #05
7 Okt 2024, 06:59 WIB Ter-Updated 2024-10-06T23:59:10Z
Download Ngaji Gus Baha
sejarah empu supo dan keris omyang
Ilustrasi keris Empu Supo. Foto: istimewa.


Dutaislam.or.id - Raden Djoko Supo, putra dari Empu Pangeran Sedayu, adalah seorang empu yang memiliki keahlian luar biasa dalam membuat keris. Selain mewarisi bakat dari ayahnya, Djoko Supo juga menimba ilmu kepada Sunan Kalijaga dan kemudian mengabdi di Kesultanan Demak.


Suatu hari, Sunan Kalijaga berencana melakukan perjalanan ke Cirebon untuk bertemu Sunan Gunung Jati. Perjalanan ini diikuti oleh sejumlah tokoh penting, termasuk Djoko Supo, Kiai Ageng Malang Gati, Syaikh Nur Syamsudin, dan Kiai Ageng Bantar Bolang. 


Rombongan ini melintasi hutan Siroban dan tiba di tapal batas Kadipaten Siraung, sebuah wilayah yang belum mengakui kekuasaan Kesultanan Demak. Adipati Siraung menolak memberi izin rombongan untuk melintasi wilayahnya, sehingga mereka memutuskan untuk bermalam di perbatasan.


Pada malam harinya, Sunan Kalijaga berdoa dan bermunajat di sekitar pesanggrahan. Keanehan terjadi ketika di bekas tempat Sunan Kalijaga salat ditemukan sebuah batu pamor sebesar buah sawo. Batu besi tersebut kemudian diserahkan kepada Djoko Supo, yang diberi tugas untuk membuat sebuah keris. Dengan keahliannya, Djoko Supo berhasil menciptakan sebilah keris yang kemudian diberi nama Kiai Tapak.


Keesokan harinya, keajaiban kembali terjadi. Kadipaten Siraung, beserta adipati dan rakyatnya, lenyap tanpa jejak, dan yang tersisa hanyalah hamparan laut. Melihat fenomena ini, Sunan Kalijaga menamai wilayah tersebut "Pemalang" dan menunjuk Kiai Ageng Malang Gati sebagai pemimpin daerah itu, dibantu oleh Syaikh Nur Syamsudin. 


Beberapa anggota rombongan juga diperintahkan untuk menetap di tempat baru tersebut. Keris Kiai Tapak yang dibuat oleh Djoko Supo diserahkan kepada Kiai Ageng Malang Gati sebagai pusaka wilayah Pemalang. Pusaka tersebut bertahan hingga masa penjajahan Jepang, namun setelah itu keberadaannya tidak lagi diketahui.


Sunan Kalijaga melanjutkan perjalanannya ke Cirebon tanpa hambatan dan kembali dengan selamat ke Bintoro, Demak. Riwayat tentang Raden Djoko Supo di Demak memang tidak terlalu banyak terdokumentasi, karena pada masa itu terdapat banyak empu yang bertugas membuat senjata bagi pasukan Demak. 


Djoko Supo sendiri menghabiskan hari-harinya di Kadilangu, memperdalam ilmu agama dan kedigdayaan. Ketika perpecahan politik di Demak terjadi antara Ratu Kalinyamat dan Arya Penangsang, Djoko Supo memutuskan untuk tidak terlibat dalam konflik tersebut. Ia kemudian meminta petunjuk dari Sunan Kalijaga.


Sunan Kalijaga memberi amanah kepada Djoko Supo untuk pindah ke sebuah dusun bernama Sumyang Jimpe. Di sana, Djoko Supo terus membuat keris dan menandai setiap keris buatannya dengan aksara Jawa yang berbunyi "Sumyang Jimpe". 


Banyak dari keris yang dibuatnya memiliki ornamen khusus pada bagian gandhik kanan-kiri, sebuah gaya yang dikenal sebagai dapur puthut. Hingga kini, keris-keris buatan Djoko Supo, terutama yang disebut Umyang, masih dibicarakan, meskipun banyak orang yang hanya tertarik pada tuahnya dan mengabaikan sejarah di balik pembuatan keris tersebut.


Setelah situasi politik di Demak mereda dan takhta jatuh ke tangan Joko Tingkir, yang menjadi Sultan Hadiwijaya di Pajang, Sunan Kalijaga memerintahkan Djoko Supo untuk mengabdi di Pajang dengan membawa bukti karya kerisnya. 


Ketika Djoko Supo tiba di Pajang, Sultan sedang memeriksa seorang tersangka yang terpidana. Dengan wasilah keris buatan Djoko Supo, tersangka tersebut tiba-tiba berbicara tanpa kendali dan akhirnya mengakui perbuatannya. Setelah itu, Djoko Supo diterima oleh Sultan, dan keris serta empunya diberi gelar yang sama, yaitu Kiai Umyang.


Kisah Raden Djoko Supo ini menggambarkan seorang empu yang bukan hanya ahli dalam membuat keris, tetapi juga santri yang saleh dan tokoh yang jujur dalam pengabdiannya. Keahlian dan integritasnya membuatnya dikenang sebagai seorang empu yang mengukir sejarah melalui karya-karyanya dan kontribusinya kepada kerajaan.


Inilah sekelumit riwayat tentang Raden Djoko Supo, empu yang dihormati karena ketekunan dan dedikasinya dalam menunaikan amanah, serta karya-karya kerisnya yang menjadi bagian dari sejarah kerajaan. [dutaislam.or.id/ab]

Iklan