Iklan

Iklan

,

Iklan

Surat Yusuf Turun Karena Untuk Menghibur Nabi Berdakwah di Makkah

Duta Islam #05
11 Okt 2025, 21:21 WIB Ter-Updated 2025-10-11T14:21:59Z
Download Ngaji Gus Baha
sebab nuzul surat yusuf untuk menghibur nabi muhammad
Jejak sumur gelap Nabi Yusuf. Foto: istimewa.


Dutaislam.or.id - Surat Yusuf termasuk surat Makkiyyah yang turun pada masa Nabi Muhammad Saw menghadapi tekanan berat dari kaum Quraisy. Pada masa itu, dakwah Islam di Makkah mengalami puncak penentangan, dan hati Nabi terasa sedih melihat umatnya berpaling dari kebenaran. Dalam konteks inilah kisah Nabi Yusuf diwahyukan oleh Allah sebagai pelipur hati dan penguat jiwa.


Sebagian riwayat menyebutkan bahwa turunnya surat Yusuf merupakan permintaan dari para sahabat Nabi Saw, yang ingin mendengar kisah yang penuh kelembutan dan keindahan setelah sekian lama ayat-ayat yang turun bersifat ancaman dan hujjah terhadap kaum kafir. Hal ini diriwayatkan oleh Ikrimah dan Sa'id bin Jubair, sebagaimana dikutip oleh Ats-Tsa'labi dalam Tafsir Al-Kasyfu wal Bayan.


Namun mayoritas ulama tafsir seperti Ibn Katsir, Al-Qurṭubi, Al-Razi, dan Al-Alusi menegaskan bahwa asbab nuzul surat Yusuf bukan karena permintaan sahabat semata, tetapi karena hikmah ilahiah untuk menghibur dan meneguhkan hati Rasulullah Saw, sebagaimana Allah firmankan secara eksplisit dalam ayat ke-3:


نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ أَحْسَنَ الْقَصَصِ بِمَا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ هَٰذَا الْقُرْآنَ وَإِنْ كُنْتَ مِنْ قَبْلِهِ لَمِنَ الْغَافِلِينَ


Kami ceritakan kepadamu kisah yang paling indah melalui wahyu Al-Qur’an ini; dan sesungguhnya sebelumnya engkau termasuk orang yang belum mengetahuinya”. (QS. Yusuf: 3)


Ayat ini menunjukkan bahwa kisah tersebut tidak datang atas permintaan manusia, melainkan inisiatif Allah sendiri untuk meneguhkan Nabi.


Ibnu Katsir berkata dalam tafsirnya: "Makna ayat ini adalah: wahai Muhammad, Kami menghiburmu dengan kisah Yusuf sebagaimana Kami hibur para nabi sebelumnya dengan kisah para pendahulunya". (Tafsir Ibnu Katsir, 4/366)


Menurut Al-Qurṭubi, kisah Yusuf disebut Ahsanal Qashas karena keindahan susunan ceritanya, kesatuan temanya dari awal hingga akhir, serta pelajaran sabar, ketulusan, dan akhirnya kemenangan orang beriman. Ia berkata:


"Surat ini turun ketika Nabi Saw merasa sedih atas gangguan kaumnya; maka Allah menurunkan kisah Yusuf untuk menghiburnya, sebab Yusuf juga diuji oleh saudara-saudaranya, lalu Allah memberinya kemenangan". (Tafsir Al-Qurthubi, 9/168)


Kisah Yusuf menggambarkan perjalanan dari kesempitan menuju kelapangan, dari kesedihan menuju kebahagiaan, dan dari pengkhianatan menuju kemuliaan. Hal ini sangat sesuai dengan kondisi Nabi Muhammad Saw ketika itu — sedang terasing, dihina, dan diusir dari kaumnya, namun akan dimuliakan pada akhirnya.


Imam Fakhrur Razi dalam Mafatihul Ghaib menjelaskan bahwa hikmah terbesar dari kisah Yusuf ialah tasliyah bagi Rasulullah Saw: "Sesungguhnya keadaan Nabi Muhammad Saw dengan kaumnya mirip dengan keadaan Yusuf dengan saudara-saudaranya. Maka Allah menurunkan kisah ini agar beliau bersabar dan yakin akan pertolongan Allah sebagaimana Yusuf bersabar". (Mafatihul Ghaib, 18/141)


Dari sini kita memahami bahwa kisah Nabi Yusuf bukan sekadar kisah sejarah, tetapi cermin spiritual bagi perjalanan kerasulan Nabi Muhammad Saw. Yusuf dibenci oleh saudara-saudaranya sebagaimana Nabi Muhammad dibenci oleh kaumnya, dan pada akhirnya Yusuf dimuliakan sebagaimana Nabi Muhammad akan dimuliakan.


