Dutaislam.or.id – Pada tahun 2012, Ustadz Idrus Romli
pernah diundang oleh pengurus NU Balikpapan, Kalimantan, untuk mengisi acara
seminar atau dialog dengan wahabi di Masjid At Taqwa. Ia baru tahu kalau
undangan yang dihadiri 1000 orang lebih itu akan menghadirkan 7 ustadz wahabi
Balikpapan.
Ia kaget bukan karena tidak ada persiapan, tapi informasi
mendadak yang disampaikan panitia ketika dijemput dari bandara itu membuatnya
harus memetakan meteri dialog lebih detail. Walaupun Ustadz Idrus menyanggupi
tantangan dialog dengan wahabi, namun akhirnya, acara diselenggarakan tanpa
dialog.
Pasalnya, saat acara dimulai, tak satu orang pun dari ustadz-ustadz wahabi yang muncul di depan umum. Satu orang ustadz wahabi ketahuan menyelinap di tengah kerumuman ribuan hadirin. Oleh panitia, sang ustadz tersebut ditarik paksa naik ke panggung karena dia memang diundang sebagai pemateri, bukan peserta umum.
“Dia hanya bertahan di samping saya selama 20 menit lalu pamit,” kata Idrus Romli pada sesi materi “Dalil-Dalil Amaliyah Aswaja” dalam agenda Tawajuhan Aswaja di Ponpes Afaada Sunan Pandanaran, Boyolali, Jateng, Sabtu (1/10/2016) sore.
Kisah dialog yang gagal karena wahabi kabur itu, akhirnya berlanjut di Yahoo Massager (ketika itu belum booming WA). Dalam YM, ada orang yang tiba-tiba mengirim pesan agar Ustadz Idrus Romli segera bertobat.
“Tobat dari apa? Saya setiap hari sudah bertobat kok. Tapi terimakasih diingatkan, tapi ini siapa kok mengingatkan saya?” Tanya Idrus.
“Saya dari Yayasan Ibnul Qayyim yang diundang tapi tidak bisa hadir tadi, tadz,”
Idrus Romli diperintah taubat karena dianggap menyesatkan ribuan orang awam yang datang ke Masjid At Taqwa Balikpapan kala itu hingga rela menutup tokonya demi mengikuti pengajian.
Ketika menerangkan soal pembagian bid’ah jadi dua (hasanah
dan sayyi’ah), dalil yang digunakan oleh Idrus Romli, kata ustadz wahabi itu,
tidak pas jika mengambil hadits tentang sejarah kodivikasi Al-Quran.
Dalam hadits tersebut, antara Umar dan Abu Bakar dikisahkan sedang berdebat sengit; apakah penghimpunan Al-Quran yang terserak di tangan para sahabat Nabi yang tidak pernah dilakukan Rasululllah itu bid’ah yang baik atau buruk?.
Dialog semakin sengit dan Abu Bakar tidak setuju atas usul Umar untuk menghimpun ayat-ayat Al-Qur’an. Akhirnya, Abu Bakar menyetujuinya setelah diaolog panjang itu mencapai titik klimaks. Bahkan beliau menyebut menyebut hal itu sebagai bid’ah hasanah.
Menurut ustadz wahabi itu, cerita dalam hadits tersebut tidak bisa dijadikan hujjah bid’ah hasanah karena pembukuan Al-Qur’an sudah dilakukan sedikit-sedikit dan ayat-ayat demi ayat oleh Zaid bin Tsabit, sekretaris pribadi Rasulullah sejak dulu. Ini yang tidak bisa disebut bid’ah hasanah. Bahkan sang ustadz mengatakan kepada Idrus Romli kalau hal itu adalah sunnah Rasulullah, bukan bid’ah.
“Anda ini hanya lihat video saja, tidak melihat dalil nya,” sanggah Idrus.
Akhirnya, dialog dilanjutkan dengan mengirim scan kitab hadits tersebut yang dalam teksnya jelas bahwa Umar menyebut langkah yang diambil untuk menghimpun Al-Quran itu sebagai bid’ah yang baik.
“Jadi, itu bukan sunnah Rasul, tapi bid’ah hasanah yang dilakukan sahabat. Kalau Anda menyebut itu sunnah Rasul, sementara Umar menyebut itu bid’ah, Anda itu siapa? Perkataan Anda tidak ada perintah dari Rasul untuk saya ikuti. Saya mengikuti perkataan sahabat yang menyebut hal itu sebagai bid’ah hasanah,”
“Terimakasih ustadz,” jawab ustadz wahabi itu beberapa kali.
“Makanya, Anda itu yang harus tobat karena tidak mengikuti
sunnah Rasulullah agar mengikuti sunnah Nabi dan para Khulafaur Rasyidin, bukan
sebaliknya,” ujar Idrus Romli membalik perintah tobat. [dutaislam.or.id/ab]