![]() |
Ilustrasi foto keturunan Ba'alwi di zaman dulu. Foto: istimewa. |
Dutaislam.or.id - Warga Negara Indonesia (WNI) perlu cerdas dan memahami sejarah mengenai klan Ba'alawi atau orang-orang Yaman.
Mereka, orang-orang Yaman pertama kali didatangkan oleh penjajah Belanda sekitar tahun 1830 M. Tujuannya adalah untuk membantu meredam pemberontakan yang dilakukan oleh pribumi terhadap penjajah Belanda.
Gelombang kedua kedatangan orang Yaman terjadi sekitar tahun 1900 M. Pada masa itu, orang-orang Yaman menjadi tentara Belanda atau bertindak sebagai kaki tangan Belanda. Baca: Gara-gara Ahmad Al-Habsyi Merendahkan Sayyid Muhammad Al-Maliki.
Belanda kemudian mendoktrin orang-orang Yaman untuk mengaku sebagai dzuriah (keturunan) Rasulullah SAW agar mereka dihormati dan dianggap sebagai orang terkemuka.
Setelah kemerdekaan Indonesia sekitar tahun 1950, ada rencana untuk mendeportasi orang-orang Yaman. Namun, para ulama Nahdlatul Ulama (NU) membela mereka agar tidak dideportasi ke negara asal mereka.
Pada tahun 1964, Presiden Soekarno kembali mempertimbangkan deportasi terhadap orang-orang Yaman karena perilaku mereka yang tidak baik di Indonesia. Namun, keputusan ini ditentang oleh KH. Wahab Hasbullah yang meminta agar mereka tetap diperbolehkan tinggal di Indonesia.
Saat ini, banyak yang mengamati perilaku dan akhlak orang-orang Yaman yang mengaku sebagai dzuriah Rasulullah SAW, namun:
- Akhlak mereka tidak mencerminkan akhlak Rasulullah SAW.
- Nasab mereka tidak tersambung kepada Rasulullah SAW.
- Hasil tes DNA menunjukkan tidak adanya hubungan dengan Rasulullah SAW.
- Pengetahuan agama mereka minim dan mereka hanya bercerita tentang golongannya sendiri.
- Banyak di antara mereka yang tidak bisa membaca kitab kuning.
Menolak pengakuan seseorang sebagai keturunan Rasulullah SAW bukan berarti membenci mereka. Jangan sampai hal ini dipelintir atau diprovokasi. Jadikanlah ini sebagai saran dan bahan untuk introspeksi diri.
Memberi nasihat dalam kebenaran adalah kewajiban. Bukankah begitu? [dutaislam.or.id/ab/ai]
Baca: Daftar Judul Kitab Nasab (PDF-Drive) yang Tidak Menyebut Nama Ubaidillah (383 H)