Kaligrafi Asmaul Husna Al-Akhir. |
Dutaislam.or.id - Asma'ul Husna, nama-nama Allah Swt yang indah dan penuh makna, mencerminkan berbagai sifat dan karakteristik-Nya yang sempurna dan tak tertandingi. Salah satu nama yang menggambarkan sifat keabadian Allah Swt dalam hal waktu adalah "Al-Akhir" (ٱلْآخِرُ).
Nama ini menggambarkan Allah Swt sebagai Dzat yang Maha Akhir, yaitu Yang tidak ada akhir-Nya dan merupakan akhir dari segala sesuatu. Memahami makna Asma' Allah Swt Al-Akhir memberikan wawasan mendalam tentang sifat kekekalan Allah Swt dan bagaimana Allah Swt mengatur segala sesuatu dalam alam semesta ini.
Secara bahasa, "Al-Akhir" berasal dari kata "ākhir" (آخِر) yang berarti "terakhir" atau "yang akhir." Dalam konteks Asma'ul Husna, Al-Akhir berarti "Yang Maha Akhir" atau "Yang Tidak Ada Akhir-Nya." Nama ini menunjukkan bahwa Allah Swt adalah Dzat yang tidak memiliki akhir dan merupakan akhir dari segala sesuatu.
Al-Akhir menggambarkan kekuasaan Allah Swt dalam hal waktu dan keberadaan. Allah Swt adalah Yang terakhir dan tidak ada sesuatu yang lebih akhir dari-Nya. Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini akan berakhir, tetapi Allah Swt tetap kekal dan abadi.
Nama ini juga menegaskan bahwa Allah Swt adalah penentu akhir dari segala sesuatu, baik dalam kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat. Al-Akhir menunjukkan bahwa Allah Swt tidak terikat oleh waktu dan ruang, dan Dia adalah akhir dari segala sesuatu yang ada.
Dalil dari Al-Qur'an dan Hadist
Dalil mengenai makna Al-Akhir dapat ditemukan dalam Al-Qur'an dan Hadist, meskipun nama "Al-Akhir" tidak disebutkan secara eksplisit. Beberapa ayat dan hadist yang menunjukkan sifat keakhirannya Allah Swt antara lain:
هُوَ ٱلْأَوَّلُ وَٱلْآخِرُ وَٱلْظَاهِرُ وَٱلْبَاطِنُ ۗ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Terjemah:
“Dia-lah Yang Maha Awal dan Maha Akhir, Yang Maha Lahir dan Maha Batin, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Hadid: 3)
Ayat ini menegaskan bahwa Allah Swt adalah Yang Maha Akhir, yaitu Dzat yang tidak ada akhir-Nya. Allah Swt adalah yang terakhir dari segala sesuatu dan tidak ada yang melebihi-Nya.
وَاتَّقُوا۟ يَوْمًا تُرْجَعُونَ فِيهِ إِلَى ٱللَّهِ ثُمَّ تُوَفَّى كُلُّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
Terjemah:
“Dan bertakwalah kalian kepada hari yang di hari itu kalian akan dikembalikan kepada Allah Swt, kemudian setiap jiwa akan diberi balasan sesuai dengan apa yang telah diperbuatnya dan mereka tidak akan dizalimi.” (QS. Al-Baqarah: 281)
Ayat ini menunjukkan bahwa Allah Swt adalah penentu akhir dari segala sesuatu, termasuk kehidupan manusia dan pembalasan amal perbuatan di hari kiamat.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW bersabda:
ٱللَّهُمَّ أَنْتَ ٱلْآخِرُ فَلَيْسَ بَعْدَكَ شَيْءٌ
Artinya:
“Ya Allah Swt, Engkau adalah Yang Maha Akhir, tidak ada sesuatu pun setelah-Mu.” (HR. Muslim)
Hadist ini menegaskan bahwa Allah Swt adalah Yang Maha Akhir, yaitu Dzat yang tidak ada akhir-Nya dan merupakan akhir dari segala sesuatu.
