Iklan

Iklan

,

Iklan

Subhanallah Wabihamdih: Dzikir Ringan Pahala Tak Terbatas

Duta Islam #05
12 Agu 2025, 00:27 WIB Ter-Updated 2025-08-11T17:27:18Z
Download Ngaji Gus Baha

keutamaan dzikir subhanallah wa bihamdih
Ilustrasi dzikir ringan tapi berat pahalanya. Foto: iStock.

Dutaislam.or.id - Dzikir adalah makanan hati dan cahaya bagi ruh seorang mukmin. Di antara lafaz dzikir yang paling dianjurkan oleh Rasulullah Saw adalah “Subḥānallāh wa biḥamdih”. Kalimat ini sederhana, ringan di lisan, tetapi berat dalam timbangan amal. 


Arti kalimat ini adalah: “Maha Suci Allah dan dengan memuji-Nya”. Lafaz “Subḥānallāh” mengandung makna pensucian Allah dari segala kekurangan, sedangkan “wa biḥamdih” mengandung pengakuan bahwa seluruh pujian hanyalah milik-Nya.


Keutamaan dzikir ini ditegaskan dalam hadits sahih riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah Saw bersabda:


 مَنْ قَالَ حِيْنَ يُصْبِحُ وَحِيْنَ يُمْسِي : سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ ، مِئَةَ مَرَّةٍ ، لَمْ يَأْتِ أَحَدٌ يَوْمَ القِيَامَةِ بِأفْضَلَ مِمَّا جَاءَ بِهِ، إِلاَّ أحَدٌ قَالَ مِثْلَ مَا قَالَ أَوْ زَادَ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ


Terjemah:

"Barangsiapa yang mengucapkan ini ketika pagi dan petang hari: Subhanallah Wabihamdih (Mahasuci Allah dengan memuji-Nya), seratus kali, tidak ada seorang pun yang lebih baik daripada yang ia bawa pada hari kiamat, kecuali seseorang yang mengucapkan yang sama seperti yang ia ucapkan atau lebih dari itu". (HR. Muslim)


Dalam hadits lain, Rasulullah Saw juga bersabda: “Barangsiapa mengucapkan ‘Subḥānallāh wa biḥamdih’ seratus kali dalam sehari, akan dihapuskan kesalahannya walaupun sebanyak buih di lautan.”


Imam an-Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim menjelaskan bahwa penghapusan dosa ini berlaku untuk dosa-dosa kecil (shaghā’ir), sedangkan dosa besar tetap memerlukan taubat yang tulus.


Hadits lain riwayat Muslim menyebutkan bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Dua kalimat yang ringan di lisan, berat di timbangan, dan dicintai oleh Ar-Rahman: Subḥānallāh wa biḥamdih, Subḥānallāhil ‘Azhīm”. 


Imam Ibnu Hajar al-‘Asqalani dalam Fath al-Bari menjelaskan bahwa “berat di timbangan” berarti pahalanya sangat besar di akhirat kelak, karena kalimat ini mengandung pujian sekaligus pengagungan kepada Allah.


Para ulama menekankan bahwa dzikir ini tidak hanya bernilai pahala, tetapi juga menjadi penolak sifat sombong dan lalai. Imam Ibnul Qayyim dalam al-Wābil ash-Shayyib menyebutkan bahwa “Subḥānallāh wa biḥamdih” adalah salah satu dzikir yang paling menggabungkan antara tanzīh (pensucian) dan ḥamd (pujian), sehingga membentuk kesempurnaan ibadah hati: mengenal keagungan Allah dan mengakui nikmat-Nya.


Keutamaan lain adalah pahala yang bersifat kekal dan berlipat. Dalam hadits riwayat Muslim, Nabi Saw bersabda:


Barangsiapa mengucapkan ‘Subḥānallāh wa biḥamdih’ setiap kali ia duduk di majelis, seratus kali sebelum bangkit dari majelis itu, maka akan dihapuskan dosa-dosanya yang terjadi di majelis tersebut.”


Imam al-Qurthubi menjelaskan, ini termasuk adab majelis, agar waktu yang terbuang tidak menjadi sia-sia, dan setiap pertemuan ditutup dengan mengingat Allah.


Dzikir ini juga menjadi sebab ditanamkannya pohon di surga. Dalam hadits riwayat at-Tirmidzi dan Ibn Hibban, Nabi Saw bersabda:


Barangsiapa mengucapkan ‘Subḥānallāh wa biḥamdih’, akan ditanamkan untuknya sebuah pohon di surga.”


Manfaat lainnya adalah ketenangan hati. Allah berfirman: “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram” (QS. Ar-Ra’d: 28). Ibn Katsir menafsirkan bahwa dzikir seperti “Subḥānallāh wa biḥamdih” akan menenangkan hati dari kegelisahan, membersihkan jiwa dari penyakit batin, dan mendekatkan hamba kepada Rabb-nya. [dutaislam.or.id/ab]

Iklan

close
Jasa Syair Arab