Iklan

Iklan

,

Iklan

Kisah Nabi Yusuf Diselamatkan Kafilah Dagang Mesir

Duta Islam #05
11 Okt 2025, 21:46 WIB Ter-Updated 2025-10-11T14:46:46Z
Download Ngaji Gus Baha
kafilah dagang yang menyelamatkan nabi yusuf
Ilustrasi kafilah dagang. Foto: istimewa.


Dutaislam.or.id - Nabi Yusuf As adalah anak kesayangan Nabi Ya'qub, lahir dari istri yang paling dicintainya, Rahil. Sejak kecil, Yusuf telah menunjukkan tanda-tanda kenabian dan kelembutan luar biasa. Ayahnya melihat di wajahnya cahaya nubuwah, dan hatinya terpaut kasih yang mendalam.


Cinta itu bukan karena pilih kasih, melainkan karena nur dan akhlak yang tampak pada diri Yusuf. Namun saudara-saudaranya, yang berjumlah sepuluh, tidak memahami hal itu. Mereka merasa diabaikan, hingga timbul api iri dan cemburu dalam hati mereka.


Al-Qur’an menggambarkan kecemburuan itu dalam firman Allah:


إِذْ قَالُوا لَيُوسُفُ وَأَخُوهُ أَحَبُّ إِلَىٰ أَبِينَا مِنَّا وَنَحْنُ عُصْبَةٌ...


"Ingatlah ketika mereka berkata: 'Sesungguhnya Yusuf dan saudaranya lebih dicintai ayah kita daripada kita, padahal kita adalah satu golongan yang kuat...’" (QS. Yusuf: 8)


Menurut al-Ṭabari, kalimat "وَنَحْنُ عُصْبَةٌ” menunjukkan bahwa mereka merasa diri mereka lebih layak mendapat cinta ayah karena jumlah mereka banyak dan kuat, sementara Yusuf masih kecil. Maka mereka bersekongkol menyingkirkannya agar cinta ayah beralih kepada mereka. (Tafsir At-Thabari: 16/23)


Mereka kemudian berunding dan salah seorang berkata:


اقْتُلُوا يُوسُفَ أَوِ اطْرَحُوهُ أَرْضًا...


"Bunuhlah Yusuf atau buanglah dia ke suatu negeri yang jauh, supaya perhatian ayahmu tertumpah kepadamu". (QS. Yusuf [12]: 9)


Namun salah seorang di antara mereka —menurut sebagian mufassir adalah Rubail atau Ruben, putra tertua— berkata agar Yusuf jangan dibunuh, cukup dibuang ke sumur agar nanti diambil oleh kafilah. (Tafsir Ibnu Katsir: 4/377)


Mereka pun mendatangi ayah mereka dengan tipu daya. Mereka memohon agar Yusuf diizinkan ikut bermain bersama mereka besok hari.


أَرْسِلْهُ مَعَنَا غَدًا يَرْتَعْ وَيَلْعَبْ...


"Biarkanlah dia pergi bersama kami besok, agar dia dapat bersenang-senang dan bermain-main". (QS. Yusuf: 12)


Nabi Ya'qub sebenarnya merasakan firasat buruk. Ia berkata: "Aku khawatir kalau kalian lalai, lalu dimakan serigala". (QS. Yusuf: 13). Tapi karena bujukan mereka begitu manis, akhirnya sang ayah mengizinkan, dengan berat hati dan doa yang dalam.


Ketika hari itu tiba, mereka membawa Yusuf pergi jauh. Di perjalanan mereka menunjukkan wajah pura-pura ceria, tapi di hati mereka telah bulat untuk menyingkirkan adik mereka. Ibnu Katsir menulis: "Mereka menampakkan kasih, tapi menyembunyikan niat busuk".


Sampailah mereka di sebuah tempat sunyi, di dekat sebuah sumur tua yang dalam dan gelap. Di situlah mereka melaksanakan rencana mereka. Mereka menanggalkan baju Yusuf, lalu melemparkannya ke dalam sumur, sementara Yusuf menangis memanggil ayahnya.


Menurut Tafsir Al-Qurthubi, air sumur itu dalam, tetapi Yusuf tidak tenggelam karena Allah menjadikannya berdiri di atas batu besar di dasar sumur. Ini tanda penjagaan ilahiah sejak dini. (Al-Jami' li Ahkamil Qur’an: 9/173)


Setelah membuang Yusuf, mereka kembali kepada ayah mereka pada malam hari sambil menangis, membawa baju Yusuf yang dilumuri darah palsu.


