Iklan

Iklan

,

Iklan

Kisah Zainab, Putri Tertua Rasulullah yang Menikah dengan Abul Ash

Duta Islam #05
13 Okt 2024, 13:01 WIB Ter-Updated 2024-10-13T06:01:13Z
Download Ngaji Gus Baha
kisah zainab putri tertua rasulullah yang suaminya ditangkap
Ilustrasi putri. Foto: istimewa.


Dutaislam.or.id - Zainab adalah putri tertua Nabi Muhammad Saw, yang dinikahkan dengan sepupunya, Abul Ash bin Rabi' (أبو العاص بن الربيع), sebelum masa kenabian atau ketika Islam belum tersebar luas. Ibu dari Abul Ash, Halah binti Khuwaylid, adalah bibi Zainab dari pihak ibu. 


Dari pernikahan ini, mereka dikaruniai dua anak, Ali dan Umamah. Sayangnya, Ali meninggal di usia muda, sementara Umamah tumbuh dewasa dan kemudian menikah dengan Ali bin Abi Thalib ra setelah wafatnya Fatimah ra.


Setelah menikah, Zainab tinggal bersama suaminya. Suatu hari, ketika Abul Ash sedang berdagang, Zainab mengunjungi ibunya, Khadijah ra, dan mengetahui bahwa ayahnya telah diangkat menjadi Nabi. 


Dalam pertemuan tersebut, Khadijah ra menceritakan tentang Islam kepada Zainab, yang membuat hatinya terbuka dan menerima ajaran Islam. Meskipun Zainab telah memeluk Islam, ia belum memberitahukan keislamannya kepada suaminya, Abul Ash.


Sementara itu, Abul Ash masih berada dalam kepercayaan lama, menyembah berhala seperti orang-orang Quraisy pada umumnya. Abul Ash bekerja sebagai pedagang, sering bepergian untuk keperluan bisnisnya. Meski dia sudah mendengar tentang Nabi Muhammad Saw, ia tidak mengetahui bahwa istrinya, Zainab, telah masuk Islam.


Pada tahun keenam Hijriyah, Abul Ash pergi berdagang ke Suriah bersama kafilah dagang Quraisy. Saat rasulullah Saw mendengar kafilah ini kembali, beliau mengutus Zaid bin Haritsah ra beserta pasukan muslim untuk menghadang mereka di daerah Badar. Kafilah itu berhasil ditangkap, termasuk Abul Ash. 


Ketika orang-orang Quraisy datang untuk menebus para tawanan, saudara laki-laki Abul Ash, Amar bin Rabi', datang untuk menebusnya. Zainab, yang mendengar kabar penangkapan suaminya, merasa sedih dan mengirimkan kalung berharga sebagai tebusan. Kalung itu merupakan hadiah dari ibunya, Khadijah, saat Zainab menikah dengan Abul Ash.


Ketika kalung tersebut sampai di tangan Rasulullah Saw, beliau mengenalinya sebagai milik istrinya, Khadijah, dan merasa tersentuh. Rasulullah Saw kemudian meminta para sahabatnya untuk membebaskan Abul Ash dan mengembalikan kalung itu kepada Zainab. Mereka setuju, dan Abul Ash pun dibebaskan.


Rasulullah Saw kemudian meminta Abul Ash untuk berjanji membiarkan Zainab bergabung dengannya di Madinah. Abul Ash memenuhi janji itu. Namun, Rasulullah Saw juga melarang Zainab untuk kembali kepada suaminya sampai Abul Ash memeluk Islam. 


Setelah menyelesaikan urusannya di Makkah, Abul Ash akhirnya masuk Islam dan berhijrah ke Madinah pada bulan Muharram tahun 7 Hijriyah. Rasulullah Saw kemudian mempertemukan kembali Zainab dengan suaminya tanpa perlu akad nikah baru.


Zainab wafat pada tahun 8 Hijriyah. Para wanita yang memandikan jenazahnya antara lain adalah Ummu Aiman, Saudah binti Zam'ah, Ummu Athiyah, dan Ummu Salamah ra. 


Sebelum dimandikan, Rasulullah Saw memberikan arahan agar jenazahnya dimandikan dengan air dan bunga, serta dibasuh dalam jumlah ganjil. Setelah itu, beliau menyerahkan kain selimutnya untuk digunakan sebagai kafan. [dutaislam.or.id/ab]

Iklan