Penjelasan Para Ulama
Para ulama memberikan penjelasan mendalam mengenai makna Al-Akhir dan implikasinya dalam kehidupan seorang Muslim. Imam Al-Ghazali dalam kitabnya "Al-Maqsadul Asna" menjelaskan bahwa Al-Akhir adalah Dzat yang tidak memiliki akhir dan merupakan akhir dari segala sesuatu.
Allah Swt sebagai Al-Akhir berarti bahwa Dia adalah pencipta akhir dari seluruh alam semesta dan segala sesuatu yang ada di dalamnya. Semua ciptaan akan mengalami akhir, tetapi Allah Swt tetap kekal dan abadi.
Imam Al-Qurtubi dalam tafsirnya menyatakan bahwa Al-Akhir adalah Dzat yang tidak terikat oleh waktu dan ruang. Allah Swt adalah Yang terakhir dan tidak ada yang lebih akhir dari-Nya. Pemahaman tentang Al-Akhir mengajarkan kita bahwa Allah Swt adalah penentu akhir dari segala sesuatu, baik dalam kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat. Allah Swt adalah Dzat yang kekal dan tidak akan pernah berakhir.
Ibnu Katsir dalam tafsirnya juga menjelaskan bahwa Al-Akhir adalah Dzat yang terakhir sebelum segala sesuatu mengalami akhir. Allah Swt memiliki eksistensi yang tidak terbatas oleh waktu atau ruang dan merupakan akhir dari segala sesuatu yang ada. Ibnu Katsir menambahkan bahwa pemahaman tentang Al-Akhir harus membuat kita menyadari bahwa segala sesuatu yang ada di alam semesta ini akan mengalami akhir, tetapi Allah Swt tetap kekal dan abadi.
Implikasi Teologis
Memahami Allah Swt sebagai Al-Akhir memiliki beberapa implikasi teologis yang penting bagi seorang Muslim. Pertama, ini menegaskan bahwa Allah Swt adalah Dzat yang tidak memiliki akhir dan merupakan akhir dari segala sesuatu.
Sebagai Al-Akhir, Allah Swt adalah penentu akhir dari segala sesuatu dan tidak ada sesuatu pun yang lebih akhir dari-Nya. Oleh karena itu, seorang Muslim harus memahami bahwa segala sesuatu yang ada di alam semesta ini akan mengalami akhir, tetapi Allah Swt tetap kekal dan abadi.
Kedua, pemahaman tentang Al-Akhir mengajarkan kita untuk menyadari kebesaran dan keesaan Allah Swt. Allah Swt sebagai Al-Akhir menunjukkan bahwa Dia adalah akhir dari segala sesuatu dan tidak ada yang melebihi-Nya. Ini mengajarkan kita untuk mengagungkan Allah Swt dan menyadari bahwa Dia adalah sumber dari segala sesuatu yang ada.
Ketiga, pemahaman tentang Al-Akhir juga menuntut kita untuk selalu bergantung kepada Allah Swt. Sebagai Dzat yang Maha Akhir, Allah Swt adalah penentu akhir dari segala sesuatu dan segala sesuatu yang ada di alam semesta ini bergantung pada-Nya. Sebagai hamba-Nya, kita harus selalu bergantung kepada Allah Swt dalam setiap aspek kehidupan dan percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah bagian dari rencana-Nya.
Memahami Allah Swt sebagai Al-Akhir juga membawa implikasi praktis dalam kehidupan sehari-hari. Seorang Muslim yang menyadari bahwa Allah Swt adalah Yang Maha Akhir akan merasa tenang dan yakin dalam menghadapi berbagai tantangan dan perubahan dalam hidup. Dia akan mengerti bahwa segala sesuatu yang ada di alam semesta ini akan mengalami akhir, tetapi Allah Swt tetap kekal dan abadi.
Sebagai contoh, dalam menghadapi situasi yang tampaknya tidak sesuai dengan keinginan atau harapan kita, seorang Muslim yang memahami kekuasaan Allah Swt sebagai Al-Akhir akan tetap sabar dan percaya bahwa Allah Swt adalah akhir dari segala sesuatu. Dia akan mengandalkan Allah Swt dalam segala hal dan berserah diri kepada kehendak-Nya. [dutaislam.or.id/ai/ab]