![]() |
Suasana santai saat editing naskah Risalatul Fiqih KH. Ahsan Sholeh di Ponpes Al-Ishlah Al-Ishom, Gleget, Mayong, Jepara, Ahad (19/06/2022) malam. Foto: dutaislam.or.id. |
Dutaislam.or.id - Ketik ulang Kitab Pegon Risalatul Fiqih KH. Ahsan Sholeh Mayong sudah mencapai tahap pertama proses editing. Untuk menyukseskan giat tersebut, PC. Rijalul Ansor GP. Ansor Kab. Jepara menggelar agenda editing naskah bersama alumni Ponpes Al-Ishlah Al-Ishom, Gleget, Mayong, Jepara.
Agenda yang digelar pada Ahad malam (19/06/2022) di pesantren KH. Ahsan Sholeh itu dihadiri oleh puluhan peserta. "Lima jam baru mencapai bab thaharoh, mulai pukul 21.30 hingga 02.30," ungkap M. Abdullah Badri, Ketua Rijalul Ansor Kab. Jepara, Senin (20/06/2022) pagi.
Baca: Kiai Makmun Jepara: Tidak Ada Bekas Guru
Menurutnya, untuk mencapai hingga bab terakhir Kitab Risalatul Fiqih (Luqothoh), proses editing masih membutuhkan setidaknya dua kali lagi pertemuan, bahkan lebih. "Kitabnya begitu detail, faktual dan memang dibutuhkan oleh kader-kader Ansor dan NU se-Jepara," tambah Abdullah.
Hasil ketik ulang Kitab Risalatul Fiqih karya ulama' Jepara tersebut nantinya akan dibagikan gratis sebagai salah satu rujukan ngaji rutin seluruh kader Ansor ranting se Jepara. Baginya, program PC Rijalul Ansor Jepara Bidang Turot ini adalah sebagai bentuk pelestarian khazanah ulama' sekaligus menjaga warisan aksara pegon yang sudah mulai tidak dikenal.
Harus Berguru
Kiai Muhammad Tajuddin Ahsan, putra Kiai Ahsan Sholeh berpesan kepada anggota Rijalul Ansor yang hadir agar setelah cetak, kitab Risalah Fiqih tidak dikomersilkan, sebagaimana wasiat yang juga diterima oleh para santri senior yang malam itu ikut men-tashih (membetulkan) ejaan maupun pemahaman kitab.
"Tanpa berguru langsung kepada murid yang pernah belajar kitab kepada Bapak, kitab ini tidak akan bisa dipahami," jelas Kak Muh, panggilan akrab Kiai Muhammad Tajuddin Ahsan, yang diamini oleh para alumni.
Baca: Makam Mbah Breo, Waliyullah di Rengging, Jepara
Ia menjelaskan, untuk membaca aksara pegon bertulis ba-lam-ya'-kaf (بۤليك), tanpa musyafahah (tatap muka), pasti akan dibaca keliru sebagai belik (sumber air). Padahal maksudnya adalah blek (kaleng minyak tanah yang berukuran 20 liter).
Diketahui, giat editing Kitab Risalatul Fiqih tersebut merupakan hasil tindak lanjut sowannya sahabat-sahabat Rijalul Ansor Jepara pada 24 Maret 2022 ke Ibu Nyai Hajar, istri KH. Ahsan Sholeh Gleget. [dutaislam.or.id/ab]