Makam. Foto: istimewa. |
Dutaislam.or.id - Pada masa itu, Lasem dikenal sebagai kadipaten dan dipimpin oleh seorang tokoh kharismatik, yang lebih dikenal dengan sebutan Mbah Sambu. Beliau sangat dihormati oleh masyarakat. Namun, sebuah musibah besar melanda daerah tersebut—musim paceklik dengan suhu panas yang luar biasa.
Tidak hanya itu, muncul pula wabah penyakit misterius yang sulit disembuhkan, menginfeksi penduduk dari Lasem hingga Kecamatan Sedan. Para tabib dan dokter yang ada kala itu tak mampu menemukan obat untuk penyakit yang oleh masyarakat disebut "pageblug"—sebuah penyakit demam tinggi yang mematikan. Korbannya sering meninggal dalam waktu kurang dari satu hari setelah terserang.
Wabah ini menyebabkan kepanikan dan kesedihan di kalangan penduduk, yang sudah berjuang di tengah kesulitan hidup. Keadaan ini sampai ke telinga bupati Lasem, yang kemudian mengadakan sayembara: siapa pun yang mampu menemukan obat penyakit tersebut akan diberikan hadiah besar.
Baca: Biografi Singkat Mbah Sambu Lasem dan Sejarah Perjuangannya
Banyak orang mencoba mencari penawarnya, namun upaya mereka sia-sia. Di tengah situasi genting ini, Mbah Sambu memutuskan untuk ikut berikhtiar, meski beliau tidak tertarik pada hadiah yang ditawarkan. Dengan dedikasi penuh dan usaha spiritual yang mendalam, beliau terus berdoa dan memohon petunjuk dari Allah Swt.
Melalui kekuatan doa dan ikhtiar batin yang tekun, Mbah Sambu mulai berhasil menyembuhkan orang-orang yang terjangkit penyakit. Lambat laun, semakin banyak warga yang sembuh berkat bantuan beliau, dan wabah yang sebelumnya dianggap tak teratasi, akhirnya mulai mereda.
Setelah beberapa bulan, penyakit yang mengerikan itu pun hilang sepenuhnya. Berita kesembuhan ini segera sampai kepada bupati Lasem. Sang bupati lalu bertanya kepada penduduk, siapakah yang telah berhasil mengatasi penyakit tersebut. Tanpa ragu, warga mengungkapkan bahwa kesembuhan ini adalah berkat usaha dan ketulusan Mbah Sambu.
Sebagai ungkapan terima kasih, bupati Lasem mengunjungi Mbah Sambu dan menghadiahinya sebidang tanah yang sangat luas. Tanah tersebut kemudian digunakan untuk membangun masjid yang saat ini dikenal sebagai Masjid Jami' Lasem. Di sekitar masjid tersebut juga terdapat makam Mbah Sambu dan sejumlah tokoh lainnya, yang hingga kini masih sering diziarahi, terutama saat acara haul tahunan untuk mengenang jasa para pejuang Islam terdahulu.
Selain dikenal karena keahlian spiritualnya, Mbah Sambu juga diingat sebagai sosok penting dalam sejarah Lasem, khususnya pada masa perang antara kerajaan Brawijaya dan kadipaten Lasem. Pada masa itu, Lasem berada di bawah pengaruh Kerajaan Brawijaya, namun juga memiliki penduduk mayoritas etnis Tionghoa yang menganut agama Konghucu.
Dalam salah satu pertempuran penting, Mbah Sambu menunjukkan kepahlawanannya dengan berhasil memanah tepat sasaran, mengenai payung yang digunakan oleh Raja Brawijaya. Aksi ini menyebabkan pasukan Brawijaya kehilangan semangat dan akhirnya mundur. Sebagai tanda penghormatan atas kemenangan ini, adipati Lasem memberikan separuh wilayah Lasem kepada Mbah Sambu, yang kemudian menjadi warisan sejarah penting di daerah tersebut.
Mbah Sambu tidak hanya meninggalkan warisan berupa tanah dan bangunan, tetapi juga menjadi simbol keberanian, kepemimpinan spiritual, dan pengabdian tanpa pamrih. Hingga kini, pengaruhnya masih sangat dihormati oleh masyarakat Lasem dan sekitarnya. [dutaislam.or.id/ab]