Iklan

Iklan

,

Iklan

Sejarah Zaid bin Haritsah, Budak Rasulullah yang Dimerdekakan

Duta Islam #05
11 Agu 2025, 23:45 WIB Ter-Updated 2025-08-11T16:45:34Z
Download Ngaji Gus Baha

 

kisah zaid bin haritsah anak angkat nabi
Ilustrasi bermain di ladang. Foto: istimewa.

Dutaislam.or.id - Pada suatu hari di pedalaman Arab, seorang anak bernama Zaid bin Haritsah bermain di ladang bersama teman-temannya. Usianya masih belia, namun keceriaan di wajahnya seakan tak pernah pudar. Nasib berkata lain ketika sekelompok penunggang kuda dari kabilah lain menyerang perkampungan mereka. 


Zaid pun tertangkap dan dibawa pergi, dijual di pasar budak ‘Ukazh. Peristiwa ini memisahkan Zaid dari kedua orang tuanya, Haritsah bin Syarahil dan Su’da binti Tsa’labah, dan mengantarnya ke perjalanan panjang yang tak pernah ia bayangkan.


Di pasar itu, Zaid dibeli oleh seorang pedagang yang kemudian membawanya ke Makkah. Kota itu, yang kala itu menjadi pusat perdagangan dan peribadatan Arab, mempertemukan Zaid dengan sosok yang kelak mengubah seluruh jalan hidupnya. 


Pedagang itu menjual Zaid kepada Hakim bin Hizam, seorang bangsawan Quraisy yang terpandang dan berhati dermawan. Hakim tidak membelinya untuk dirinya sendiri, melainkan untuk dihadiahkan kepada bibinya yang sangat ia hormati — Khadijah binti Khuwailid.


Khadijah, yang kelak menjadi istri Nabi Muhammad Saw, adalah wanita terpandang, pengusaha sukses, dan terkenal memiliki sifat mulia. Saat menerima Zaid, Khadijah melihat anak itu bukan sekadar budak, melainkan seorang anak yang butuh kasih sayang dan perlindungan. Ia memperlakukan Zaid dengan baik, memberinya pakaian layak, makanan cukup, dan suasana rumah yang penuh ketenangan. Zaid, meskipun masih berstatus budak, mulai merasakan kembali hangatnya keluarga yang hilang.


Beberapa waktu setelah itu, Khadijah menikah dengan Muhammad bin Abdullah — seorang pria muda yang terkenal jujur, amanah, dan penuh kelembutan. Pernikahan ini menjadi titik balik bagi Zaid. Dalam sebuah momen kebahagiaan rumah tangga, Khadijah menghadiahkan Zaid kepada suaminya sebagai bentuk penghormatan dan kasih sayang. “Ambillah anak ini,” ujar Khadijah, “dia akan menjadi penolongmu.” Sejak saat itu, Zaid resmi menjadi milik Muhammad Saw.


Di tangan Muhammad, Zaid merasakan sesuatu yang tak pernah ia bayangkan dari seorang tuan terhadap budaknya. Muhammad tidak memperlakukannya seperti hamba, tetapi seperti anggota keluarga. Ia diberi tempat tinggal yang sama, makan bersama, dan mendapat perhatian yang tulus. Perlakuan penuh hormat ini membuat Zaid semakin mencintai Muhammad Saw. Ia melihat gurunya ini bukan hanya sebagai majikan, tetapi sebagai sosok ayah, pendidik, dan sahabat.


Sementara itu, jauh di kampung halamannya, keluarga Zaid terus mencari kabar. Suatu ketika, kabilahnya mengetahui bahwa Zaid berada di Makkah. Ayahnya, Haritsah, datang bersama pamannya menemui Muhammad Saw untuk menebus anaknya. Mereka datang dengan membawa harta tebusan yang layak, berharap Muhammad Saw akan mengembalikan Zaid ke pangkuan keluarga. Namun Muhammad memberikan pilihan langsung kepada Zaid: pulang bersama ayahnya atau tetap bersamanya.


Keputusan Zaid membuat semua yang hadir terkejut. Ia menolak pulang dan berkata, “Aku tidak akan memilih seorang pun selain engkau, wahai Muhammad. Engkau adalah ayah dan ibuku.” Kalimat itu lahir dari hati yang penuh rasa syukur, bukan karena keterpaksaan. 


Nabi Muhammad, yang terharu mendengar kesetiaan itu, lalu memerdekakan Zaid dan mengumumkan di depan Quraisy bahwa Zaid adalah anak angkatnya. Sejak itu, ia dikenal dengan nama Zaid bin Muhammad.


Peristiwa ini menjadi bukti awal kemuliaan akhlak Nabi Saw jauh sebelum beliau diangkat menjadi Rasul. Ia memandang kemanusiaan lebih tinggi dari status sosial, dan menghargai hubungan hati lebih daripada kepemilikan materi. 


Hubungan Zaid dan Muhammad tak hanya berlanjut sebagai anak dan ayah angkat, tetapi juga sebagai sahabat setia di medan dakwah dan medan perang. Kelak, sejarah mencatat bahwa Zaid adalah satu-satunya sahabat yang namanya diabadikan secara langsung dalam Al-Qur’an. [dutaislam.or.id/ab]

Iklan

close
Jasa Syair Arab