Iklan

Iklan

,

Iklan

Tarekat Taqrib, Hubbul Fuqoro' wal Masakin ala Kiai Ma'shum Lasem

Duta Islam #05
21 Jun 2025, 19:47 WIB Ter-Updated 2025-06-21T12:47:35Z
Download Ngaji Gus Baha
foto kiai makshum lasem rembang
Ilustrasi kiai-kiai nusantara. Foto: dok. penulis.


Oleh Dr. Heru Siswanto, M.Pd.I


Dutaislam.or.id - Ada suatu ungkapan yang cukup menarik perhatian, "Kiai zaman mbiyen iku ampuh-ampuh soale betah melek, betah luweh, betah rekoso." Artinya kurang lebih "Kiai zaman dulu itu memiliki banyak kelebihan (kesakralan) karena malamnya mampu terjaga (tidak tidur) untuk merenung, belajar, mengajar, dan mendoakan para santrinya, waktu siangnya banyak digunakan untuk berpuasa, bekerja, dan kalau punya keinginan, impian, cita-cita pantang menyerah". 


Untuk itu, mengenal dan meneladani dengan baik kiai-kiai sepuh terdahulu adalah menjadi suatu pintu keberkahan tersendiri bagi kita. 


Hal ini dikarenakan kiai-kiai terdahulu benar-benar memiliki kemampuan dan kemapanan untuk menyatukan atau menyandingkan keempat hal (iman, ilmu, amal, akhlak) dalam laku lampah kehidupan sehari-harinya. Keempat hal tersebut sebagai modal utama tirakatnya dalam membimbing santri dan masyarakatnya. 


Ambil satu contoh, Mbah Yai Ma'shum Lasem, Jawa Tengah. Diperkirakan, Mbah Ma’shum lahir pada tahun 1868. Beliau adalah anak bungsu pasangan Ahmad dan Qosimah. Sejak kecil telah ditinggal wafat oleh ibunya. Dan, siapa yang tidak kenal dengan beliaunya ini, kiai sepuh, alim, karismatik, yang sangat masyhur kewaliannya, penjaga terdepan NU. 


Beliau adalah Ayahanda KH. Ali Ma'shum Krapyak, terkenal dan dikenang masyarakat sebagai pecinta NU sejati, hingga akhir hayatnya. Bahkan dalam satu kesempatan beliaunya pernah berwasiat kepada keluarganya: "Aku tidak ridha, jika anak keturunanku, tidak ikut NU". Ini menandakan semasa hidupnya, NU medarah daging dan menjadi nafas setiap langkah beliaunya. 


Dalam rekam jejak muslim Nusantara, Mbah Ma'shum Lasem ini pernah nyantri kepada Mbah Yai Sholeh Darat, Mbah Yai Kholil Bangkalan dan juga pernah nyantri kepada Syaikh Mahfudh At-Tarmasi. Hal ini menjadi suatu kebiasaan tersendiri bagi beliaunya. Melakukan pengembaraan dari pondok pesantren yang satu ke pondok pesantren yang lain demi memenuhi hasrat akan kehausan keilmuan semasa mudanya.


Satu catatan penting semasa hidupnya, beliau tidak pernah mengikatkan dirinya pada tarekat-tarekat tertentu. Beliau semasa hidupnya lebih memilih tarekat "at-Ta'lim wa Ta'alllum". Sebab dalam pandangan beliaunya, tarekat tersebut adalah tarekat yang paling afdhol, bahkan tarekat yang paling menjamin keselamatannya di dunia, termasuk di akhirat kelak.


Menjadi suatu pandangan yang sangat elok, beliau senang meneladani (mewarisi) perilaku terpuji Kanjeng Nabi Muhammad Saw. Diantaranya adalah mencintai terhadap golongan fakir dan miskin. Bahkan beliau menjadikan kebiasaan menjalin silaturahmi dengan fakir dan miskin ini sebagai laku tarekatnya. 


Termasuk dalam satu kesempatan juga pernah mengatakan, “Saya sudah menggunakan tarekat yang langsung dari Nabi Muhammad Saw, yaitu Hubb al-Fuqara wa al-Masakin (Mencintai kaum fakir dan Miskin)”.


Untuk itu sebagai wujud kecintaannya pada fakir-miskin ini, beliau pernah memberikan wasiat kepada anak-cucunya: 


"Seandainya kamu sedang mengalami kekurangan, akan tetapi masih memiliki cadangan, berikanlah sesuatu kepada peminta-minta meskipun pemberianmu tidak sesuai permintaannya".


Ada suatu pengalaman yang cukup menarik perhatian, pernah suatu ketika Mbah Ma’shum ditanya seseorang apakah beliau bertarekat atau tidak? Beliaunya menjawab dengan tegasnya: 


Iyo, aku yo Tarekat cung, Tarekat Taqrib (Istiqomah muthola'ah dan mengajar kitab at-Taqrib)”. 


Jawabannya ini cukup sederhana mudah dicerna oleh semua kalangan, namun sangat sarat dengan makna. Semoga bermanfaat. [dutaislam.or.id/ab]


Dr. Heru Siswanto, M.Pd.I, Ketua Program Studi dan Dosen PAI-BSI (Pendidikan Agama Islam-Berbasis Studi Interdisipliner) Pascasarjana IAI Al-Khoziny Sidoarjo, Dosen PAI-Terapan Poltek Pelayaran Surabaya, Pengurus Lembaga Takmir Masjid PCNU Sidoarjo dan Ketua Lembaga Dakwah MWCNU Krembung.


Iklan

close
Badil Badawi