Iklan

Iklan

,

Iklan

Praktik Menuju Proses Nutupi "Babahan Howo Songo"

Duta Islam #05
9 Okt 2024, 06:05 WIB Ter-Updated 2024-10-08T23:05:57Z
Download Ngaji Gus Baha
babahan howo songo adalah tirakat puasa ala jawa
Ilustrasi menuju babahan howo songo. Foto: istimewa.


Dutaislam.or.id - Dalam tradisi Jawa, istilah "Babahan Howo Songo" adalah konsep penting yang seringkali muncul dalam diskusi spiritual dan supranatural. Bagi mereka yang mendalami ilmu kebatinan, istilah ini merujuk pada sembilan jalur hawa yang dimiliki manusia, yaitu dua mata, dua telinga, dua lubang hidung, satu mulut, satu alat kelamin, dan satu saluran pembuangan. 


Mengapa sembilan jalur hawa ini begitu penting? Dalam ajaran spiritual, jalur-jalur ini tidak hanya dianggap sebagai sumber potensi dosa, tetapi juga sebagai pintu yang menghubungkan kesadaran manusia dengan dunia materi. 


Agar seseorang dapat mencapai tingkat spiritual yang lebih tinggi, ia harus mampu "menutup" atau mengendalikan sembilan jalur hawa ini—proses ini disebut "Nutupi Babahan Howo Songo". Dengan demikian, manusia tidak hanya menjaga diri dari dosa-dosa yang bersumber dari sembilan jalur ini, tetapi juga membebaskan kesadaran dari keterikatan duniawi.


Berbagai praktik tirakat atau lelaku dalam tradisi Jawa, seperti pati geni atau ngebleng, memiliki tujuan utama untuk mengendalikan hawa ini. Praktik-praktik ini mendorong manusia untuk melepaskan diri dari ketergantungan fisik dan masuk ke dalam kesadaran batin yang lebih mendalam.


Menutup sembilan jalur hawa tidak semata-mata berarti menutup fisik alat-alat tubuh ini, melainkan mengendalikan cara kita menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. 


Proses ini mencakup tiga langkah penting: istighfar (memohon ampun), sumeleh (ikhlas), dan eling (sadar akan kehadiran Tuhan). Dengan menggabungkan ketiganya, seseorang dapat mengendalikan dorongan dari sembilan jalur hawa dan mencapai keseimbangan spiritual.


Ketika mata, telinga, hidung, mulut, dan bagian tubuh lainnya dikendalikan, seseorang akan lebih sering mendengarkan suara batin daripada sekadar merespons rangsangan dunia luar. Mata tidak lagi reaktif terhadap apa yang dilihat, telinga lebih sensitif terhadap suara hati daripada gosip, dan mulut tidak lagi digunakan untuk berbicara sembarangan.


Pengendalian sembilan jalur hawa ini penting sebagai langkah awal menuju alam non-materi. Bagaimana mungkin kita bisa memasuki dimensi spiritual yang lebih tinggi jika kesadaran kita masih terikat pada dorongan-dorongan duniawi yang datang melalui sembilan jalur tersebut? 


Dalam fase ini, semua jalur hawa tersebut "terkukut" atau terintegrasi dalam alam kesadaran, sehingga kita bisa memasuki fase berikutnya, yaitu matirogo—tahapan yang diperlukan untuk memasuki ranah spiritual yang lebih dalam.


Meskipun sembilan jalur hawa ini adalah alat yang penting untuk hidup, manusia sering kali terikat oleh salah satu atau lebih dari jalur tersebut. Ikatan ini dapat menghalangi kemajuan spiritual, sehingga diperlukan peluruhan atau pelepasan untuk dapat mencapai kebebasan batin.


Praktik Menutup Babahan Howo Songo

Ada beberapa praktik khusus untuk mengendalikan setiap jalur hawa, di antaranya:


  1. Puasa Mata: Menghindari melihat hal-hal yang tabu, seperti pornografi atau sesuatu yang tidak pantas menurut norma agama dan sosial. Gunakan mata untuk melihat keindahan alam dan tanda-tanda kebesaran Tuhan.

  2. Puasa Telinga: Tidak mendengarkan gosip atau hal-hal negatif yang merusak. Sebaliknya, gunakan telinga untuk mendengarkan suara hati dan pujian kepada Sang Pencipta.

  3. Puasa Hidung: Hindari menghirup bau-bauan yang merusak, seperti narkoba. Bernapaslah dengan penuh rasa syukur kepada Tuhan, sehingga jiwa menjadi lebih tenang.

  4. Puasa Mulut: Kendalikan makan dan ucapan. Jangan makan berlebihan, dan hindari berbicara hal-hal yang dapat melukai perasaan orang lain.

  5. Puasa Alat Kelamin: Kendalikan nafsu syahwat. Energi kehidupan dapat terkuras melalui aktivitas seksual yang berlebihan, sehingga perlu dihemat untuk mencapai kemajuan spiritual.

  6. Puasa Saluran Pembuangan: Gunakan sesuai fungsinya tanpa penyimpangan seksual. Saluran ini diciptakan untuk mengeluarkan limbah tubuh yang tidak lagi diperlukan.

  7. Puasa Pikiran, Hati, Roh, dan Rasa: Mengendalikan pikiran dari prasangka buruk, hati dari iri dengki, roh dari keinginan berlebihan, dan rasa dari keterikatan material. Dengan menguasai empat puasa ini, seseorang dapat mencapai keseimbangan spiritual yang mendalam.


Jika seseorang berhasil mengendalikan sembilan jalur hawa dan menyempurnakan empat puasa lainnya, ia akan terhubung secara mendalam dengan alam semesta dan menemukan kedamaian batin. Pada tahap ini, ia dapat mencapai tingkat spiritual yang lebih tinggi, di mana ia mampu berkomunikasi dengan "guru sejati" —kesadaran tertinggi yang membimbing hidupnya.


Nutupi Babahan Howo Songo bukan hanya tentang pengendalian fisik, tetapi juga tentang pengembangan kesadaran dan perjalanan menuju spiritualitas yang lebih tinggi. 


Ini adalah proses yang menuntut disiplin, keikhlasan, dan ketekunan, tetapi hasil akhirnya adalah pencerahan yang membawa manusia pada harmoni dengan alam semesta dan Tuhan. [dutaislam.or.id/ab]

Iklan