وَجَاءُوا عَلَىٰ قَمِيصِهِ بِدَمٍ كَذِبٍ


"Mereka datang membawa baju Yusuf yang berlumuran darah palsu". (QS. Yusuf: 18)


Nabi Ya'qub melihat dan langsung mengetahui tipu daya mereka. Ia berkata dengan tenang namun sedih:


بَلْ سَوَّلَتْ لَكُمْ أَنْفُسُكُمْ أَمْرًا... فَصَبْرٌ جَمِيلٌ


"Sebenarnya, diri kalian sendirilah yang mendorong kalian melakukan perbuatan itu. Maka kesabaran yang indahlah (yang akan kupilih)". (QS. Yusuf: 18)


Sementara itu, Yusuf sendirian di dalam sumur yang gelap. Dalam kesunyian itu, Allah menurunkan wahyu ke dalam hatinya:


وَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِ لَتُنَبِّئَنَّهُمْ بِأَمْرِهِمْ هَٰذَا وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ


"Kami wahyukan kepadanya: 'Engkau kelak akan menceritakan kepada mereka tentang perbuatan mereka ini, sedang mereka tidak menyadari." (QS. Yusuf: 15)


Menurut Imam Ar-Razi, wahyu ini bukan dalam bentuk risalah kenabian penuh, tetapi berupa ilham keteguhan hati, agar Yusuf tidak takut dan tetap yakin bahwa Allah akan menyelamatkannya. (Mafatihul Ghaib: 18/146)


Tidak lama kemudian, datanglah kafilah dagang dari negeri Madian menuju Mesir. Mereka mencari air dan mengutus seorang pengambil air. Ketika menurunkan timba ke dalam sumur, ia terkejut melihat seorang anak yang tampan tersangkut di tali timba.


Al-Qur’an menggambarkan momen itu dengan indah:


وَجَاءَتْ سَيَّارَةٌ فَأَرْسَلُوا وَارِدَهُمْ فَأَدْلَىٰ دَلْوَهُ قَالَ يَا بُشْرَىٰ هَٰذَا غُلَامٌ


"Dan datanglah kafilah, lalu mereka mengutus pengambil air. Ia menurunkan timbanya, lalu berseru: 'Kabarku gembira! Ini ada seorang anak muda!". (QS. Yusuf: 19).


Ibnu Katsir meriwayatkan bahwa orang yang menimba itu bernama Malik Ibnu Dhu'r, dan ia sangat gembira melihat Yusuf karena menganggapnya akan menjadi barang berharga. Mereka lalu merahasiakan penemuan itu agar bisa menjualnya sebagai budak.


وَأَسَرُّوهُ بِضَاعَةً


"Mereka menyembunyikannya sebagai barang dagangan". (QS. Yusuf: 19)


Sebagian mufassir mengatakan bahwa saudara-saudara Yusuf melihat kafilah itu dan segera mendatangi mereka, berpura-pura bahwa Yusuf adalah budak mereka yang kabur. Mereka pun menjual Yusuf dengan harga murah — hanya beberapa dirham perak.


وَشَرَوْهُ بِثَمَنٍ بَخْسٍ دَرَاهِمَ مَعْدُودَةٍ


Al-Qurṭubi menafsirkan "بَخْسٍ” sebagai harga yang tidak sepadan, sangat rendah, karena mereka tidak tahu nilai Yusuf yang sebenarnya. Menurut riwayat, harganya tidak lebih dari dua puluh dirham. Tapi di sisi Allah, Yusuf jauh lebih mulia daripada dunia seluruhnya. (Tafsir Al-Qurthubi: 9/176)


Demikianlah, Allah menyelamatkan Yusuf dari kegelapan sumur dengan cara yang tidak terduga — melalui tangan para pedagang. Dari sumur kehinaan, ia melangkah menuju istana Mesir dan takdir besar kenabian. Sebagaimana kata Ibnu Asyur:


"Inilah awal perjalanan Yusuf dari penderitaan menuju kemuliaan; tanda bahwa siapa yang sabar dan bertawakal, Allah akan mengeluarkannya dari setiap sumur kehidupan". (At-Tahrir wat Tanwir: 12/36). [dutaislam.or.id/ab/ai]

Iklan

close
Jasa Syair Arab