Iklan

Iklan

,

Iklan

Biografi Singkat KH. Sirojuddin Abbas, Ketua PERTI

Duta Islam #05
21 Agu 2024, 18:17 WIB Ter-Updated 2024-08-21T11:17:38Z
Download Ngaji Gus Baha
foto kh sirojuddin abbas - penulis yang ulama
KH Sirojuddin Abbas Minangkabau, mantan Ketua PERTI. Foto: dutaislam.or.id.


Dutaislam.or.id - Beberapa orang menuduh KH Sirojuddin Abbas sebagai pembohong atau penyebar fitnah, terutama oleh kelompok salafi-wahabi. Namun, tidak banyak yang benar-benar mengetahui siapa sebenarnya KH Sirojuddin Abbas, latar belakangnya, dan perjalanan dakwahnya. Berikut sekilas biografi beliau dari Buku Ensiklopedi Ulama Nusantara yang disusun M. Bibit Suprapto.


Di kalangan ulama Indonesia, nama KH Sirojuddin Abbas sangat dikenal. Beliau adalah seorang penulis yang produktif, meskipun karyanya tidak mencapai puluhan buku. Sebagai seorang penulis, KH Sirojuddin Abbas lebih dikenal melalui karya-karya ilmiah keislamannya dibandingkan dengan interaksi langsung dengan orang-orang. Pemikiran-pemikiran keagamaannya, baik dalam hal akidah maupun syariah, diikuti oleh banyak orang. Kitab-kitab karya beliau tidak hanya dibaca oleh masyarakat Minangkabau, tempat beliau dilahirkan, atau oleh anggota Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti) yang pernah dipimpinnya, tetapi juga tersebar luas di kalangan umat Islam di Indonesia. 


KH Sirojuddin Abbas dianggap sebagai pembela mazhab Syafi’i di Indonesia yang argumentatif dan mendalam, terutama di kalangan Muslim tradisional. Bahkan, warga Nahdlatul Ulama (NU) mengakui keilmuan beliau, terbukti dari banyaknya warga NU yang membaca karya-karya KH Sirojuddin Abbas, khususnya kalangan pelajar dan mahasiswa. Diantara karyanya ialah:


  1. I`tiqad Ahlussunnah wal jamaah. Sebuah buku yang berisi tentang faham Ahlussunnah dan beberapa firqah-firqah lainnya.
  2. 40 Masalah Agama. Terdiri dari empat jilid menjelaskan 40 macam masalah agama yang sedang berkembang dewasa itu. Dalam buku ini beliau juga menerangkan tentang gerakan modernisasi agama oleh orang-orang yang ingin memperbarui Islam dengan paham mereka. Beberapa tokoh yang dimasukkan kedalam golongan ini antara lain Ibnu Taymiyah, Muhammad Abduh, Muhammad bin Abdul Wahab (pendiri wahaby), Mirza Ghulam Ahmad, Mustafa kemal At Taruk dan juga presiden RI pertama Soekarno.
  3. Kumpulan Soal-Jawab Keaagamaan. Buku berisi jawaban-jawaban dari beberapa pertanyaan seputar agama.
  4. Thabaqatusy Syafi`iyah (ulama Syafi'i dan kitabnya dari abad ke abad)
  5. Kitab Fiqh Ringkas
  6. Sorotan Atas Terjemahan Al-Quran oleh HB. Jassin
  7. Sirajur Munir (Fiqh 2 jilid)
  8. Bidayatul Balaghah (Bayan)
  9. Khulasah Tarikh Islam
  10. Ilmul Insya` (1 jilid)
  11. Sirajul Bayan fi Fahrasatil Ayatil Qur'an
  12. Ilmun Nafs (1 jilid)


Buku nomor 7-12 adalah karangannya Berbahasa Arab.


