Iklan

Iklan

,

Iklan

Adab Nabi Musa ke Nabi Khidzir dalam Tafsir Al-Kahfi Ayat 60-82

3 Des 2023, 20:19 WIB Ter-Updated 2024-08-18T01:32:26Z
Download Ngaji Gus Baha
tafsir tentang adab menuntut ilmu dalam surat al kahfi
Ilustrasi tentang Adab Menuntut Ilmu dalam Tafsir Al-Kahfi: 60-82. Foto: istimewa.


Oleh Nuzila Addina Fahma


Dutaislam.or.id - Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang berisi pedoman hidup yang didalamnya terdapat kisah-kisah yang menjadi rujukan untuk menyelesaikan permasalahan umat. Kisah-kisah yang dimaksud tersebut biasa disebut juga dengan istilah Qashash Al-Qur'an. 


Hampir dua pertiga isi al-Qur’an berisi tentang kisah-kisah dan sisanya berisi tentang hukum syariat, ibadah, dan lain-lain. Kisah dalam Al-Qur'an adalah kisah yang baik dan bisa meningkatkan keimanan serta ketakwaan umat Islam. 


Cara yang digunakan dalam menyampaikan pesan dan kandungan yang ada di dalam al-Qur’an adalah dengan menyampaikannya lewat kisah-kisah. Metode ini juga sering dipakai dalam dunia pendidikan. Pendidikan karakter bisa dilakukan dengan metode menyampaikan kisah. Karena dengan metode tersebut, seorang pelajar dapat menangkap pesan tanpa adanya perintah yang serius. Tujuan dari kisah atau qashash Al-Qur'an ini ialah untuk menanamkan makna atau pesan sehingga bisa menghasilkan perilaku yang baik. 


Dalam dunia pendidikan saat ini, banyak kasus murid yang kurang ajar pada gurunya. Ada yang menjatuhkan gurunya dan ada pula yang tidak menghargai gurunya. Bentuk ketidakmenghargai terhadap guru bisa melalui ucapan maupun tindakan secara fisik. Definisi setiap orang terhadap penghormatan kepada  guru pun berbeda. Sekarang ini banyak kritik-kritik mengenai pendidikan dan juga mengenai akhlak murid terhadap gurunya.


Untuk konteks yang sedang kita bahas ini adalah mengenai adab murid terhadap guru sesuai dengan al-Qur’an surat Al-Kahfi ayat 60-82. Dalam ayat tersebut mengisahkan kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir. Kisah tersebut sesuai dengan adab murid terhadap gurunya, sehingga bisa kita ambil pembelajaran di dalamnya. Baca: Flahsidk Kitab Makna Pesantren 32 GB


Sebelum Nabi Musa berguru kepada Nabi Khidir diketahui bahwa Nabi Musa mempersiapkan beberapa hal, yakni pembawaan bekal yang cukup untuk menemui Nabi Khidir, mempersiapkan kondisik fisik yang baik, dan mempersiapkan mental serta emosial. Terlihat pula di saat Nabi Musa meminta ijin untuk menjadi murid dari Nabi Khidir, beliau menggunakan kata "bolehkah?". Ini menunjukkan santunnya adab Nabi Musa.


Diceritakan pula bahwa Nabi Khidir menolak Nabi Musa sebagai muridnya, namun Nabi Musa tidak putus asa dan tetap sabar hingga Nabi Khidir menerimanya sebagai murid dan belajar kepadanya. Kesiapan mental juga diunjukkan oleh Nabi Musa mulai dari sebelum beliau berguru maupun saat berguru. Nabi Musa menerima peraturan yang diberikan Nabi Khidir kepadanya.


Dalam kisah yang ada di dalam surat al-Kahfi memperlihatkan beberapa hal yang dilakukan Nabi Khidir menyimpang dari syariat. Hal itu ialah ketika Nabi Khidir merusak perahu milik orang miskin, membunuh pemuda (anak kecil), dan menegakkan dinding rumah anak yatim yang roboh tanpa meminta imbalan. Nabi Musa heran melihat apa yang telah dilakukan Nabi Khidir, dan selalu menegur akan hal itu. Ternyata Nabi Khidir memberikan pelajaran dengan melakukan hal-hal yang kelihatannya bertentangan dalam masyarakat. 


