KH. Dahlan Zarkasyi, penemu metode Qiro'ari. Foto: istimewa. |
Dutaislam.or.id - Metode Qiraati telah menjadi salah satu metode yang paling populer dalam mempelajari Al-Qur'an di Indonesia. Buku panduan Qira'ati kini menjadi pedoman wajib di ribuan Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPQ) dan lembaga pendidikan nonformal di seluruh nusantara.
Qiraati adalah metode pengajaran membaca Al-Qur'an yang fokus pada hasil bacaan siswa dengan kualitas "mujawwad murattal," yaitu pembacaan yang sesuai dengan kaidah tajwid. Selain menekankan pada mutu bacaan siswa, metode ini juga memastikan kualitas pengajaran dengan memberlakukan sertifikasi atau syahadah (ijazah).
Hanya pengajar yang memiliki sertifikat yang diizinkan untuk mengajar di lembaga-lembaga yang mengajarkan Qiraati, dan lembaga tersebut pun harus memiliki sertifikat resmi untuk menyelenggarakan pembelajaran menggunakan metode ini.
Baca: Biografi KH. Dahlan Zarkasyi Qiro'ati: Penyelamat Pendidikan Al-Qur'an
Proses pembelajaran Qiraati dilakukan secara bertahap, mulai dari tingkat dasar hingga mahir, menggunakan enam jilid buku panduan. Selain itu, terdapat pula buku panduan tambahan yang membahas tajwid dan gharib. Setelah menyelesaikan seluruh tingkatan, para santri diharapkan mampu membaca Al-Qur'an dengan lancar dan tartil.
KH. Dahlan Salim Zarkasyi adalah penggagas metode ini. Awal mula penerapan Qiraati dimulai dari pengajian yang diadakan di teras rumahnya di Jl. MT. Haryono, Kampung Kebonarum, Semarang. Kini, Qiraati telah menyebar luas dan digunakan oleh ribuan bahkan puluhan ribu santri di berbagai wilayah Indonesia. Metode ini bahkan sudah merambah ke negara-negara tetangga.
Sayangnya, KH. Dahlan Salim Zarkasyi tidak sempat menyaksikan sepenuhnya perkembangan metode yang dirintisnya, karena beliau wafat pada 20 Januari 2001.
Awal Mula Penemuan Metode Qiraati
Alkisah, pada tahun 1963, KH. Dahlan Salim Zarkasyi memulai pengajian anak-anak di rumahnya di Kebonarum, Semarang, menggunakan metode Baghdadiyah yang kala itu sangat populer. Meskipun tidak meragukan efektivitas metode tersebut, ia merasa perlu mengevaluasinya setelah melihat bahwa banyak anak-anak yang cepat menghafal abjad hijaiyah, tetapi tidak mampu membaca Al-Qur'an dengan baik kecuali jika mengurutkan abjad terlebih dahulu. Dari sini, ia menyimpulkan bahwa metode Baghdadiyah terlalu mudah dihafal tanpa memahami bacaan sebenarnya.
KH. Dahlan kemudian mulai mencari metode lain dengan membeli berbagai buku panduan Al-Qur'an yang tersedia di toko. Namun, setelah menelaahnya satu per satu, ia merasa kebanyakan buku tersebut lebih fokus pada pembelajaran bahasa Indonesia dengan tulisan Arab, seperti contoh (بِ سْ كُ دُ سْ), dibaca "bis kudus", yang menurutnya kurang tepat untuk belajar membaca Al-Qur'an.
Akhirnya, ia memutuskan untuk menulis sendiri metode pembelajaran yang lebih efektif. Ia mulai pada tahun 1963 dengan menyusun panduan secara bertahap. Jika materi yang ia tulis dapat dipahami oleh murid-muridnya, ia menyimpan tulisan tersebut, tetapi jika sulit dipahami, ia langsung merobeknya. Proses ini berlangsung terus-menerus hingga akhirnya tersusunlah buku panduan metode Qiraati.
Selain mengajar, KH. Dahlan juga seorang pedagang keliling. Ia memanfaatkan perjalanannya ke berbagai kota untuk melakukan riset dengan mengunjungi pengajian dan pesantren Al-Qur'an. Namun, ia kecewa menemukan bahwa kebanyakan pengajian hanya mengajarkan anak-anak untuk membaca Al-Qur'an dengan lancar tanpa memperhatikan pembacaan tartil. Ketika ditanya, para guru biasanya menjawab bahwa ilmu tajwid akan diajarkan belakangan.
Pada suatu malam, KH. Dahlan mendapatkan ilham untuk mengembangkan metode pengajaran Al-Qur'an yang langsung menekankan pembacaan tartil. Karena itu, beliau sering mengatakan bahwa keistimewaan Qiraati bukanlah hasil karangan manusia, melainkan hidayah dari Allah. Ia mengaku tidak bisa menjelaskan secara detail mengenai susunan metode tersebut, karena menurutnya, itu merupakan ilham langsung dari Tuhan.
Beberapa keunggulan metode Qira'ati yang dirasakan oleh guru dan santri meliputi:
- Anak-anak merasa lebih mudah dalam belajar membaca Al-Qur'an.
- Mereka bisa membaca Al-Qur'an dengan tartil meskipun belum mempelajari ilmu tajwid secara mendalam.
- Guru dan santri lebih bersemangat dalam proses belajar-mengajar.
- Dalam waktu singkat, metode ini menyebar ke berbagai daerah dan banyak lembaga yang menggunakan buku Qiraati sebagai acuan, meskipun beberapa di antaranya tidak sepenuhnya sempurna karena hanya meniru metode asli.
Dengan metode Qira'ati, KH. Dahlan Salim Zarkasyi telah memberikan kontribusi besar dalam dunia pendidikan Al-Qur'an di Indonesia, membuka jalan bagi generasi muda untuk mempelajari Al-Qur'an dengan benar dan sesuai kaidah yang tepat. [dutaislam.or.id/ab]