Beberapa ulama' juga menyebutkan bahwa orang-orang Yahudi di Madinah-lah yang menguji Nabi Muhammad Saw melalui kaum musyrikin Quraisy. Mereka berkata: “Tanyakan kepada Muhammad tentang kisah Yusuf dan keluarganya, jika ia benar nabi, ia pasti tahu”. Maka turunlah surat ini secara lengkap menjawab tantangan itu. Pendapat ini disebut oleh Al-Wahidi dalam Asbabun Nuzul, meskipun sanadnya lemah.


Al-Alusi dalam Ruhul Ma'ani menengahi kedua pandangan itu. Ia berkata bahwa tidak menutup kemungkinan surat ini turun karena dua sebab sekaligus: (1) sebagai jawaban atas pertanyaan kaum musyrik yang dipengaruhi Yahudi, dan (2) sebagai tasliyah bagi Rasulullah Saw. Namun, menurutnya, “tujuan utamanya tetap hiburan dan peneguhan hati.”


Hal ini diperkuat oleh ayat terakhir surat Yusuf:


لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ... وَلَٰكِنْ تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ


Terjemah:

"Sungguh, dalam kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal... sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman". (QS. Yusuf: 111)


Ayat penutup ini menegaskan fungsi kisah dalam Al-Qur'an: bukan sekadar hiburan naratif, tetapi penguatan iman, pengajaran, dan peneguhan jiwa. Maka turunnya surat Yusuf termasuk bagian dari rahmat Allah kepada Rasul-Nya.


Menurut Imam Suyuythi dalam Al-Itqan fi Ulumil Qur’an, surat Yusuf memiliki keistimewaan karena ia satu-satunya kisah dalam Al-Qur’an yang disampaikan secara utuh dalam satu surat. Ini menunjukkan bahwa Allah memang ingin menjadikannya sebagai kisah penghibur sempurna bagi Rasulullah Saw.


Selain itu, redaksi dan runtutan ceritanya juga menunjukkan kelembutan ilahi. Tidak ada ayat ancaman dalam surat ini, berbeda dengan surat-surat Makkiyyah lainnya. Ia sarat dengan cinta, sabar, dan kemenangan setelah derita. Karena itu, ia disebut Ahsanul Qashash — kisah yang paling indah.


Al-Baghawi menulis: "Tatkala Nabi Muhammad Saw bersedih karena kaum Quraisy menentangnya, Allah menurunkan kisah Yusuf sebagai penghiburan, sebab Yusuf pun diuji oleh keluarga dekatnya sendiri". (Tafsir Al-Baghawi: 3/168)


Para ulama' juga menegaskan bahwa fungsi tasliyah (penghiburan) dalam Al-Qur’an bukan hanya bersifat emosional, tetapi spiritual dan dakwahiyah. Dengan membaca kisah Yusuf, Nabi Saw diajari bahwa dakwah harus dilandasi kesabaran, keikhlasan, dan kepercayaan penuh terhadap janji Allah.


Kisah Yusuf juga mengandung pesan bahwa penderitaan bukan tanda kebencian Allah, melainkan bagian dari proses pemuliaan. Nabi Saw melalui kisah ini belajar bahwa penderitaan di Makkah hanyalah "sumur gelap" sebelum cahaya kemenangan di Madinah.


Bahkan, sebagian mufassir sufi seperti Al-Qusyairi dan Ibn Ajibah menafsirkan kisah Yusuf sebagai perjalanan ruhani seorang hamba menuju Allah. Maka ketika surat ini diturunkan, itu bukan hanya hiburan bagi Rasul, tetapi juga tazkiyah (penyucian batin) agar beliau tetap lembut, sabar, dan tidak putus asa.


Meskipun ada riwayat bahwa sebagian sahabat meminta Nabi Saw untuk menceritakan kisah yang lembut, tujuan pokok turunnya surat Yusuf tetaplah tasliyah ilahiyyah — hiburan dan penguatan bagi Rasulullah Saw agar sabar menghadapi gangguan kaumnya.


Sebagaimana ditulis oleh Ibn Asyur dalam At-Tahrir wat Tanwir: "Surat ini turun pada masa duka Nabi setelah wafatnya Abu Ṭalib dan Khadijah, untuk menenangkan hatinya dan menegaskan bahwa sebagaimana Yusuf akhirnya menang, demikian pula engkau wahai Muhammad akan dimuliakan". 


Maka benar adanya, surat Yusuf adalah surat cinta dari Allah untuk Rasul-Nya, bukan karena pertanyaan sahabat, tetapi sebagai tasliyah dan janji kemenangan. [dutaislam.or.id/ab/ai]

Iklan

close
Jasa Syair Arab