Kata adhdhu dalam tafsir al-quran adalah gigit jari. Foto: istimewa |
Dutaislam.or.id - Kata 'adhdhu adalah verba lampau jamak. Yang berasal dari 'adhdha, ya 'adhdhu secara literal mengandung pengertian menahan sesuatu dengan gigi atau menggigit, baik secara hakiki maupun kiasan.
Sesuatu yang digigit dan dimakan disebut al-'adhadh. Sesuatu yang terlepas dari yang mestinya diraih, karena kelalaian, disebut al'idhdh, karena itu pula maka al-'idhdh, juga berarti 'bencana'. Kata 'adhdhu juga berarti 'berpegang teguh'.
Pengertian yang disebutkan terakhir ini ditemukan di dalam salah satu hadits Nabi yang memerintahkan umatnya agar mereka berpegang teguh kepada sunah beliau. Kata'adhdhu juga digunakan untuk menunjuk kepada teman yang sangat akrab, bahkan juga untuk menunjuk kepada orang yang sangat kikir.
Baca: Asal Mula Kacang Adas dalam Tafsir Al-Qur'an
Di dalam Al-Qur'an, kata 'adhdhu (عَضُّوا) disebut dua kali, yaitu di dalam QS. Ali 'Imran: 119 dan QS. Al-Furqan: 27.
وَإِذَا خَلَوْا عَضُّوا عَلَيْكُمُ الْأَنَامِلَ مِنَ الْغَيْظِ
Artinya:
"...Dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari antaran marah bercampur benci terhadap kamu". (QS. Ali Imron: 119)
وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَىٰ يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلًا
Artinya:
"Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: "Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul". (QS. Al-Furqon: 27)
Penggunaan kata 'adhdha di dalam Al-Qur'an, semuanya menunjuk kepada pengertian 'menggigit' dengan arti kiasan.
Di dalam QS. Ali 'Imran: 119 diterangkan sikap dan perilaku orang-orang munafik terhadap kaum Muslim. Mereka sangat pandai berpura-pura sebagai Muslim, ketika mereka berada di tengah-tengah umat Islam, dengan tujuan menghancurkan Islam dari dalam.
Akan tetapi, ketika mereka kembali ke tengah-tengah kelompoknya, watak aslinya muncul bahkan, mereka sangat marah dan dendam karena tidak mampu melaksanakan tugasnya dengan baik, yaitu menipu dan memperdayai umat Islam. Mereka seolah-olah menggigit bibir karena menahan kemarahannya.
Adapun kata ya'adhdhu di dalam QS. Al-Furqan: 27 berbicara tentang penyesalan orang-orang zalim di kemudian hari karena mereka tidak mengikuti petunjuk dan ajaran rasul. Kata menggigit kedua tangan di dalam ayat tersebut menunjukkan penyesalan yang sangat besar dari mereka.
Ungkapan penyesalan karena tidak mengikuti petunjuk yang dibawa oleh rasul, sekaligus diikuti dengan penyesalan karena mereka menjadikan setan sebagai teman akrabnya yang menyeretnya kepada kesesatan dan kebinasaan yang abadi. Ungkapan tersebut menunjukkan penyesalan orang-orang zalim atas perbuatannya yang telah lalu.
Perbuatan menggigit jari atau bibir menunjukkan kebiasaan manusia apabila sedang menahan marah atau menyesali suatu perbuatannya, menggigit tangannya karena mereka ingin meraih sesuatu yang telah lewat, suatu impian yang tidak mungkin bisa terjadi.
Hal ini juga dipahami dari lanjutan ayat ini yang menyatakan penyesalan mereka dengan mengatakan, " Kecelakaan besarlah bagiku, seyogyanya aku dulu tidak menjadikan si fulan sebagai teman akrab". [dutaislam.or.id/ka]
Sumber:
Ensiklopedia Al-Qur'an, Kajian Kosakata, Jilid: I, hlm: 4-5, ditulis oleh M. Galib Matola.