Ilustrasi keramat wali Allah. Foto: istimewa. |
Dutaislam.or.id - Dalam berdakwah, sesungguhnya umat tidak memerlukan kisah-kisah karomah yang berlebihan. Umat lebih membutuhkan bimbingan yang kuat dalam akidah yang lurus (hanif), ibadah yang sesuai dengan syariat, serta teladan nyata dari akhlakul karimah yang tercermin dalam ucapan dan perbuatan.
Fokus utama dakwah seharusnya adalah memberikan arahan yang benar agar umat bisa memahami keyakinan dan ibadah yang sah, bukan sekadar bercerita tentang keajaiban atau karomah yang sering kali berujung pada kebingungan.
Kisah-kisah karomah yang tidak didukung oleh dalil yang jelas hanya akan membuat umat terbuai dan tidak memberikan manfaat yang substansial. Padahal, tujuan utama dari dakwah adalah memperbaiki hati dan akhlak, bukan mengundang kekaguman dengan kisah-kisah yang belum tentu benar.
Bahkan, bercerita tentang hal yang tidak benar bisa dianggap sebagai kebohongan dalam dakwah, yang seharusnya dihindari. Allah Swt mengingatkan dalam Al-Qur’an:
قُلْ هَـٰذِهِۦ سَبِيلِىٓ أَدْعُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا۠ وَمَنِ ٱتَّبَعَنِىۖ وَسُبْحَـٰنَ ٱللَّهِ وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلْمُشْرِكِينَ
Terjemah:
"Katakanlah (Muhammad): Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan yakin (ilmu yang jelas), Mahasuci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang musyrik." (QS. Yusuf: 108).
Ayat di atas menegaskan pentingnya dakwah yang berlandaskan ilmu dan keyakinan, bukan sekadar bercerita tentang hal-hal yang tidak jelas manfaatnya.
Wajib Mengimani Karomah
Selain itu, penting untuk diingat bahwa karomah dan mukjizat memang ada, dan umat Islam wajib mengimaninya. Karomah adalah kejadian luar biasa yang diberikan Allah kepada para wali-Nya, sementara mukjizat adalah tanda kekhususan yang diberikan kepada para nabi sebagai bukti kenabian.
Namun, siapa sebenarnya para wali itu, hanya Allah yang Maha Mengetahui, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an:
أَلَآ إِنَّ أَوْلِيَآءَ ٱللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ. ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَكَانُوا۟ يَتَّقُونَ
Terjemah:
"Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati, yaitu orang-orang yang beriman dan selalu bertakwa." (QS. Yunus: 62-63).
Sebagai gantinya, lebih baik jika dalam dakwah, kita menceritakan mukjizat para nabi yang sudah jelas terdapat dalam Al-Qur’an dan hadits. Mukjizat ini memiliki dalil yang kuat dan memberikan manfaat besar dalam memperkuat keimanan umat. Dengan demikian, dakwah kita akan lebih bermanfaat, bermakna, dan tetap berada di jalur yang benar.
Dengan mengutamakan bimbingan akidah, ibadah yang sah, serta contoh akhlak yang baik, kita akan memberikan kontribusi nyata dalam memperbaiki umat dan membawa mereka lebih dekat kepada Allah Swt. [dutaislam.or.id/ab]