Maksud atau pesan yang ingin disampaikan Nabi Khidir dalm surat al-Kahfi ayat 60-82 ialah bahwa dalam menilai sesuatu harus melihat dengan seksama, tidak terburu-buru menyimpulkan sesuatu. Serta tidak mudah berpikir negatif. Banyak hikmah yang terjadi dalam peristiwa-peristiwa yang di alami Nabi Musa saat itu. Semuanya itu memiliki makna yang bisa diambil pelajaran bagi Nabi Musa.


Terbukti pada ayat setelahnya dijelaskan bahwa perahu yang dirusak oleh Nabi Khidir itu dikarenakan perahu tersebut adalah perahu milik Bani Israil yang bisa saja dirampas oleh raja/musuh yang ada di depannya. Nabi Khidir bermaksud agar Nabi Musa bisa lebih teliti dan memperhatikan perahu milik kaumnya. Hal tersebut agar Nabi Musa bisa menjaga eksistensi kaumnya.


Peristiwa lain adalah Nabi Khidir membunuh pemuda. Hal tersebut dikarenakan pemuda tersebut bisa menjerumuskan kedua orang tuaya ke dalam kesesatan. Dalam kisah lain juga dijelaskan bahwa pemuda tersebut merupakan simbol ancaman bagi Bani Israil. Dan Nabi Musa harus waspada terhadap pengkhianatan yang bisa saja terjadi. Nabi Khidir mengajarkan pada Nabi Musa bahwa harus bisa mendeteksi benih-benih yang merusak kaumnya.


Terdapat pula peristiwa Nabi Khidir membangun rumah anak yatim tanpa diberi imbalan. Dan kedatangan Nabi Musa dan Nabi Khidir di desa itu tidak disambut dengan baik. Hal tersebut dilakukan  karena di bawah rumah itu tersimpan harta agar bisa dimanfaatkan oleh kedua anak yatim di kemudian hari. Ada pula yang mengatakan bahwa Nabi Khidir mengajarkan pada Nabi Musa bahwa sebagai pemimpin harus rendah hati dan mampu untuk mempertahankan kaumnya dari keruntuhan. 


Dari kisah tersebut sebagai murid, Nabi Musa menunjukkan sikap semangat belajar. Kesabaran juga terdapat dalam cerita tersebut, jika saja Nabi Musa bisa lebih sabar akan ada lebih banyak peristiwa yang memiliki hikmah di dalamnya. Nabi Musa juga menepati janjinya, hal ini tercantum dalam ayat ke 76. 


قَالَ إِن سَأَلْتُكَ عَن شَىْءٍۭ بَعْدَهَا فَلَا تُصَٰحِبْنِى ۖ قَدْ بَلَغْتَ مِن لَّدُنِّى عُذْرًا


Terjemah: 

"Musa berkata: "Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali) ini, maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur padaku". (QS. Al-Kahfi: 76)


Nabi Musa juga siap untuk menerima hukuman atas sikapnya.  Itu menunjukkan kepatuhannya terhadap guru. Dan yang terakhir ialah Nabi Khidir mau memaafkan kesalahan yang dilakukan Nabi Musa.

 

Evaluasi diri sebagai murid tercemin dari kisah Nabi Musa saat berguru pada Nabi Khidir. Hal ini memang penting untuk dilakukan. Sebagai murid jika ingin maju harus sering melakukan evaluasi diri. Tidak hanya itu, menerima kesalahan juga bentuk menghargai guru dan melatih  diri agar mencari ilmu dengan ikhlas. 


Mengapa adab diperlukan dan menjadi hal yang sangat penting dari dunia pendidikan? Hal itu dikarenakan jika orang semakin tinggi ilmunya, maka akan tercermin dari adabnya. Sesuai dengan ungkapan "Padi semakin berisi, semakin merunduk". Dalam pembelajaran pun akan bisa berjalan dengan baik dan sukses jika seorang murid taat dan patuh terhadap gurunya. [dutaislam.or.id/ab]


Nuzila Addina Fahma, mahaiswa UIN Sunan Ampel Surabaya asal Jombang


Iklan

close
Iklan Flashdisk Gus Baha