Makna Al-Wahab menurut para ulama. Foto: istimewa. |
Dutaislam.or.id - Al-Wahhab (الوهّاب) merupakan salah satu dari asma'ul husna, yaitu nama-nama Allah Swt yang menunjukkan sifat-sifat kesempurnaan-Nya. Al-Wahhab berasal dari kata "wahaba" (وهب) yang berarti "memberikan" atau "menghadiahkan" sesuatu secara cuma-cuma tanpa meminta balasan.
Dengan demikian, Al-Wahhab berarti "Yang Maha Pemberi", yaitu Allah Swt yang senantiasa memberikan karunia, anugerah, dan nikmat kepada makhluk-Nya tanpa henti dan tanpa pamrih.
Makna Al-Wahhab sangat mendalam dalam menunjukkan betapa luas dan tanpa batas pemberian Allah kepada hamba-hamba-Nya. Allah Swt memberikan segala sesuatu yang dibutuhkan makhluk hidup, mulai dari kebutuhan jasmani seperti makanan dan minuman, hingga kebutuhan rohani seperti hidayah dan rahmat.
Allah memberikan semua itu tanpa mengharap imbalan dan sering kali tanpa kita memintanya. Ini menunjukkan betapa kasih sayang Allah Swt sangat besar dan melampaui segalanya.
Nama Allah Swt Al-Wahhab disebutkan dalam beberapa ayat di dalam Al-Qur'an. Salah satunya adalah dalam Surah Ali 'Imran ayat 8:
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
Terjemah:
"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan setelah Engkau memberi petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, karena sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi (Al-Wahhab)." (QS. Ali 'Imran: 8)
Ayat ini menunjukkan bahwa Allah Swt adalah sumber segala rahmat dan petunjuk, dan bahwa manusia harus selalu memohon kepada Allah Swt agar diberikan petunjuk dan tidak dibiarkan tersesat setelah mendapatkan hidayah.
Penjelasan Para Ulama tentang Al-Wahhab
Para ulama memiliki pandangan yang mendalam tentang makna Al-Wahhab dan bagaimana nama ini mencerminkan sifat Allah Swt dalam memberikan anugerah kepada makhluk-Nya.
Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Al-Maqshadul Asna menjelaskan bahwa Al-Wahhab adalah "Dia yang memberikan tanpa pamrih dan tanpa meminta balasan, baik kepada yang taat maupun kepada yang tidak taat".
Menurut Al-Ghazali, pemberian Allah Swt yang paling utama adalah hidayah kepada keimanan dan kemampuan untuk taat kepada-Nya. Hidayah ini tidak diberikan kecuali dengan kehendak dan kemurahan-Nya, karena itu Dia disebut Al-Wahhab.
Ibnul Qayyim dalam bukunya Madarijus Salikin menguraikan bahwa Al-Wahhab adalah Allah Swt yang senantiasa memberikan nikmat yang tak terhingga kepada hamba-hamba-Nya. Ibnul Qayyim menekankan bahwa sifat pemberian Allah Swt ini adalah mutlak dan sempurna, karena tidak ada yang dapat menghalangi apa yang Allah Swt berikan, dan tidak ada yang bisa memberi apa yang Allah Swt tahan.
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menegaskan bahwa Allah Swt adalah Al-Wahhab yang memberikan segala kebaikan dan nikmat kepada hamba-hamba-Nya. Dia memberikan nikmat tersebut secara cuma-cuma, tanpa syarat dan tanpa batas.
Allah Swt memberi tanpa mengurangi kekayaan-Nya dan tanpa merasa rugi. Inilah yang membedakan Allah Swt dari makhluk, karena ketika makhluk memberi sesuatu, pasti ada pengurangan dari dirinya. Sedangkan Allah Swt tetap Maha Kaya dan nikmat-Nya tidak pernah habis.
Implementasi Makna Al-Wahhab dalam Kehidupan
Pemahaman tentang Al-Wahhab memiliki implikasi yang signifikan dalam kehidupan seorang Muslim. Beberapa cara untuk mengimplementasikan makna Al-Wahhab dalam kehidupan sehari-hari antara lain:
Syukur dan Sabar: Menyadari bahwa semua nikmat dan anugerah yang kita terima adalah pemberian dari Allah Swt, maka kita harus senantiasa bersyukur. Syukur bukan hanya dalam bentuk ucapan "Alhamdulillah," tetapi juga dengan memanfaatkan nikmat tersebut di jalan yang diridhoi-Nya. Jika kita menerima cobaan, kita juga harus sabar karena cobaan tersebut bisa jadi adalah cara Allah Swt untuk memberikan sesuatu yang lebih baik di masa depan.
Memohon dengan Keyakinan: Karena Allah Swt adalah Al-Wahhab, seorang Muslim harus selalu memohon dan berdoa kepada-Nya dengan penuh keyakinan bahwa Allah Swt dapat mengabulkan doa-doa tersebut. Memohon kepada Al-Wahhab harus disertai dengan sikap tawakkal, yaitu menyerahkan segala urusan kepada-Nya setelah berusaha dengan maksimal.
Meneladani Sifat Pemberi: Seorang Muslim yang memahami makna Al-Wahhab seharusnya meneladani sifat pemberi ini dengan cara bersedekah dan membantu sesama tanpa mengharapkan imbalan. Ini adalah bentuk kecil dari meniru sifat Allah Swt yang senantiasa memberi tanpa pamrih. Kita diajarkan untuk memberi kepada yang membutuhkan, berbagi dengan yang kurang beruntung, dan membantu dengan ikhlas.
Tidak Putus Asa dari Rahmat Allah: Karena Allah Swt adalah Al-Wahhab, seorang Muslim tidak boleh putus asa dari rahmat dan karunia Allah Swt, berapa pun besar dosa yang telah dilakukan. Selalu ada harapan bagi yang bertaubat dan kembali kepada-Nya dengan penuh penyesalan.
Dengan memahami dan merenungi makna Al-Wahhab, kita sebagai hamba Allah Swt dapat lebih mendekatkan diri kepada-Nya dan menjalani kehidupan ini dengan penuh kesadaran bahwa segala sesuatu adalah pemberian dari Allah Swt, Yang Maha Pemberi. [dutaislam.or.id/ai/ab]