Iklan

Iklan

,

Iklan

Tafsir Ayat Al-Qur'an Tentang Bersedekah Tapi Untuk Dipuji dan Pamer

Duta Islam #05
28 Apr 2025, 19:05 WIB Ter-Updated 2025-04-28T12:05:30Z
Download Ngaji Gus Baha
tafsir alquran tentang ayat sedekah dalam alquran
Ilustrasi tafsir ayat Al-Qur'an tentang sedekah yang riya'. Foto: istimewa.


Oleh Insanurrizki 


Dutaislam.or.id - Amtsal adalah kata yang diambil dari bahasa arab jama’ dari kata mitsal yang berarti perumpamaan, ayat-ayat Amtsal dalam Al-qur’an merupakan ayat-ayat yang dijelaskan dengan perumpamaan atau permisalan untuk menjelaskan konsep-konsep spiritual, moral, dan hukum.


Dengan menggunakan ayat-ayat amtsal dapat membantu meningkatkan kesadaran dan refleksi tentang kehidupan serta memudahkan manusia dalam memahami ayat-ayat yang disampaikan karena penyampaian dengan cara amtsal lebih efektif, menarik dan memiliki pesan-pesan yang lebih mendalam.


Menurut Ibnu Qayyim, sebagaimana dikutip oleh Manna’ al-Qattan, amtsal ialah menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain dalam hal hukumnya, mendekatkan sesuatu yang bersifat abstrak dengan yang bersifat indrawi atau mendekatkan salah satu dari dua hal yang indrawi atas yang lain, dengan menganggap yang satu sebagai yang lain.


Menurut imam Asy- suyuthi dalam Itqan, amtsal ialah mendeskripsikan makna yang abstrak dengan gambaran yang kongkret karena lebih mengesan di dalam hati, seperti menyerupakan yang samar dengan yang tampak, yang ghaib dengan yang hadir. 


Dalam Al-Qur’an begitu banyak ayat-ayat yang berkaitan dengan amtsal salah satu dari banyaknya Allah Swt menjelaskan orang yang menyakiti hati penerima dari apa yang ia sadaqahkan kepadanya orang yang membuat suatu perbuataan karena ingin  dilihat orang lain (riya) yaitu surat Al-Baqarah(2): 264.


يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُبْطِلُوْا صَدَقٰتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْاَذٰىۙ كَالَّذِيْ يُنْفِقُ مَالَهٗ رِئَاۤءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ فَمَثَلُهٗ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَاَصَابَهٗ وَابِلٌ فَتَرَكَهٗ صَلْدًاۗ لَا يَقْدِرُوْنَ عَلٰى شَيْءٍ مِّمَّا كَسَبُوْاۗ وَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْكٰفِرِيْنَ (٢٦٤)


Terjemah: 

Wahai orang-orang yang beriman, jangan membatalkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena riya (pamer) kepada manusia, sedangkan dia tidak beriman kepada Allah dan hari Akhir. Perumpamaannya (orang itu) seperti batu licin yang di atasnya ada debu, lalu batu itu diguyur hujan lebat sehingga tinggallah (batu) itu licin kembali. Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan. Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum kafir. (Q.S. Al-Baqarah(2): 264).


Mitsal dari ayat ini ialah orang yang menginfakkan sebagian hartanya bukan karena Allah melainkan tujuannya agar manusia memujinya atau disebut dengan riya, ia menyebut-nyebut apa yang telah diberikan yang mana dapat menyakiti hati penerima pada ayat di atas Allah memisalkan tingkah laku tersebut bagaikan batu yang licin yang di atasnya ada debu dan hujan turun lalu menghilangkan tanah yang ada atasnya.


Penafsiran Ayat

Menurut tafsir Ibnu Katsir dalam kitab tafsir Al-Qur’an Al-Azhim: Bahwa perumpamaan bagi orang yang berbuat riya itu seperti safwan bentuk jama dari safwanah yang berarti batu licin, yakni batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat. Ketika hujan menimpa batu yang awalnya ada tanah di atasnya, maka tanah tersebut menjadi bersih dan licin serta tidak ada bekas sama sekali tanah di atas batu tersebut. Demikianlah perbuatan riya yang dilakukan seseorang seperti perumpamaan tadi, batu ialah diri seseorang, dan perbuatan amal dengan riya itu tanah yang diatas batu.


Dalam Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir, Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah menjelaskan janganlah seseorang merusak pahala sedekahnya dengan menyebut-nyebut apa yang ia beri, mencaci penerima dan tidak bermaksud untuk mengharap ridho Allah Swt, akan tetapi ia melakukannya agar dilihat manusia serta mendapat pujian dan sanjungan dari mereka. 


Perbuatan ini bagaikan batu licin ada tanah di atasnya dan hujan yang lebat turun menghilangkan tanah tanpa tersisa sedikitpun. Maka begitulah keadaan orang yang melakukan sesuatu dengan riya, apa yang ia sedekahkan tidak memberinya manfaat berupa pahala sedangkan harta yang ia sedehkan hilang dan habis, seperti batu yang tidak ditumbuhi tanaman karena tidak terdapat tanah diatasnya.


Hikmah Ayat Sedekah

Ayat di atas mengingatkan bahayanya perbuatan riya’ yang dapat menghilangkan pahala dari apa yang diperbuat. Perbuatan yang sibuk hanya menginginkan pujian dari orang lain dan ini merupakan suatu perbuatan orang-orang munafiq yang mana ketika di depan manusia ia bersemangat dalam beribadah tetapi ketika sendirian ia bermalas-malasan. 


Dalam perbuatan riya’ ini salah satu perbuatan yang dikhawatirkan oleh Rasulullah menimpa kita dalam hadits: 


Dari Mahmud bin Labid, Rasulullah Saw bersabda, "Sesungguhnya yang paling kukhawatirkan akan menimpa kalian adalah syirik ashgor." Para sahabat bertanya, "Apa itu syirik ashgor, wahai Rasulullah?" Beliau bersabda, "(Syirik ashgor adalah) riya'. Allah Ta’ala berkata pada mereka yang berbuat riya’ pada hari kiamat ketika manusia mendapat balasan atas amalan mereka: ‘Pergilah kalian pada orang yang kalian tujukan perbuatan riya’ di dunia. Lalu lihatlah apakah kalian mendapatkan balasan dari mereka?’" (HR. Ahmad 5: 429).


Dengan ayat dan hadits di atas, sangat megingatkan manusia agar tetap selalu berbuat suatu kebaikan berdasarkan keikhlasan yaitu melakukan suatu amalan yang hanya mengharapkan ridho dari Allah Swt dan senantiasa berhati-hati dari suatu perbuat syirik kecil yaitu riya’ dan tidak mengungkit pemberian  yang menyakitkan hati penerima dari pemberian tersebut berdampak mengakibatkan tidak diterimanya amal perbuatan kita.


Perbuatan ini merupakan perbuatan dari hati seseorang maka sebagai seorang muslim selalu memperhatikan dan memperbaiki isi hatinya karena dari hatilah bermula suatu perbuatan yang dinilai baik dalam hadits rasulullah Saw artinya: “sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal daging, jika sehat maka sehat pula seluruh tubuh, dan jika rusak maka rusak pula seluruh tubuh. Sesungguhnya, itu adalah hati”. [dutaislam.or.id/ab]


Insanurrizki, Mahasiswa Universitas PTIQ Jakarta

Iklan

close
Iklan Flashdisk Gus Baha