Selain sebagai penulis, KH Sirojuddin Abbas juga dikenal sebagai pembela gigih mazhab Ahlussunnah wal Jamaah, khususnya mazhab Syafi’i. Pembelaannya yang kuat dan argumentatif membuatnya dikenal sebagai ulama yang konservatif dan kadang dianggap apriori terhadap paham-paham baru, terutama oleh kalangan modernis.


KH Sirojuddin Abbas lahir di Kampung Bengkawas, Kabupaten Agam, Bukittinggi, Sumatra Barat, pada 20 Mei 1905. Beliau merupakan anak sulung dari Syaikh Abbas bin Abdi Wahab, seorang qadhi, dan Ramalat binti Jai Bengkawas. Dari kecil, beliau tumbuh dalam lingkungan agama yang kuat. Awalnya, KH Sirojuddin belajar Al-Qur'an dari ibunya hingga usia 13 tahun, kemudian melanjutkan belajar kitab-kitab Arab dari ayahnya selama tiga tahun.


Setelahnya, beliau belajar kepada sejumlah ulama terkemuka di Bukittinggi dan sekitarnya, seperti Syaikh Husen Pekan Senayan, Tuanku Imran Limbukan, Syaikh H.Qasem Simabur, dan Syaikh Muhammad Zein. Pada tahun 1927, KH Sirojuddin Abbas melanjutkan pendidikannya ke Tanah Suci Mekkah, di mana beliau berguru kepada ulama-ulama besar di Masjidil Haram hingga tahun 1933. Salah satu guru beliau di sana adalah Syaikh Muhammad Said Yamani, mufti Mazhab Syafi’i.


Sekembalinya dari Mekkah pada tahun 1933, KH Sirojuddin Abbas melanjutkan dakwahnya di Indonesia, di mana beliau menjadi tokoh sentral dalam Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti). Pada tahun 1936, beliau terpilih sebagai Ketua Umum Perti, dan di bawah kepemimpinannya, organisasi tersebut berkembang pesat dan mulai merambah ke bidang politik.


Pada masa kemerdekaan Indonesia, KH. Sirojuddin Abbas memainkan peran penting dalam mendukung perjuangan bangsa. Beliau juga terlibat aktif dalam politik, bahkan mendirikan Partai Islam Tarbiyah Islamiyah (PI Perti) pada tahun 1945. Beliau kemudian dikenal sebagai salah satu ulama dan politisi berpengaruh, dengan berbagai posisi penting di DPRD, DPR RIS, DPRS, dan DPR GR.


Selain aktif dalam politik, KH. Sirojuddin Abbas juga dikenal sebagai pendukung kuat perjuangan rakyat Palestina. Pada tahun 1951, beliau mengangkat isu pengusiran rakyat Palestina oleh Zionis Yahudi ke permukaan, mendorong simpati luas dari umat Islam di Indonesia.


KH. Sirojuddin Abbas juga dikenal sebagai ulama yang gigih mempertahankan kedaulatan Indonesia di forum internasional. Salah satu kontribusi pentingnya adalah ketika beliau berhasil meyakinkan buruh Terusan Suez di Mesir untuk melarang kapal induk Belanda, Karel Doorman, melewati terusan tersebut, yang bertujuan untuk mempertahankan Irian Barat.


Meski begitu, perjalanan hidup KH. Sirojuddin Abbas tidak lepas dari fitnah dan cobaan. Pada tahun 1965, namanya dicatut sebagai anggota Dewan Revolusi yang memotori kudeta G30S, meskipun pada saat itu beliau sedang berada di Uni Soviet untuk berobat. Selain itu, muncul juga "Dokumen Cianjur" yang menyebutkan bahwa Perti harus membantu PKI jika terjadi bentrokan dengan ABRI, yang kemudian terbukti palsu.


KH Sirojuddin Abbas wafat pada 5 Agustus 1980 setelah beberapa hari dirawat di RS Cipto Mangunkusumo karena serangan jantung. Beliau meninggalkan warisan yang besar, baik sebagai ulama, penulis, maupun politisi, yang dikenang hingga kini. [dutaislam.or.id/ab]

Iklan