Dutaislam.or.id - Andai Tuhan berkehendak, niscaya Tuhan akan menjadikan umat manusia bersatu. Andai Tuhan berkehendak, Tuhan bisa menjadikan semua umat manusia sama agamanya, Nashrani semua, Islam semua, Sedulur Sikep semua.
Hal itu disampaikan Sekretaris Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah Dr KH Mohamad Arja Imroni saat memberikan ceramah dalam acara “Panggung Rakyat, Ngaji Kebangsaan & Deklarasi Desa Inklusif” yang diselenggarakan Pemerintah Desa Karangrowo bekerjasama dengan Lembaga Studi Sosial dan Agama (eLSA) di Halaman Balai Desa Karangrowo Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus, Sabtu (20/08) malam.
Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang itu menjelaskan bahwa keberagaman agama bagian dari kehendak Tuhan yang harus dikelola dengan baik supaya tidak terjadi konflik.
“Sejarah umat manusia sudah membuktikan bahwa keberadan agama bisa menjadi sumber perdamaian, juga bisa menjadi sumber pertengkaran. Terkadang antar pemeluk agama tertentu bermusuhan dengan pemeluk agama lainnya, bahkan penganut agama yang sama hanya karena beda pemahaman juga terkadang bermusuhan, hingga menjadi peperangan. Dulu ada perang Salib, di Timur Tengah juga banyak konflik yang disebabkan perbedaan agama. Karena itu jika kita tidak ingin berada dalam situasi perang, maka kita harus menjaga perdamaian dengan menghargai perbedaan yang ada,” paparnya.
Dalam ceramahnya di hapan ribuan pengunjung dari lintas agama itu, Kiai Arja menghimbau supaya masyarakat Kudus dan Indonesia pada umumnya untuk mengedepankan toleransi dalam menghadapi keragaman.
“Orang-orang Islam harus menghormati orang Nashrani, Sedulur Sikep. Begitu juga sebaliknya. Sesungguhnya semua agama mengajarkan kebaikan, agama apapun melarang mabuk-mabukan, judi, dan tindakan jahat. Jadi semua pemeluk agama harus mengedepankan toleransi, saling menghormati dan menghargai,” jelasnya.
Masyarakat Sejahtera
Kiai Arja menambahkan, bahwa toleransi di Kabupaten Kudus perlu dijadikan percontohan bagi wilayah-wilayah lain, terutama wilayah yang kerap menjadikan peredaan agama sebagai sebab konflik.
“Di Kudus sejak dahulu sangat menjunjung tinggi toleransi. Warisan toleransi yang diajarkan Sunan Kudus hinga sekarang masih kita rasakan. Sunan Kudus tidak menyembelih sapi demi menghormati pemeluk agama Hindu yang mengkultuskan sapi. Sunan Kudus bukan berarti mengharamkan sapi. Secara teologis Sunan Kudus menganggap sapi halal, tapi demi menghormati orang-orang Hindu Sunan Kudus tidak memperbolehkan menyembelih sapi. Inilah toleransi,” katanya.
Jika masyarakat dapat menghargai keberagaman, menjaga kerukunan, menjunjung tinggi perdamaian, maka masyarakat akan sejahtera. “Jadi, kalau masyarakatnya sudah menghormati perbedaan, saling tolong menolong, maka dalam waktu yang cepat masyarakat ini akan sejahtera, akan makmur,” terangnya. [dutaislam.or.id/ab/ubed]