Iklan

Iklan

,

Iklan

Kisah kesederhaan Rumah Tangga Fatimah dan Ali - Hingga Wafat

Duta Islam #05
13 Okt 2024, 14:02 WIB Ter-Updated 2024-10-13T07:02:06Z
Download Ngaji Gus Baha
kisah kehidupan rumah tangga fatimah dan ali
Ilustrasi kisah Fatimah Zahra. Foto: istimewa.


Dutaislam.or.id. - Suatu hari, Abu Bakar ra mendatangi Rasulullah Saw dengan maksud meminang putri Beliau, Fatimah ra. Namun, Rasulullah Saw dengan lembut menanggapi lamaran tersebut dengan berkata, "Wahai Abu Bakar, tunggulah keputusan Allah mengenai Fatimah". 


Mendengar jawaban ini, Abu Bakar ra menceritakan pengalamannya kepada sahabatnya, Umar bin Khattab ra. Umar menafsirkan bahwa jawaban Rasulullah Saw tersebut merupakan penolakan. Abu Bakar kemudian menyarankan Umar untuk mencoba meminang Fatimah. 


Umar pun mengikuti saran itu dan pergi menemui Rasulullah Saw dengan tujuan yang sama. Namun, Rasulullah Saw kembali memberikan jawaban serupa, "Wahai Umar, tunggulah ketetapan tentangnya". Setelah menerima jawaban ini, Umar pun kembali menemui Abu Bakar dan mengakui bahwa Rasulullah juga menolaknya.


Di saat yang bersamaan, keluarga Ali ra menyarankan agar Ali meminang Fatimah. Ali pun memberanikan diri menghadap Rasulullah Saw. Kali ini, Rasulullah Saw menerima pinangan Ali dengan baik dan menikahkan Ali dengan Fatimah. 


Mahar pernikahan mereka sangat sederhana, terdiri dari beberapa pakaian bekas dan kulit domba. Ali menjual unta miliknya serta beberapa barang lain, sehingga terkumpul 480 dirham yang digunakan untuk persiapan pernikahan. Rasulullah Saw menyarankan agar uang tersebut digunakan sebagian untuk membeli wangi-wangian, dan sisanya untuk kebutuhan rumah tangga.


Setelah pernikahan, Rasulullah Saw meminta Ali untuk mencari rumah bagi mereka. Ali menemukan rumah, tetapi jaraknya cukup jauh dari kediaman Rasulullah Saw. 


Rasulullah Saw yang sangat mencintai putrinya, mengungkapkan keinginannya agar Fatimah tinggal lebih dekat dengannya. Fatimah pun berkata, "Sebaiknya ayah meminta Haritsah bin Nu'man untuk pindah demi aku". 


Namun, Rasulullah Saw enggan meminta Haritsah untuk pindah karena sebelumnya Haritsah sudah pernah melakukannya demi mereka. Mendengar hal ini, Haritsah dengan ikhlas menawarkan rumahnya yang paling dekat dengan rumah Rasulullah Saw, dan dengan penuh kasih, Fatimah pun dipindahkan ke sana.


Rumah Tangga Sederhana

Kehidupan rumah tangga Ali dan Fatimah penuh kesederhanaan. Mereka tidur di atas kulit domba dengan bantal yang terbuat dari kulit berisi jerami. Meskipun hidup dalam keterbatasan, mereka menjalani hari-hari dengan kebahagiaan. 


Suatu ketika, Fatimah mengeluh kepada Ali tentang tangannya yang lecet karena menumbuk gandum dan luka di dadanya akibat menimba air. Ali menyarankan agar Fatimah meminta bantuan kepada Rasulullah Saw. Namun, Fatimah merasa malu untuk menyampaikan permintaannya. 


Akhirnya, Ali dan Fatimah bersama-sama menemui Rasulullah Saw. Mereka meminta pelayan untuk membantu pekerjaan rumah tangga, tetapi Rasulullah Saw dengan bijak menolak permintaan mereka, mengatakan bahwa Beliau lebih memilih memberikan bantuan kepada para Ahli Shuffah yang lebih membutuhkan. 


Sebagai gantinya, Rasulullah Saw memberikan mereka amalan yang luar biasa—membaca tasbih, tahmid, dan takbir masing-masing 33 kali sebelum tidur.


Kisah kasih Ali dan Fatimah tidak selalu mulus. Pernah suatu kali, terjadi pertengkaran antara mereka. Fatimah, dalam rasa kesalnya, pergi mengadukan Ali kepada Rasulullah Saw. Ali mengikuti istrinya hingga mereka bertemu Rasulullah. 


Dengan lembut, Rasulullah menasihati Fatimah agar memahami bahwa kasih sayang suaminya tidak boleh diabaikan. Ali, yang merasa bersalah, berjanji untuk memperbaiki sikapnya. Keduanya pun berdamai, dan hubungan mereka kembali harmonis.


Dekatnya Fatimah dengan Rasulullah Saw

Kedekatan Fatimah dengan Rasulullah Saw terlihat dari momen ketika Beliau Saw membisikkan sesuatu yang membuat Fatimah menangis, lalu tertawa. Ai'syah ra yang penasaran bertanya kepada Fatimah tentang hal itu, tetapi Fatimah menolak mengungkapkan rahasia tersebut. 


Baru setelah Rasulullah Saw wafat, Fatimah mengungkapkan bahwa bisikan pertama yang membuatnya menangis adalah kabar bahwa Rasulullah Saw akan segera meninggal dunia. Namun, bisikan kedua yang membuatnya tertawa adalah kabar bahwa Fatimah akan menjadi anggota keluarga pertama yang menyusul rasulullah ke surga.


Pada masa-masa terakhir hidupnya, Fatimah jatuh sakit parah. Ali ra selalu setia di sisinya, dan Fatimah bahkan telah mempersiapkan segala sesuatu untuk saat-saat terakhirnya. 


Dia meminta Salma, seorang sahabat, untuk membantunya mandi dan mengenakan pakaian baru. Fatimah juga meminta agar tempat tidurnya dipindahkan ke tengah ruangan, menghadap kiblat. Dalam keheningan itu, Fatimah mengucapkan selamat tinggal, lalu wafat dengan tenang. Ali, dalam duka mendalam, menguburkan istrinya tanpa membuka bahunya, seperti permintaan terakhir Fatimah.


Kisah hidup Fatimah dan Ali adalah kisah cinta yang penuh dengan ketulusan, kesederhanaan, dan perjuangan. Di tengah segala kesulitan hidup, mereka saling mendukung dan menjaga satu sama lain, serta selalu berada dalam naungan kasih sayang Allah dan rasul-Nya. Keduanya menjadi contoh teladan bagi keluarga Muslim sepanjang zaman. [dutaislam.or.id/ab]

Iklan

close
Iklan Flashdisk Gus Baha