KH. Maftuh Bastul Birri, Lirboyo. Foto: lirboyo.net. |
Dutaislam.or.id - Pada hari Rabu, 4 Desember 2019, Keluarga Besar Pondok Pesantren Lirboyo kehilangan salah satu ulama panutannya, KH. Maftuh Basthul Birri, seorang ulama kharismatik yang merupakan pengasuh Pondok Pesantren Murotilil Qur'an Lirboyo, Kota Kediri. Beliau telah berpulang ke hadirat Allah Swt.
Masa Kecil dan Pendidikan Awal
KH. Maftuh Basthul Birri lahir pada tahun 1948 di Desa Karangwuluh, Kecamatan Kutoarjo, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Tanggal dan bulan kelahirannya tidak diketahui secara pasti. Daerah Purworejo, tempat kelahiran KH. Maftuh, merupakan daerah dengan kondisi ekonomi yang kurang menguntungkan. Sebagian besar penduduknya mengandalkan hidup dari bertani padi di sawah, sementara hanya sedikit yang bekerja di bidang lain. Karena kondisi ini, banyak penduduk yang merantau ke Sumatra dan Jakarta.
Pada rentang tahun 1961-1966, KH. Maftuh Basthul Birri menempuh pendidikan di Pesantren Krapyak, Yogyakarta, di bawah bimbingan Kiai Nawawi. Selama tujuh tahun, beliau belajar dari Kiai Nawawi, dimulai dari Kutoarjo hingga Pesantren Krapyak. Dari guru inilah, KH. Maftuh memulai pendidikan agamanya dan memperoleh ilmu seperti hafalan Al-Qur’an, ilmu-ilmu agama, khat (tulis Arab indah), serta mengaji Qiro-at Sab’ hingga khatam.
Melanjutkan Pengembaraan Ilmu
Pada tahun 1966-1971, KH. Maftuh Basthul Birri melanjutkan pendidikannya di Pesantren Lirboyo, Kediri. Selama lima tahun di sana, beliau menyelesaikan pendidikan tingkat ibtidaiyah dan tsanawiyah di Madrasah Hidayatul Mubtadiien (MHM) Lirboyo, yang saat itu belum memiliki tingkat Aliyah dan Ma'had Aly. Kemudian, dari tahun 1971-1974, beliau pindah ke Sarang, Lasem, Rembang, untuk memperdalam ilmu nahwu, sharaf, dan fiqih melalui pengajian kitab-kitab kuning.
Menunaikan Ibadah Haji dan Menikah
Pada tahun 1974-1975, KH. Maftuh Basthul Birri melaksanakan ibadah haji untuk pertama kalinya. Saat itu, beliau menemani ibundanya yang belum pernah berhaji, sementara ayahandanya telah lebih dulu menunaikan ibadah tersebut. Setelah menunaikan ibadah haji dan menjadi mahram bagi ibunya, beliau tinggal di rumah selama beberapa bulan sambil mencari pasangan hidup. Pada tahun 1975, di usia sekitar 27 tahun, beliau memutuskan untuk menikah.
Keinginan KH. Maftuh untuk menikah berawal dari niatnya untuk sowan (berkunjung) kepada gurunya, Kiai Marzuqi Dahlan di Pesantren Lirboyo, setelah sekian lama tidak bertemu. Kunjungan tersebut menjadi momen yang berbeda dari biasanya. Setelah pertemuan tersebut, Kiai Marzuqi Dahlan berniat menjodohkan KH. Maftuh dengan putrinya yang kelima, Khotimatul Khoir. Kiai Marzuqi menyampaikan, “Tidak usah dijawab sekarang, besok saja kapan-kapan saya mau menemui orangtuamu di Kutoarjo.”
Beberapa bulan kemudian, Kiai Marzuqi benar-benar datang ke Kutoarjo bersama beberapa kerabatnya, termasuk KH. Abdul Aziz Manshur, KH. Bahrul Ulum Marzuqi, dan Gus Akhlis, untuk bertemu dengan orang tua KH. Maftuh Basthul Birri. Akhirnya, diputuskan bahwa akad nikah akan dilangsungkan di Lirboyo pada tanggal 29 Syawal. Maka, terjadilah apa yang telah dikehendaki Allah untuk beliau pada akhir bulan Syawal tersebut. [dutaislam.or.id/ab]
Keterangan:
Artikel biografi di atas disarikan dari Buku Sepercik Air Laut Perjalanku (Otobiografi KH. Maftuh Basthul Birri).